Sadhu Amar Bharati

Sadhu atau sadu (साधु) adalah istilah bagi petapa yang dalam bahasa India berarti mulia, orang baik, atau orang suci. Sebagai sebuah jalan hidup, seseorang yang memilih menjadi sadhu akan melepaskan semua keterikatan dengan masyarakat, baik secara materi, keluarga, keinginan seksual, maupun segala hal yang bersifat duniawi lainnya (Tiarasari, 2018). Adapun tujuannya adalah untuk mendedikasikan hidup secara spiritual demi mencapai moksa, suatu jenjang kehidupan (caturasrama) yang keempat sekaligus yang terakhir menurut kepercayaan Hindu.

Masih menurut Tiarasari (2008), sadhu secara umum dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar, yaitu: Shaiva Sadhus dan Waisnava Sadhus. Waisnava Sadhus adalah sadhu yang mendedikasikan diri pada Dewa Wisnu, sedangkan Shaiva Sadhus pada Dewa Siwa. Kedua dewa tersebut adalah dua dari tiga dewa utama (Trimurti: Siwa, Brahma, Wisnu) dalam ajaran Hindu. Siwa atau yang bernama lain Jagatpati, Nilakantha, Paramêśwara, Rudra, dan Trinetra adalah dewa pelebur/pemusnah yang mengembalikan manusia dan makhluk hidup lain ke unsurnya menjadi Panca Maha Bhuta (id.wikipedia.org).

Dewa Siwa digambarkan bermata tiga (trinetra) dan bertangan empat yang masing-masing membawa tri wahyudi, cemara, tasbih/genitri, serta kendi. Pada bagian kepala terdapat hiasan ardha chandra (bulan sabit), bagian leher ada ular kobra yang sedang melilit, dan perut dililit ikat pinggang dari kulit harimau. Dewa yang menempati arah tengah dalam pangider Dewata Nawa Sanga ini bersenjatakan padma dengan kendaraan lembu Nandini.

Para sadhu yang mendedikasikan diri bagi dewa Siwa umumnya tampil dalam kesederhanaan dengan pakaian serba oranye safron atau kuning kunyit, rambut gimbal, dan wajah penuh polesan abu suci yang melambangkan kehidupan seorang petapa (sanyasin) sekaligus telah mengalami keterputusan dari hal-hal berbau duniawi. Mereka hidup dalam kemiskinan mutlak dan sepenuhnya bergantung pada kebaikan atau sumbangan orang (bangka.tribunnews.com).

Setiap sadhu membawa atribut masing-masing seperti corong trisula, pedang, tongkat, kerang, senjata dan alat musik yang mencerminkan status mereka. Selain itu, sebagai lambang dedikasi sebagian dari sadhu juga melakukan hal-hal ekstrem yang jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan oleh orang kebanyakan. Salah satunya adalah dengan mengangkat lengan selama bertahun-tahun seperti yang dilakukan oleh Amar Bharati.

Amar Bharati adalah orang kebanyakan pada umumnya yang memiliki istri, tiga orang anak, dan pekerjaan tetap (kejadiananeh.com). Namun, sebuah mimpi di sekitar tahun 1970 (yang dia anggap sebagai firasat gaib) membuat jalan hidupnya berubah total. Sejak mendapat firasat tersebut dia memutuskan menjadi seorang sadhu dan mengabdikan diri sepenuh hati kepada Dewa Siwa. Amar kemudian mulai melepaskan atributnya sebagai orang biasa dengan mengenakan pakaian sederhana sambil membawa trisula logam (trishula) kemana pun pergi. Dia juga membiarkan rambut tumbuh gondrong dan gimbal karena tidak pernah mandi lagi.

Sekitar tiga tahun menjalani hidup sebagai sadhu, Amar merasa tidak puas. Menurut Alicia (2018), Amar yakin dirinya masih diliputi oleh kemewahan.dan kesenangan duniawi yang hanya bersifat semu. Oleh karena itu, pada sekitar tahun 1973 dia membuat sebuah keputusan ekstrem untuk terus-menerus tanpa henti mengangkat lengan kanannya di atas kepala. Adapun tujuannya ada yang mengatakan sebagai upaya memisahkan diri dari kesenangan hidup sekaligus wujud pengabdian pada Dewa Siwa Dan, ada pula yang memperkirakan sebagai bentuk kekecewaan sekaligus protes Amar atas terjadinya peperangan dan konflik di dunia (Khoirul, 2018).

Pada masa-masa awal mengangkat lengan, Amar merasakan hal yang “luar biasa”. Mulai dari rasa pegal, kebas, hingga mati rasa karena peredaran darah tidak lancar pernah dialaminya. Namun, seiring berjalannya waktu rasa sakit tersebut hilang bersamaan dengan terhentinya perkembangan tulang beserta otot lengan Amar yang menciut dan kaku pada posisi semi-vertikal di atas kepala (tidak bisa digerakkan lagi).

Saat ini, hanya bagian kuku saja yang masih terus bertumbuh melengkung panjang. Meskipun demikian, di sisi lain Amar telah berhasil membuktikan keimanannya pada Dewa Siwa. Dia mampu melewati siksaan selama puluhan tahun agar dapat mencapai suatu pembebasan diri dari godaan duniawi. Berkat kegigihan dan keteguhan hati mengabdi pada Dewa Siwa, Amar berhasil menempati strata tinggi dalam masyarakatnya.

Sumber:
Alicia, Nesa. 2018. “Amar Bharati, Petapa India Mengangkat Lengan Kanannya Selama 45 Tahun”, diakses dari https://nationalgeographic.grid.id/read/13947159/amar-bharati-petapa-india-mengangkat-lengan-kanannya-selama-45-tahun?page=all, tanggal 10 Oktober 2019.

“Siwa”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Siwa, tanggal 10 Oktober 2019.

Tiarasari, Rizkianingtyas. 2018. “Mengenal Sadhu, Orang Paling Suci di India yang Tinggalkan Segala Hal Berbau Duniawi”, diakses dari https://travel.tribunnews.com/2018/07/23/mengenal-sadhu-orang-paling-suci-di-india-yang-tinggalkan-segala-hal-berbau-duniawi?page=3, tanggal 11 Oktober 2019.

“Mengenal Naga Sadhu, Petapa Sakti sekaligus Klan Paling Rahasia dan Misterius India”, diakses dari https://bangka.tribunnews.com/2018/08/07/mengenal-naga-sadhu-petapa-sakti-sekaligus-klan-paling-rahasia-dan-misterius-india?page=3, tanggal 12 Oktober 2019.

“Pertapa India Angkat Tangan selama 45 Tahun Demi Bhaktinya Kepada Dewa Siwa”, diakses dari https://www.kejadiananeh.com/2018/10/pertapa-india-angkat-tangan-selama-45-tahun.html, tanggal 12 Oktober 2019.

Khoirul, Afif. 2018. “Demi Mengabdikan Diri Pada Dewa Siwa Petapa India Ini Terus Mengangkat Lengannya Selama 43 Tahun”, diakses dari https://intisari.grid.id/read/03942614/demi-mengabdikan-diri-pada-dewa-siwa-petapa-india-ini-terus-mengangkat-lengannya-selama-43-tahun?page=2, tanggal 12 Oktober 2019.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive