Panahan dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah (id.wikipedia.org). sementara menurut kbbi.web.id panahan didefinisikan sebagai hasil memanah atau cabang olahraga yang memakai panah sebagai alat lomba atau olah raga memanah. Lepas dari definisi-definisi tersebut, panahan atau memanah telah ada sejak 5.000 tahun lalu sebagai alat untuk berburu. Bahkan, busur panah telah ditemukan pada masa paleolitik hingga awal periode mesolitik di lembah Ahrensburg, Hamburg (id.wikipedia.org). Peralatan ini (panah dan busur), entah dari mana asalnya, kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Di Sumedang misalnya, panahan telah ada pada masa Kerajaan Sumedang Larang yang menurut Yanuarlan (2015) bermula sebagai alat berburu kemudian berkembang menjadi senjata perang dan akhirnya beralih fungsi sebagai sebuah olahraga. Salah satu daerah Sumedang yang hingga saat ini masih melestarikannya adalah di Kampung Cimanglid, Desa Pasir Biru, Kecamatan Rancakalong. Cimanglid adalah sebuah kampung penghasil bambu, bahan baku utama pembuat panah dan busur.
Pemain
Panahan Kasumedangan umumnya dilakukan oleh laki-laki dewasa secara individual. Adapun kostum yang dikenakan ketika berlaga adalah pakaian serba hitam lengkap dengan ikat kepala (iket) dalam berbagai bentuk (wewengkon1.rssing.com). Jumlah pemain tergantung dari kesanggupan dewan juri dalam menghitung poin yang dihasilkan pemain. Sebab, para pemain akan membidik satu sasaran (patung Dasamuka) secara bergiliran.
Tempat Permainan
Arena panahan Kasumedangan sebenarnya tidak membutuhkan tempat luas karena sasaran yang dituju hanyalah patung Dasamuka. Namun karena disaksikan oleh banyak orang, maka lokasi panahan umumnya diadakan di tanah lapang atau lapangan.
Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan dalam permainan adalah busur serta anak panah berbahan bambu bitung. Jenis bambu ini dipercaya berkualitas baik karena memiliki batang tebal, kuat, dan keras. Wewengkon1.rssing.com menyatakan bahwa pemilihan bambu bitung tidaklah dilakukan secara sembarangan. Bambu haruslah tumbuh menghadap arah timur yang lebih banyak mendapat sinar matahari ketimbang arah lainnya. Selain itu penebangan bambu juga harus dilakukan pada hari tertentu (1 Muharram) disertai dengan pembakaran rokok sebagai persembahan dan penghormatan bagi leluhur.
Selanjutnya, bambu dipotong menjadi beberapa bagian guna membuat busur dan anak panah. Ukuran panjang bambu untuk anak panah disesuaikan dengan panjang tangan orang yang akan menggunakannya. Setelah itu, bambu direrab atau dipanaskan di atas bara api agar kering dan mudah dibentuk. Kemudian bambu diserut halus, diwarnai, dan bagian ujung dipasang lempengan besi tempa pipih tajam. Sementara bagian pangkal dipasang tiga helai bulu ayam atau angsa (satu helai menghadap ke atas, dua helai ke samping) agar dapat melesat lurus ketika digunakan (sumedangtandang.com).
Sedangkan untuk membuat busur dibutuhkan dua bilah bambu yang bagian tengahnya beruas agar tidak mudah patah. Pada ujung bambu diikatkan sebuah tali terbuat dari benang impor Korea yang dipercaya sangat kuat alias tidak mudah putus sehingga aman ketika digunakan untuk melepaskan anak panah. Selain panah dan busur, permainan juga dilengkapi sebatang pisang sebagai sasaran ketika akan menentukan nomor urut peserta dan patung Dasamuka sebagai sasaran utama penilaian.
Aturan Permainan
Aturan dalam panahan Kasumedangan tergolong mudah. Peserta diharuskan memanah sasaran berupa patung Dasamuka. Bagi peserta yang dapat membidik anggota tubuh tertentu dari Dasamuka dan mengumpulkan poin terbanyak dinyatakan sebagai pemenangnya. Adapun poinnya: bagian kepala berpoin sembilan, dada berpoin tujuh, perut berpoin lima, dan satu poin bagi anggota tubuh lainnya. Selain poin, panahan juga menggunakan sistem rambahan atau putaran. Untuk satu kali rambahan pemanah dapat melepaskan anak panah hingga 15 buah (bergantung kesepakatan).
Jalannya Permainan
Panahan Kasumedangan diawali dengan penentuan nomor urut peserta yang akan memanah terlebih dahulu. Cara menentukannya, para peserta mengambil nomor urut undian yang nantinya akan ditempelkan pada anak panah masing-masing. Selanjutnya mereka akan membidik sebuah sasaran berupa batang pohon pisang menggunakan anak panah bernomor tersebut. Juri akan mengurutkan siapa yang berhak mendapat giliran memanah berdasarkan ketepatan sasaran bidik pada batang pohon pisang.
Selama proses penentuan nomor urut, peserta akan mulai menari atau ngibing diiringi alunan musik angklung jengklung. Selesai menari acara dilanjutkan dengan penyerahan pusaka berupa panah kabuyutan peninggalan Kerajaan Sumedang Larang kepada sesepuh yang biasa disebut Pupuhu. Pusaka itu lalu ditancapkan di atas sebuah hiasan yang terbuat dari janur sebagai simbol kehadiran leluhur.
Berikutnya adalah sambutan Pupuhu berkenaan dengan maksud, tujuan dan makna dari kegiatan panahan. Usai sambutan acara inti dimulai dengan membuka selubung patung Dasamuka yang jaraknya sekitar 50 meter dari garis batas permainan. Selanjutnya, satu persatu peserta mulai memanah sejumlah yang telah ditentukan sebelumnya dalam satu rambahan. Begitu seterusnya hingga seluruh peserta mendapat giliran memanah. Dan, bagi peserta yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak akan menjadi pemenangnya.
Nilai Budaya
Panahan Kasumedangan jika dicermati secara mendalam mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu adalah: kerja keras, kerja sama, persaingan, kecermatan, ketekunan, ketelitian, ketertiban, dan sportivitas.
Nilai kerja keras tercermin dalam proses pelatihan menjadi seorang pemanah, sehingga dapat memanah tepat sasaran. Untuk menjadi seorang pemanah ahli tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan, dan kerja keras dalam berlatih. Tanpa itu mustahil seseorang dapat menunjukkan kehebatannya di arena panahan kasumedangan.
Nilai kerja sama tercermin dalam proses panahan kasumedangan itu sendiri. Panahan kasumedangan adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak, seperti pemanah, juri, pupuhu, dan penonton. Pihak-pihak itu satu dengan lainnya saling bekerja sama sesuai dengan kedudukan dan peranan masing-masing agar acara panahan kasumedangan terselenggara dengan baik.
Nilai persaingan tercermin dalam arena panahan. Para peserta berusaha sedemikian rupa agar bidikannya dapat mengenai bagian-bagian tertentu dari tubuh Dasamuka. Sasaran yang tepat akan mendapatkan poin besar untuk dapat mengalahkan lawan. Setiap pemain akan berusaha saling mengalahkan dalam persaingan yang sehat karena diawasi oleh dewan juri.
Nilai ketertiban tercermin dalam proses panahan kasumedangan itu sendiri. Olahraga atau permainan apa saja, termasuk panahan kasumedangan, perlu sebuah ketertiban. Ketertiban tidak hanya ditunjukkan oleh para peserta yang dengan sabar menunggu giliran memanah, tetapi juga penonton yang mematuhi peraturan-peraturan sehingga tidak mengganggu jalannya panahan.
Nilai ketekunan dan ketelitian tercermin dalam proses pembuatan panah dan busur. Untuk membuat sebuah busur beserta anak panahnya diperlukan ketelitian dalam hal pemilihan serta aturan pemotongan bambu. Sedangkan ketekunan tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan waktu relatif lama. Apabila pembuat tidak tekun, niscaya busur dan panah yang dibuat tidak sesuai dengan yang diharapkan
Nilai kecermatan tercermin dari perlunya perhitungan yang pas agar panah-panah yang akan dilepaskan tepat sasaran alias tidak meleset sehingga dapat mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. Dan Nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada. (Ali Gufron)
Foto: https://www.youtube.com/watch?v=Hme8GvD-vX0
Sumber:
“Panahan”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Panahan, tanggal 5 Januari 2020.
“Panah” diakses dari https://kbbi.web.id/panah, tanggal 5 Januari 2020.
Yanuarlan, Jery. 2015. “Seni Olahraga Tradisional Panahan Kasumedangan”. Diakses dari https: //www.jeryanuar.web.id/2015/09/seni-olahraga-tradisional-panahan.html, tanggal 6 Januari 2020.
“Seni Olahraga Tradisional Panahan Kasumedangan”. Diakses dari http://wewengkon1.rssing. com/chan-53312460/all_p2.html, tanggal 6 Januari 2020.
“Budaya Manahan Kasumedangan Kampung Cimanglid” diakses dari http://sumedangtandang. com/direktori/detail/budaya-manahan-kasumedangan-kampung-cimanglid.htm, tanggal 7 Januari 2020.
Di Sumedang misalnya, panahan telah ada pada masa Kerajaan Sumedang Larang yang menurut Yanuarlan (2015) bermula sebagai alat berburu kemudian berkembang menjadi senjata perang dan akhirnya beralih fungsi sebagai sebuah olahraga. Salah satu daerah Sumedang yang hingga saat ini masih melestarikannya adalah di Kampung Cimanglid, Desa Pasir Biru, Kecamatan Rancakalong. Cimanglid adalah sebuah kampung penghasil bambu, bahan baku utama pembuat panah dan busur.
Pemain
Panahan Kasumedangan umumnya dilakukan oleh laki-laki dewasa secara individual. Adapun kostum yang dikenakan ketika berlaga adalah pakaian serba hitam lengkap dengan ikat kepala (iket) dalam berbagai bentuk (wewengkon1.rssing.com). Jumlah pemain tergantung dari kesanggupan dewan juri dalam menghitung poin yang dihasilkan pemain. Sebab, para pemain akan membidik satu sasaran (patung Dasamuka) secara bergiliran.
Tempat Permainan
Arena panahan Kasumedangan sebenarnya tidak membutuhkan tempat luas karena sasaran yang dituju hanyalah patung Dasamuka. Namun karena disaksikan oleh banyak orang, maka lokasi panahan umumnya diadakan di tanah lapang atau lapangan.
Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan dalam permainan adalah busur serta anak panah berbahan bambu bitung. Jenis bambu ini dipercaya berkualitas baik karena memiliki batang tebal, kuat, dan keras. Wewengkon1.rssing.com menyatakan bahwa pemilihan bambu bitung tidaklah dilakukan secara sembarangan. Bambu haruslah tumbuh menghadap arah timur yang lebih banyak mendapat sinar matahari ketimbang arah lainnya. Selain itu penebangan bambu juga harus dilakukan pada hari tertentu (1 Muharram) disertai dengan pembakaran rokok sebagai persembahan dan penghormatan bagi leluhur.
Selanjutnya, bambu dipotong menjadi beberapa bagian guna membuat busur dan anak panah. Ukuran panjang bambu untuk anak panah disesuaikan dengan panjang tangan orang yang akan menggunakannya. Setelah itu, bambu direrab atau dipanaskan di atas bara api agar kering dan mudah dibentuk. Kemudian bambu diserut halus, diwarnai, dan bagian ujung dipasang lempengan besi tempa pipih tajam. Sementara bagian pangkal dipasang tiga helai bulu ayam atau angsa (satu helai menghadap ke atas, dua helai ke samping) agar dapat melesat lurus ketika digunakan (sumedangtandang.com).
Sedangkan untuk membuat busur dibutuhkan dua bilah bambu yang bagian tengahnya beruas agar tidak mudah patah. Pada ujung bambu diikatkan sebuah tali terbuat dari benang impor Korea yang dipercaya sangat kuat alias tidak mudah putus sehingga aman ketika digunakan untuk melepaskan anak panah. Selain panah dan busur, permainan juga dilengkapi sebatang pisang sebagai sasaran ketika akan menentukan nomor urut peserta dan patung Dasamuka sebagai sasaran utama penilaian.
Aturan Permainan
Aturan dalam panahan Kasumedangan tergolong mudah. Peserta diharuskan memanah sasaran berupa patung Dasamuka. Bagi peserta yang dapat membidik anggota tubuh tertentu dari Dasamuka dan mengumpulkan poin terbanyak dinyatakan sebagai pemenangnya. Adapun poinnya: bagian kepala berpoin sembilan, dada berpoin tujuh, perut berpoin lima, dan satu poin bagi anggota tubuh lainnya. Selain poin, panahan juga menggunakan sistem rambahan atau putaran. Untuk satu kali rambahan pemanah dapat melepaskan anak panah hingga 15 buah (bergantung kesepakatan).
Jalannya Permainan
Panahan Kasumedangan diawali dengan penentuan nomor urut peserta yang akan memanah terlebih dahulu. Cara menentukannya, para peserta mengambil nomor urut undian yang nantinya akan ditempelkan pada anak panah masing-masing. Selanjutnya mereka akan membidik sebuah sasaran berupa batang pohon pisang menggunakan anak panah bernomor tersebut. Juri akan mengurutkan siapa yang berhak mendapat giliran memanah berdasarkan ketepatan sasaran bidik pada batang pohon pisang.
Selama proses penentuan nomor urut, peserta akan mulai menari atau ngibing diiringi alunan musik angklung jengklung. Selesai menari acara dilanjutkan dengan penyerahan pusaka berupa panah kabuyutan peninggalan Kerajaan Sumedang Larang kepada sesepuh yang biasa disebut Pupuhu. Pusaka itu lalu ditancapkan di atas sebuah hiasan yang terbuat dari janur sebagai simbol kehadiran leluhur.
Berikutnya adalah sambutan Pupuhu berkenaan dengan maksud, tujuan dan makna dari kegiatan panahan. Usai sambutan acara inti dimulai dengan membuka selubung patung Dasamuka yang jaraknya sekitar 50 meter dari garis batas permainan. Selanjutnya, satu persatu peserta mulai memanah sejumlah yang telah ditentukan sebelumnya dalam satu rambahan. Begitu seterusnya hingga seluruh peserta mendapat giliran memanah. Dan, bagi peserta yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak akan menjadi pemenangnya.
Nilai Budaya
Panahan Kasumedangan jika dicermati secara mendalam mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu adalah: kerja keras, kerja sama, persaingan, kecermatan, ketekunan, ketelitian, ketertiban, dan sportivitas.
Nilai kerja keras tercermin dalam proses pelatihan menjadi seorang pemanah, sehingga dapat memanah tepat sasaran. Untuk menjadi seorang pemanah ahli tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan, dan kerja keras dalam berlatih. Tanpa itu mustahil seseorang dapat menunjukkan kehebatannya di arena panahan kasumedangan.
Nilai kerja sama tercermin dalam proses panahan kasumedangan itu sendiri. Panahan kasumedangan adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak, seperti pemanah, juri, pupuhu, dan penonton. Pihak-pihak itu satu dengan lainnya saling bekerja sama sesuai dengan kedudukan dan peranan masing-masing agar acara panahan kasumedangan terselenggara dengan baik.
Nilai persaingan tercermin dalam arena panahan. Para peserta berusaha sedemikian rupa agar bidikannya dapat mengenai bagian-bagian tertentu dari tubuh Dasamuka. Sasaran yang tepat akan mendapatkan poin besar untuk dapat mengalahkan lawan. Setiap pemain akan berusaha saling mengalahkan dalam persaingan yang sehat karena diawasi oleh dewan juri.
Nilai ketertiban tercermin dalam proses panahan kasumedangan itu sendiri. Olahraga atau permainan apa saja, termasuk panahan kasumedangan, perlu sebuah ketertiban. Ketertiban tidak hanya ditunjukkan oleh para peserta yang dengan sabar menunggu giliran memanah, tetapi juga penonton yang mematuhi peraturan-peraturan sehingga tidak mengganggu jalannya panahan.
Nilai ketekunan dan ketelitian tercermin dalam proses pembuatan panah dan busur. Untuk membuat sebuah busur beserta anak panahnya diperlukan ketelitian dalam hal pemilihan serta aturan pemotongan bambu. Sedangkan ketekunan tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan waktu relatif lama. Apabila pembuat tidak tekun, niscaya busur dan panah yang dibuat tidak sesuai dengan yang diharapkan
Nilai kecermatan tercermin dari perlunya perhitungan yang pas agar panah-panah yang akan dilepaskan tepat sasaran alias tidak meleset sehingga dapat mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. Dan Nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada. (Ali Gufron)
Foto: https://www.youtube.com/watch?v=Hme8GvD-vX0
Sumber:
“Panahan”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Panahan, tanggal 5 Januari 2020.
“Panah” diakses dari https://kbbi.web.id/panah, tanggal 5 Januari 2020.
Yanuarlan, Jery. 2015. “Seni Olahraga Tradisional Panahan Kasumedangan”. Diakses dari https: //www.jeryanuar.web.id/2015/09/seni-olahraga-tradisional-panahan.html, tanggal 6 Januari 2020.
“Seni Olahraga Tradisional Panahan Kasumedangan”. Diakses dari http://wewengkon1.rssing. com/chan-53312460/all_p2.html, tanggal 6 Januari 2020.
“Budaya Manahan Kasumedangan Kampung Cimanglid” diakses dari http://sumedangtandang. com/direktori/detail/budaya-manahan-kasumedangan-kampung-cimanglid.htm, tanggal 7 Januari 2020.