Museum Perjuangan Bogor

Museum Perjuangan (Perdjoangan) Bogor berada di Jalam Merdeka Nomor 56, Kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor tengah, Kota Bogor. Sesuai dengan namanya, museum ini ditujukan untuk mewariskan semangat dan jiwa juang serta nilai-nilai perjuangan pada generasi muda dalam bentuk penyimpanan benda-benda bersejarah yang dipergunakan para pejuang Bogor dalam mempertahankan kemerdekaan (id.wikipedia.org). Adapun pendiriannya menurut disparbud.jabarprov.go.id berawal dari musyawarah para tokoh pejuang Karesidenan Bogor yang digagas oleh Mayor Ishak Djuarsah, Pekumil Daerah Res. Inf 8 Suryakancana Devisi III Siliwangi pada tanggal 10 November 1957 di rumah Bupati Bogor saat itu RE. Abdoellah.

Hasil musyawarah, disepakati untuk memanfaatkan sebuah bangunan di Jalan Cikeumeuh No. 20 (sekarang Jalan Merdeka) sebagai museum (Ariesmunandi, 2017). Bangunannya sendiri dahulu adalah milik seorang pengusaha Belanda bernama Wilhelm Gustaf Wissner yang dibangun sekitar tahun 1879. Oleh sang pemilik bangunan difungsikan sebagai gudang komoditas pertanian untuk dikirim ke Batavia sebelum diekspor ke berbagai negara di Benua Eropa.

Ketika Wissner kembali ke negaranya, tahun 1938 bangunan dialihfungsikan sebagai kantor perusahaan dan gedung persaudaraan Parindra (Partai Indonesia Raya) cabang Bogor dan kemudian diberi nama Gedung Persaudaraan. Pada masa pergerakan gedung sempat pula dimanfaatkan sebagai tempat aktivitas pemuda di bawah panji Gerakan Pemuda Kepanduan Indonesia (Pandu Suryawirawan). Saat Jepang berkuasa gedung menjadi tempat penyimpanan barang-barang sitaan milik interniran Belanda. Kemudan, antara tahun 1945-1950 secara silih berganti pernah menjadi Kantor Komite Nasional Indonesia, Kantor BP3, Markas Pejuang, Call Sigen RRI Perjuangan Karesidenan Bogor, GABSI Cabang Bogor, Kantor Dewan Perdjoangan Karesidenan Bogor, Kantor Pemerintah sementara Kabupaten Bogor dan markas Laskar Rakyat Bambu Runcing (situsbudaya.id). Selanjutnya, gedung dimiliki seorang pedagang keturunan Arab bernama Umar bin Usman Albawahab melalui surat Eigendom Verponding No. 4016. Oleh Umar gedung difungsikan sebagai balai pertemuan pemuda rakyat dan bahkan Sekolah Rakyat. Dan, baru tanggal 17 Maret 1958 diserahkan sepenuhnya kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor melalui akta notaris J.L.L. Wonas di Bogor.

Sebagai catatan, yang diserahkan Albawahab adalah lahan seluas sekitar 650 meter persegi beserta sebuah bangunan di dalamnya dengan ukuran luas sekitar 515 meter persegi (situsbudaya.id). Ariesmunandi, 2017, mencatat bahwa bangunan yang kemudian dijadikan sebagai museum ini hingga tahun 1981 belum pernah mengalami renovasi. Bangunan baru direnovasi antara 18 September 1981 hingga Juni 1987 dengan dana sekitar 80 juta rupiah dari hasil penggalangan.

Koleksi Museum Perjuangan Bogor
Museum Perjuangan Bogor berada dalam sebuah bangunan berlantai dua berisi benda-benda bersejarah yang digunakan oleh para pejuang terutama pada masa revolusi fisik 1945. Lantai dasar berisi koleksi: senjata modern (pistol, senapan, granat, ranjau, senapan mesin, mortir dengan berbagai kaliber); senjata tradisional berupa bambu runcing yang pernah digunakan saat perang kemerdekaan; dokumen-dokumen; mata uang zaman VOC; lukisan; dan beberapa diorama yang menggambarkan pertempuran Bojong Kokosan, pertempuran di Kota Paris, pertempuran Maseng, pertempuran di Bantammer Weg (Jalan Kapten Muslihat) tahun 1945, dan pertempuran Ceplang 1945.

Sementara di lantai dua terdapat koleksi: senjata tradisional berupa golok, kujang; katana, pedang buatan Belanda dan lain sebagainya yang disimpan berjejer dalam lemari kaca; mesin ketik tua; pesawat telepon; mesin jahit; helmet; pakaian yang pernah dipakai para pejuang ketika berperang; peralatan stensil yang pernah digunakan membuat surat serta mencetak edaran bagi para pejuang; daftar nama para pejuang yang gugur; sejumlah bendera merah putih yang pernah diusung para pejuang pada zaman perang kemerdekaan; dan panggung teater guna memutar film-film tentang kemerdekaan.

Khusus untuk pakaian, ada beberapa diantaranya yang masih bernoda darah sebagai tanda pernah dikenakan ketika berperang melawan penjajah. Di antara pakaian-pakaian tersebut ada baju peninggalan TB Muslihat (gugur di Kota Bogor) yang terpajang di sudut kanan museum berdekatan dengan panggung teater dan seragam, helmet, serta tongkat Bupati Bogor periode 1950-1958, RE Abdullah. Selain itu, ada pula kain penutup jenazah berwarna merah-putih yang dahulu pernah digunakan PMI membalut jenazah pejuang yang gugur di medan perang.

Bagaimana? Anda tertarik mengunjungi Museum Perdjoangan Bogor guna menambah pengetahuan tentang sejarah perjuangan rakyat Bogor merebut dan mempertahankan kemerdekaan? Apabila berminat, museum yang mempunyai program bimbingan, pameran keliling, workshop, dan seminar ini buka setiap hari dari pukul 08.00-16.00 WIB dengan harga tiket masuk hanya sebesar Rp.3.000,-. Adapun fasilitas yang ada di museum, di antaranya: ruang pamer tetap, ruang auditorium, ruang diskusi publik, galeri merdeka, ruang penyimpanan koleksi, ruang administrasi, dan mushola.

Untuk mencapai lokasi pun tergolong mudah. Bila menggunakan kereta api, dari stasiun Bogor hanya berjarak sekitar 100 meter menjuju ke arah Jembatan Merah. Dan, bila dari terminal Baranangsiang dapat menggunakan angkutan kota nomor 03 berwarna merah dan dilanjut dengan nomor 01 menuju Jalan Merdeka. (gufron)

Sumber:
“Museum Perjuangan Bogor”, diakses dari http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=397&lang=id, tanggal 8 Oktober 2019.

“Museum Perjuangan Bogor”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Perjuangan_Bogor, tanggal 8 Oktober 2019.

Ariesmunandi. 2017. “Mengintip Sejarah di Museum Perjuangan Bogor”, diakses dari https://www.hipwee.com/list/mengintip-sejarah-di-museum-perjuangan-bogor/, tanggal 16 Oktober 2019.

“Museum Perjungan Bogor”, diakses dari https://situsbudaya.id/museum-perjuangan-bogor/, tanggal 16 Oktober 2019.










Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive