Odong-odong Karawang

Odong-odong adalah salah satu kesenian khas masyarakat Sunda di Kabupaten Karawang yang menampilkan 2-4 boneka singa, naga, dan atau burung garuda diusung oleh para pemainnya sambil menari. Di atas boneka biasanya duduk seorang anak yang akan dikhitan atau seorang tokoh masyarakat.

Pertunjukan odong-odong umumnya dilakukan oleh laki-laki dewasa yang tergabung dalam sebuah kelompok terdiri atas: 8 orang penggotong boneka (1 boneka digotong oleh 4 orang), seorang pemimpin kelompok, beberapa orang pemain waditra, dan satu atau dua orang jajangkungan (pemain yang menggunakan kayu sepanjang 3-4 meter untuk berjalan). Para pemain adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan khusus, baik dalam menari maupun memainkan waditra. Keterampilan khusus itu perlu dimiliki oleh setiap pemain karena dalam sebuah pertunjukan sisingaan yang bersifat kolektif diperlukan suatu tim yang solid agar semua gerak tari yang dimainkan sambil menggotong boneka singa dapat selaras dengan musik yang dimainkan oleh para nayaga.

Untuk peralatan dan perlengkapan pendukung pertunjukan biasanya digunakan: (1) dua atau empat buah usungan boneka singa/naga/rajawali. Rangka dan kepala usungan boneka-boneka tersebut terbuat dari kayu dan bambu yang dibungkus dengan kain serta diberi tempat duduk di atas punggungnya. Sedangkan, untuk bulu-bulu yang ada di kepala maupun ekor dibuat dari benang rafia; (2) seperangkat waditra yang terdiri dari: dua buah kendang besar (kendang indung dan kendang anak), sebuah terompet, tiga buah ketuk (bonang), sebuah kentrung (kulanter), sebuah gong kecil, dan sebuah kecrek; dan (3) busana pemain yang terdiri dari: celana kampret/pangsi, iket barangbang semplak, baju taqwa dan alas kaki tarumpah atau salompak.

Sedangkan pertunjukannya sendiri diawali dengan kata-kata sambutan yang dilakukan oleh pemimpin kelompok. Setelah pemimpin kelompok memberikan kata sambutan, barulah anak yang akan dikhitan atau tokoh masyarakat yang akan diarak dipersilahkan untuk menaiki boneka. Selanjutnya, alat pengiring ditabuh dengan membawakan lagu-lagu berirama dinamis sebagai tanda dimulainya pertunjukan. Kemudian, sejumlah 8 orang pemain akan mulai menggotong dua buah boneka singa dan atau burung garuda (satu boneka digotong oleh 4 orang).

Setelah para penggotong boneka siap, sang pemimpin akan memberikan aba-aba agar mereka mulai melakukan gerakan-gerakan tarian secara serempak dan bersamaan. Para penggotong boneka segera melakukan gerakan-gerakan akrobatis yang cukup mendebarkan. Gerakan-gerakan tarian yang biasa dimainkan oleh para penggotong boneka tersebut adalah: igeul ngayun glempang, pasang/kuda-kuda, mincid, padungdung, gugulingan, bangkaret, masang, sepakan dua, langkah mundur, kael, ewag, jeblang, depok, solor, sesenggehan, genying, putar taktak, nanggeuy singa, angkat jungjung, ngolecer, lambang, pasagi tilu, melek cau, nincak rancatan, dan kakapalan.

Sedangkan, lagu-lagu yang dimainkan oleh juru kawih untuk mengiringi tarian biasanya diambil dari kesenian Ketuk Tilu, Doger, dan Kliningan, seperti: Keringan, Kidung, Titipatipa, Gondang, Kasreng, Gurudugan, Mapay Roko, Kembang gadung, Kangsring, Kembang Beureum, Buah Kawung, Gondang, Tenggong Petit, Sesenggehan, Badudud, Tunggul Kawing, Samping Butut, Sireum Beureum, dan lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet Rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dan lain sebagainya).

Pertunjukan odong-odong dilakukan sambil mengelilingi kampung atau desa, hingga akhirnya kembali lagi ke tempat semula. Dan, dengan sampainya para penari di tempat semula, maka pertunjukan pun berakhir.

Kesenian odong-odong perlu dilestarikan karena di dalamnya tidak hanya mengandung nilai estetika sebagai ekspresi jiwa semata, melainkan juga nilai-nilai lain yang apabila dicermati dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain adalah kerja sama, kekompakan, ketertiban, dam ketekunan. Nilai kerja sama terlihat dari adanya kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya para pendahulunya. Nilai kekompakan dan ketertiban tercermin dalam suatu pementasan yang dapat berjalan secara lancar. Nilai kerja keras dan ketekunan tercermin dari penguasaan gerakan-gerakan tarian.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pijat Susu

Archive