Dayeuh Manggung

(Cerita Rakyat Daerah Jawa Barat)

Alkisah, di daerah Garut, Jawa Barat, dahulu ada seorang raja bernama Prabu Layaran Wangi yang memerintah Kerajaan Pakuan Raharja. Sang Prabu memiliki seorang pengawal paruh baya biasa dipanggil Aki Panyumpit. Nama panggilan itu berasal dari keahliannya berburu binatang hutan menggunakan senjata sumpit.

Suatu hari baginda menitahnya berburu binatang. Namun, dia bingung harus pergi ke arah mana guna mendapatkan hewan buruan. Sebab, hampir seluruh hutan di sekitar kerajaan pernah disambanginya. Hanya hutan di bagian timur yang baru beberapa kali dia datangi. Oleh karena itu, dia memutuskan berburu di sana dengan harapan akan menemui banyak binatang liar.

Sampai di hutan yang dituju dia heran karena tidak ada seekor binatang pun terlihat. Kalau pun ada hanya berupa suara saja yang sayup-sayup terdengar. Penasaran dengan suara-suara tanpa wujud tersebut, dia kemudian mengendap-endap di antara pepohonan mencari sumber suara hingga ke puncak sebuah gunung.

Sampai di puncak bukan suara lagi yang didengar, melainkan bau harum wewangian sangat menyengat. Penasaran, Aki Panyumpit lalu mencari sumber wewangian itu dan mengabaikan suara yang dari tadi diikutinnya.

Tidak berapa lama mencari dia melihat ada sebuah sinar di sebelah utara dari arah Sungai Cipancar. Ketika didatangi, rupanya ada seorang perempuan cantik jelita sedang mandi di sungai. Bau harum tadi rupanya berasal dari wewangian yang dipakai sang perempuan ketika membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi dan hendak beranjak dari sungai, tiba-tiba Aki Panyumpit mendatangi sembari memperkenalkan diri. Awalnya sang perempuan sangat terkejut karena tidak menyangka ada orang yang memperhatikannya ketika mandi. Dia tidak mengira kalau di hutan yang sesunyi ini masih juga dijamah manusia.

Namun, karena Aki Panyumpit terlihat seperti orang “baik-baik” dan berwibawa, maka sang perempuan membalas sapaannya dengan memperkenalkan diri sebagai Putri Rambut Kasih anak Sunan Remenggong dari Limbangan. Dalam perkenalan itu Aki Panyumpit menjelaskan bahwa dia tidak sengaja menemui Sang putri. Dia hanya bermaksud mencari binatang buran yang mungkin sedang berada di sekitar sungai.

Sepulang dari hutan Aki Panyumpit langsung menemui Prabu Layaran Wangi. Agar tidak mendapat marah karena pulang dengan tangan hampa, dia kemudian menceritakan bahwa bertemu seorang putri cantik jelita bak bidadari dengan tubuh yang sangat harum. Sang putri berasal dari daerah Limbangan, anak Sunan Remenggong.

Cerita tadi tentu saja membuat Sang Prabu terpesona. Dia lalu menitah Aki Panyumpit dan dua orang lainnya (Gajah Manggala dan Arya Gajah) berangkat menemui Sunan Remenggong di Limbangan untuk melamar Putri Rambut Kasih.

Sampai di Limbangan mereka langsung menghadap Sunan Rumenggong guna menyampaikan pinangan Prabu Layaran Wangi pada Putri Rambut Kasih. Lamaran rupanya disambut baik oleh Sunan Rumenggong. Namun, tidak demikian halnya dengan Putri Rambut Kasih yang menolak dengan tegas karena tidak mengenal Prabu Layaran Wangi. Tetapi karena dinasihati secara bijaksana oleh Sang ayah, akhirnya Rambut Kasih pun bersedia.

Singkat cerita, Prabu Layaran Wangi dan Putri Rambut Kasih menikah dan beberapa tahun kemudian mereka telah dikaruniai dua orang anak, yaitu Basudewa dan Liman Senjaya. Setelah dewasa keduanya hijrah ke tempat Sang kakek berada untuk menjadi penguasa. Basudewa diangkat menjadi penguasa di daerah Limbangan, sedangkan Liman Senjaya menjadi penguasa di bagian selatannya. Daerah itu sekarang telah menjadi sebuah desa bernama Dayeuh Manggung yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut.

Diceritakan kembali oleh ali gufron
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive