Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki banyak sekali obyek wisata yang dapat dijadikan sebagai “ladang” penghasil devisa, mulai dari wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata religi, hingga wisata belanja. Salah satu dari sekian banyak obyek wisata tersebut adalah Air Terjun Suhom yang terletak di antara Desa Suhom dan Desa Kreung Kala, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar.
Untuk mencapai obyek wisata yang berjarak sekitar 75 kilometer arah barat Banda Aceh ini dapat ditempuh dengan relatif mudah, baik menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Adapun rutenya, dari Banda Aceh hingga Calang (Aceh Jaya) dengan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan, melewati Pantai Lampuuk, Pantai Lhoknga, Gunung Paroe, Gunung Kulu, dan Kecamatan Leupung. Oleh karena rutenya melewati gunung dan pantai, maka sebagian besar pemandangan yang dilihat akan berupa gugusan dua buah gunung yang elok dipandang mata serta deburan ombak dan deretan pasir putih di sepanjang garis pantai. Sementara untuk kondisi jalannya sendiri terbilang mulus karena telah dibenahi dengan bantuan dana dari USAID setelah diporak-porandakan oleh tsunami pada akhir tahun 2004 silam.
Setelah sampai di lokasi wisata air terjun Suhom, pengunjung harus membayar sebesar Rp2.000,00 per orang sebagai tiket masuk. Apabila membawa kendaraan bermotor, dikenakan jasa parkir sebesar Rp. 5.000,00 baik untuk kendaraan roda dua (sepeda motor) atau roda empat (mobil). Selanjutnya, dari lokasi parkir diteruskan dengan berjalan kaki hingga sampai ke lokasi air terjun. Di sepanjang perjalanan menuju air terjun akan melewati ladang perkebunan durian serta hutan sekunder yang banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang dengan luas sekitar 2 hektar. Sebagai catatan, bagi pengunjung yang baru pertama kali datang dapat menggunakan jasa pemandu wisata yang berasal dari warga masyarakat setempat.
Kondisi Air Terjun
Air terjun Suhom memiliki ketinggian sekitar 20 meter. Posisinya berada di tengah perbukitan dengan panorama alam yang sangat indah. Di sekitar air terjun, selain banyak pepohonan khas hutan sekunder, juga ditumbuhi pohon durian yang apabila sedang berbuah banyak dijajakan oleh penduduk setempat dengan harga yang relatif terjangkau. Jadi, sembari menikmati keindahan alam, pengunjung juga dapat mencicipi daging lembut dan bau harum khas buah durian.
Bagi pengunjung yang ingin berkemah (camping) sambil menikmati belaian alam raya yang menenteramkan hati, tidak jauh dari air terjun terdapat sebuah area terbuka yang diperuntukkan sebagai bumi perkemahan. Sementara, bagi pengunjung laki-laki yang ingin menelusuri aliran air terjun hingga ke puncaknya dapat melalui sejumlah anak tangga yang terjal. Sedangkan pengunjung perempuan tidak diperkenankan melaluinya untuk menghindari hal-hal yang bertentangan dengan Syariat Islam.
Sebagai catatan lagi, wisata air terjun yang mulai dikelola sejak tahun 1996 ini dulunya lebih dikenal sebagai tempat pemandian orang-orang Tionghoa. Sebelum dijadikan sebagai obyek wisata, karena debit airnya besar, pada sekitar tahun 80-an pemerintah pernah membangun sebuah tanggul irigasi yang dapat mengairi sekitar 60 hektar sawah milik warga masyarakat di tiga desa sekitar air terjun. Namun sayangnya, hingga sekarang perbaikan tanggul hanya dilakukan satu kali pada sekitar tahun 1999.
Pada tahun 2006, PT. Coca Cola bersama Badan Nurani Dunia berusaha membantu desa-desa di sekitar air terjun Suhom yang pernah terkena bencana tsunami dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkekuatan sekitar 40.000 kilowatt memanfaatkan air terjun Suhon sebagai sumber penggeraknya. Hasilnya, saat ini sekitar 200 KK (Kepala Keluarga) telah dapat menikmati aliran listrik tenaga mikrohidro dari pembangkit listrik Suhom.
Sumber:
Hidayat, Firman, 2011. Berbasah-basah di Air Terjun Suhom. http://theglobejournal.com. Diakses 9 Oktober 2012