Bila berbicara mengenai perempuan, anak-anak, dan kependudukan di daerah Kabupaten Way Kanan, nama Usman Karim pasti akan selalu menjadi "trending topic" pembahasan. Dia adalah Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Way Kanan. Dalam masa kepemimpinan yang terbilang masih seumur jagung Usman Karim telah membawa Way Kanan menyabet beberapa penghargaan tingkat nasional pada bidang yang ditanganinya.
Keberhasilan Usman tersebut tidak lepas dari didikan orang tua serta rasa kecintaan dan pengadian pada tanah kelahiran, Way Kanan. Usman Karim lahir di Negeri Besar pada tanggal 17 Juni 1963. Anak kedua dari empat bersaudara ini adalah putra pasangan Abdullah gelar Sunan Muka Adat dan Zahroh gelar Sutan Ibuan. Kakak kandung Usman bernama Amran gelar Sutan Gumanti, sedangkan adiknya Jupiah dan almarhumah Midah.
Sewaktu kecil, pria yang sebelum menikah bergelar Sutan Dijawi ini mulai mengenyam pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri Besar. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Negeri Besar. Selama menempuh pendidikan dasar tersebut Usman tinggal bersama kedua orang tua. Di rumah dia dididik dengan disiplin yang cukup ketat agar menjadi seorang yang kuat, mandiri dan patuh terhadap adat istiadat yang telah diwariskan oleh generasi pendahulunya.
Kedisiplinan yang ditanamkan oleh orang tua Usman di antaranya adalah dengan mengharuskannya sholat lima waktu agar menjadi orang yang takwa dan beriman. Selain itu, agar bertanggung jawab juga dibekali dengan kedisiplinan diri. Misalnya, ketika pulang ke rumah tidak tepat waktu atau pekerjaan yang diperintahkan tidak diselesaikan dengan benar, maka Sang ayah akan memberi hukuman berupa cambukan rotan pada bagian kaki. Sedangkan untuk masalah ketaatan, sedari dini Usman diharuskan patuh terhadap kakak laki-lakinya sesuai dengan adat yang belaku dalam masyarakat Lampung.
Sebagai orang Lampung asli, Ayah Usman adalah keturunan bangsawan Pepadun dari Buay Pemuka Bangsa Raja, salah satu dari lima kebuayan di Way Kanan. Adapun asal usul kelima kebuwayan tersebut, berdasarkan cerita masyarakat setempat, adalah dari sebuah keluarga yang dipimpin oleh Tuan Purba Matahari yang datang menggunakan perahu dari lautan lepas menuju ke hulu Sungai Umpu untuk menetap. Keluarga Tuan Purba Matahari kemudian beranak-pinak hingga membentuk sebuah kampung.
Ketika kampung semakin padat, beberapa di antara mereka ada yang pergi ke daerah Way Kanan dan membentuk dua komunitas bernama Poyang Kuasa (cikal bakal Buay Semengguk) dan Poyang Pandak Sakti (cikal Bakal Suku Pak Ngepuluh). Rombongan Poyang Kuasa yang mengikuti Sungai Umpu menetap di bagian selatan Way Kanan. Sementara rombongan Poyang Pandak Sakti yang dipimpin Minak Ratu Putra awalnya menetap di Cingiue lalu menyebar ke daerah Rebah Canggung dan Tahmi. Kelompok yang berada di Tahmi membentuk sebuah komunitas baru terdiri dari 40 rumah sebagai cikal bakal Suku Pak Ngepuluh.
Selain keturunan Tuan Purba Matahari, ada pula beberapa kelompok yang datang dari Bukit Siguntang (Sumatera Selatan), yaitu: Cucung Dalam, Dayang, dan Naga Bersaing (dipimpin oleh Puyang Sakti). Di Way Kanan Puyang Sakti mengadakan kongsi dengan Puyang Serata Di Langik, Puyang Kuasa, dan Pandak Sakti membentuk persekutuan bernama Paksi Pak Tukket Pedang. Puyang Sakti mengepalai Buay Bulan, Puyang Kuasa mengepalai Buay Semenguk, Puyang Serata Di Langik mengepalai Buay Nuwat, dan Puyang Pandak Sakti memimpin Suku Pak Ngepuluh.
Pada perkembangan selanjutnya Buay Semenguk menjadi tiga buay (Buay Semenguk, Buay Baradatu, dan Buay Barasakti). Sedangkan Suku Pak Ngepuluh menjadi Buay Pemuka dan Buay Bahuga. Kelima buay inilah yang sekarang mendiami wilayah Kabupaten Way Kanan. Buay Semenguk mendiami kampung: Negeri Batin, Negeri Baru, Bumi Ratu, Gedung Batin, Bandar Dalam, Negeri Agung, Pulau Batu, dan Penengahan. Buay Baradatu mendiami kampung: Tiuh Balak, Gedung Pakuon, Cugah, Gunung Katun, Banjar Masin, Suka Negeri, Gunung Labuhan, dan Bengkulu. Buay Bahuga mendiami Kampung: Bumi Agung, Mesir, Negeri Tulang Bawang, Kebang, Karangan, Segara Mider, dan Kedatun. Buay Barasakti meliputi kampung: Karang Agung, Gunung Waras, Gunung Cahya, Rumbih, Negara Ratu, dan Negara Sakti.
Sedangkan buay terakhir, yaitu Buay Pemuka dibagi menjadi empat marga, yaitu: (1) Pemuka Pangeran Tua meliputi wilayah Kampung Pakuan Ratu, Tanjung Ratu, Gedung Menong, Kota Bumi Way Kanan, Sungsang, dan Kota Bumi Baru; (2) Pemuka Udik meliputi wilayah Kampung Blambangan Umpu, Gunu Sangkaran, Tanjung Rajo/Giham, dan Segara Midar; (3) Pemuka Udik/Pemuka Pangeran Ilir meliputi wilayah Kampung Kartajaya, Sri Menanti, dan Negeri Batin; serta (4) Pemuka Bangsa Raja yang berada di Kampung Negeri Besar.
Sebagaimana masyarakat Pepadun di daerah Lampung lainnya, kelima kebuwayan di Way Kanan menggunakan sistem kekerabatan yang ditarik secara patrilineal. Berdasarkan konstruksi sosial ini orang tua Usman cenderung memberi kebebasan pada anak laki-lakinya untuk melakukan aktivitas di luar rumah (publik), baik siang maupun malam hari serta kegiatan yang cenderung mengukuhkan sifat kelaki-lakiannya sehingga memungkinkan anak laki-laki secara fisiologi, sosiologis maupun psikologis tumbuh sebagai pribadi yang kuat dan mandiri. Hal inilah yang dialami Usman. Dia tumbuh sebagai seorang pribadi kuat dan mandiri serta patuh terhadap kakak sulungnya sesuai dengan prinsip primogenitur.
Pribadi kuat serta kemandirian inilah yang membuat Usman berani keluar dari Negeri Besar untuk meneruskan pendidikan di SPGN Negeri Kotabumi, Lampung Utara, pada tahun 1981. Setelah lulus, tahun 1985 dia kembali ke Negeri Besar untuk mengabdikan diri sebagai pegawai negeri dengan menjadi tenaga pengajar di SDN Negeri Besar. Di sekolah ini dia tidak hanya dapat menularkan ilmu yang dimiliki kepada anak didik, tetapi juga mentransfer "hatinya" pada salah seorang guru bernama Aminah.
Dari hasil perkawinan dengan Aminah, Usman dikaruniani tiga orang anak, yaitu: Ipin Novisianti gelar Pujian (lahir tahun 1987), Eja Anggraini gelar Nanggok, dan Muhammad Rizki Usman Pubara gelar Raja Lima. Rizki merupakan anak Usman Karim yang paling dibanggakan karena berjenis kelamin laki-laki. Bagi orang Lampung anak laki-laki adalah penerus keturunan. Jadi apabila sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki, agar tidak terputus garis keturunannya maka akan mengangkon (mengadopsi) anak melalui suatu upacara tertentu yang membutuhkan biaya relatif besar.
Setelah menikah Usman Karim tetap mengajar di SDN Negeri Besar hingga tahun 2000. Pada awal tahun dia pindah jabatan sebagai Kepala Cabang Dinas (Kacapdin) Pendidikan Kabupaten Lampung Utara. Dua tahun menjabat sebagai Kacapdin Usman "rehat" sebentar untuk melanjutkan pendidikan D2 jurusan keguruan di Universitas Terbuka hingga lulus tahun 2004. Kemudian ke Sekolah Tinggi Ilmu Pendidik (STKIP) Muhammadiyah di Kotabumi untuk mendapatkan gelar S1 tahun 2005.
Tamat dari STKIP Usman langsung menduduki jabatan Kepala Seksi Adat Istiadat Dinas Pemuda Olahraga Kabupten Way Kanan. Hanya sekitar tujuh bulan menjabat, dia dimutasi lagi sebagai Kepala Dinas Pendidikan Way Kanan hingga tahun 2007. Pada Desember 2007 jabatannya dinaikkan satu tingkat menjadi Camat Negeri Besar. Saat menjadi camat inilah Usman meneruskan lagi pendidikan menempuh jenjang S2 bidang manajemen di Universitas Saburai Bandarlampung.
Selama menjabat Camat Negeri Besar kiprah Usman dalam bidang kebudayaan cukup menarik. Hal pertama yang dilakukan adalah menghimbau warga masyarakat yang sedang melangsungkan perkawinan agar barang seserahan berupa peralatan rumah tangga sebaiknya diserahkan pada kedua mempelai. Kebiasaan di Negeri Besar adalah bahwa barang-barang tersebut umumnya "diperebutkan" oleh sanak kerabat yang ikut membantu terlaksanannya upacara perkawinan, sehingga mempelai kadang hanya mendapat sisanya.
Selain itu, dia juga menghimbau agar tidak seluruh kerbau dipotong dalam satu hari pada acara begawi. Adat kebiasaan yang selama ini berlaku yaitu memotong seluruh kerbau dalam satu hari umumnya daging hasil potongan tidak termanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, Usman menyarankan memotong seekor kerbau perhari agar tidak mubazir. Kecuali bila jumlah kerbau lebih banyak ketimbang waktu begawi yang direncanakan, maka kerbau yang dipotong boleh lebih dari seekor perharinya.
Selang dua tahun menjabat sebagai camat, Usman turun ke jabatan Kasi Pemuda dan Olahraga di Disparbud Way Kanan. Salah satu sebab penurunan jabatan tersebut adalah karena dia menudukung calon bupati yang kalah dalam Pilkada setempat. Tidak lama setelah terpilih, Bupati baru langsung mendepak dan menggantikannya dengan Idrus sebagai Camat Negeri Besar. Namun, karena kinerja Usman dinilai baik, tidak sampai 6 bulan dia kembali menjadi Camat di daerah lain yaitu Negara Batin.
Usman mnejabat sebagai Camat Negara Batin selama lima tahun tiga bulan. Awal September 2016 dia ditarik lagi ke kabupaten menjadi Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Way Kanan berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 821/145/III.12.WK/2016 Tanggal 14 September 2016. Satu tahun kemudian Usman pindah menjadi Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat yang mengurusi bidang agama dan kemasyarakatan.
Sebagai Kabbag Kesra ada dua prestasi Usman terbilang cukup "moncer". Pertama, membawa Kabupaten Way Kanan menempati peringkat kedua pada perhelatan Musabaqah Tilawatil Quran ke-46 setelah tahun sebelumnya hanya berada di peringkat keempat. Keberhasilan Usman dipicu oleh "kemarahan" Bupati karena Way Kanan belum pernah mendapatkan hasil memuaskan dalam pelaksanaan MTQ pada masa kepemimpinan bupati sebelumnya.
"Kemarahan" Bupati memicu Usman membuat formula khusus agar dapat memenangkan MTQ. Bekerja sama dengan LPTQ Kabupaten Way Kanan dia mengumpulkan 38 qori dan qoriah terbaik se-Kabupaten Way Kanan untuk mengikuti pembekalam pembinaan/training center di Pontok Pesantren Tahfizh Al Quran Daarut Tilawah Tanjungkarang. Hasilnya, bukan saja meraih peringat dua dalam MTQ nasional, tetapi juga membentuk suatu pakem baru bagi pembinaan calon qori dan qoriah Way Kanan di masa yang akan datang.
"Prestasi" kedua adalah berhasil mendatangkan Wijayanto, Ustadz "gokil" dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk tugas itu, Usman terbang langsung ke Yogyakarta membujuk Wujayanto agar bersedia hadir di Way Kanan. Oleh karena kesibukan Sang Ustadz yang sangat padat, Usman menggunakan strategi dengan mengatakan bahwa apabila tidak hadir maka jabatannyalah yang akan jadi taruhan alias di non-job-kan . Strategi Usman ternyata sangat efektif sehingga Wijayanto pun bersedia hadir.
Berkat keberhasilan membawa Way Kanan runnerup MTQ tingkat nasional dan "memajukan" bidang keagamaan, pada bulan Juni 2017 Usman diberi kepercayaan mengurusi masalah perempuan dan anak dengan dilantik menjadi Kepala Dinas P3AP2KB atau Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Adapun tugasnya antara lain: (1) menyiapkan rencana strategis dan laporan akuntabilitas kinerja Dinas; (2) melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan lingkungan tugas; (3) merumuskan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, pengendalian penduduk, dan keluarga berencana; (4) pembinaan dan pelaksanaan tugas pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, pengendalian penduduk, dan keluarga berencana; (5) menyiapkan petunjuk teknis dalam pelaksanan lingkup pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, pengendalian penduduk, dan keluarga berencana; dan (6) melaksanakan tugas kedinasan yang diberikan atasar serta berkoordinasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaannya.
Kepercayaan Bupati kepada Usman untuk mengurusi masalah anak dan perempuan di Way Kanan ternyata tidak sia-sia. Dalam waktu relatif singkat (sekitar 1,5 tahun) Usman berhasil menorehkan beberapa buah prestasi, di antaranya: (1) Kabupaten Way Kanan masuk dalam enam besar pada ajang lomba Kesatuan Gerak (Kesrak) PKK-KB Kesehatan tingkat nasional, mewakili Provinsi Lampung. Sebelum maju ke tingkat nasional, pada 11 November 2017 Way Kanan yang diwakili oleh Kampung Pakuanbaru dan Kecamatan Pakuanratu berhasil meraih peringkat pertama lomba Kesrak PKK-KB Kesehatan Tingkat Provinsi Lampung. Atas dasar kemenangan tersebut Usman diundang oleh TP PKK Pusat dan BKKBN Pusat untuk mempresentasikan kegiatan Kesrak PKK Kesehatan di Kabupaten Way Kanan; (2) juara tiga lomba PTKSS tingkat Provinsi Lampung; (3) juara harapan satu lomba GSI (Gerakan Sayang Ibu) tingkat Provinsi Lampung; dan (4) menghantarkan Bupati Way Kanan Raden Adipati memperoleh penghargaan Manggala Karya Kencana dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia. Penghargaan tertinggi yang diberikan pemerintah pusat melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ini diberikan kepada Raden Adipati karena dinilai mempunyai dedikasi tinggi terhadap program pengendalian penduduk dan pembangunan keluarga sejahtera.
Saat ini, di sela-sela kesibukannya sebagai Kepala Dinas P3AP2KB Usman telah merancang masa pensiunnya yang tinggal tiga tahun lagi. Setelah pensiun dia berencana istirahat total dan menghabiskan waktu hanya untuk berkumpul bersama keluarga dan dan mendekatkan diri pada Tuhan. Keputusannya ini dapat dimaklumi karena sejak bertugas di Blambangan Umpu (Ibukota Kabupaten Way Kanan) Usman tidak tinggal bersama keluarganya. Untuk dapat berkumpul dan bercengkerama dengan buah hati, setiap Jumat sore dia pulang ke Negeri Besar yang jaraknya sekitar 120 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam.