Permainan Wak wak kung

Asal usul permainan yang disebut sebagai Wak wak kung sudah sulit diketahui. Namun, yang jelas permainan wak wak kung telah dikenal oleh masyarakat Betawi sejak zaman penjajahan Belanda. Di dalam permainan yang juga disebut sebagai Ular naga ini terdapat dua orang penjaga berhadapan dan saling berpegangan tangan yang kemudian diangkat ke atas membentuk kerucut, sehingga jika diturunkan akan memerangkap pemain di dalamnya. Kedua orang penjaga itu diibaratkan sebagai bulan dan matahari.

Pemain
Permainan Wak wak kung pada umumnya dilakukan oleh anak-anak yang berusia 6--12 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah pemainnya 10--40 orang. Dari sekian banyak pemain tersebut, hanya dua orang yang menjadi induk ayam atau ulung, sedangkan sisanya akan dibagi dua grup setelah dalam permainan terjaring dan memilik salah satu induk ayam.

Tempat dan Peralatan Permainan
Luas arena permainan yang diperlukan bergantung dari banyak sedikitnya pemain. Jika pemain kurang dari 40 orang, maka luas arena hanya berukuran 5 x 5 meter persegi. Namun, jika pemain sekitar 40 orang maka luasnya diperlebar menjadi 8 x 8 meter persegi. Di tengah-tengah arena akan dibuat sebuah garis batas yang nantinya akan dipergunakan sebagai batas kalah atau menang saat kedua regu saling tarik-menarik. Dengan luas yang maksimal hanya 16 meter persegi, maka pekarangan rumah atau tanah yang agak lapang pun dapat dijadikan arena permainan.

Permainan wak wak kung tidak mempergunakan alat apapun, kecuali sebuah lagu sebagai pengiring nyanyian. Syair untuk lagu tersebut adalah sebagai berikut:
Wak wak kung nasinye nasi jagung
Lalapnye daon utan
Sarang gaok dipohon jagung
Gang…ging…gung

Tam-tambuku
Seleret daon delime
Pato klembing pate paku
Tarik belimbing
Tangkep satu
Pit ala’ipit
Kuda lari kejepit-sipit

Aturan dan Proses Permainan
Aturan permainan Wak wak kung tergolong mudah, yaitu setelah grup atau regu terbagi dua, maka kedua regu tersebut akan saling tarik-menarik hingga melewati garis batas permainan untuk menentukan menang atau kalahnya sebuah grup.

Sedangkan proses permainan dimulai dengan penentuan pemain (dengan cara aklamasi) yang akan menjadi ulung atau induk ayam. Setelah itu, kedua induk ayam akan saling berhadapan dan berpegangan tangan, kemudian diangkat ke atas membentuk sebuah kerucut (jika diturunkan akan memerangkap pemain di dalamnya). Sementara itu, para pemain lain akan berbaris memanjang, sambil berpegangan pada pundak pemain yang ada di depannya untuk mulai berjalan memutar, melalui “lorong” yang dibuat oleh rentangan tangan induk ayam. Saat berjalan mengitari dan memasuki “lorong” tersebut, biasanya para pemain akan bernyanyi. Di akhir nyanyian tangan pemain yang berperan sebagai induk ayam akan turun dan memerangkap salah seorang dari barisan pemain yang mengelilinginya. Kemudian, mereka akan bertanya kepada pemain yang terperangkap tersebut untuk memilih secara sukarela. Jika pemain memilih salah seorang induk, ia akan berdiri di belakangnya. Demikian seterusnya hingga tidak ada lagi pemain yang mengitari induk ayam. Dengan cara seperti itu, otomatis dua buah grup terbentuk.

Selanjutnya, kedua induk ayam akan berdiri berjajar dan saling berpegangan (hanya satu tangan) lagi tepat di atas garis batas permainan. Sementara tangan yang satunya lagi akan memegang salah satu tangan pemain lain (yang tadi telah memilih). Pemain tersebut akan memegang tangan pemain lainnya sehingga nantinya akan terbentuk barisan melebar dengan kedua induk ayam dan garis batas di antara keduanya sebagai pusatnya. Kemudian, kedua grup tersebut akan saling tarik-menarik hingga salah satu regu melewati garis batas yang telah ditentukan. Regu yang dapat menarik regu lain melewati garis batas maka regu tersebut dinyatakan sebagai pemenangnya. Jika pemain masih ingin bermain maka permainan dimulai lagi seperti semula.

Nilai Budaya
Nilai yang terkandung dalam permainan wak wak kung ini adalah kerja sama, kerja keras, demokrasi, dan sportivitas. Nilai kerja sama dan sekaligus kerja keras tercermin dari para pemain yang tergabung dalam satu grup akan bahu membahu menarik grup lain melewati batas yang telah ditentukan. Sedangkan nilai demokrasi tercermin dari kebebasan para pemain untuk sesuka hati memilih menjadi anggota grup bulan atau matahari. Nilai sportivitas tercermin dari sikap dan tingkah laku anggota grup yang kalah, mengakui kekalahannya dengan lapang dada, karena ada kesadaran bahwa dalam suatu permainan pasti akan ada pihak yang kalah dan pihak yang menang. (ali gufron)
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive