Pengantar
Museum Wayang Kekayon terletak di Jl. Raya Yogya-Wonosari Km. 7 No. 277, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, sekitar 1 kilometer dari Ring Road Timur Wonosari, Yogyakarta. Untuk dapat mengunjungi museum (bagi pengunjung dari luar kota) relatif mudah, karena letaknya hanya sekitar 6 kilometer dari Bandara Adi Sucipto, 5 kilometer dari terminal bus Giwangan, dan 10 kilometer dari stasiun kereta api.
Museum yang mengkoleksi berbagai jenis wayang yang ada di Nusantara ini didirikan oleh Prof. Dr. dr. KPH Soejono Prawirohadikusumo, SpS. Spkj(K) karena terinspirasi oleh museum-museum yang ia kunjungi di Negeri Belanda, sekitar tahun 1967. Sepulangnya dari Belanda, Sang Profesor yang masih termasuk kerabat Puro Pakualaman mulai mengumpulkan jenis-jenis wayang dari seluruh pelosok Nusantara dan sedikit demi sedikit membangun bangunan untuk museum hingga selesai pada tahun 1987 yang ditandai dengan Surya Sengkala “Kekayon Siyaga Angesti Wiyata”. Namun, baru empat tahun kemudian, tepatnya tanggal 5 Januari 1991, museum diresmikan oleh K.G.P.A.A. Paku Alam VIII, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada waktu itu.
Koleksi Museum Wayang Kekayon
Sampai saat ini Museum Wayang Kakyon memiliki sekitar 5.454 buah wayang dari 25 jenis wayang yang terbuat dari kulit, kain, kayu, kertas, maupun rumput. Jenis-jenis wayang tersebut diantaranya adalah: Wayang Purwa gaya Yogyakarta dan Surakarta; Wayang Madya (mengisahkan era pasca perang Baratayudha); Wayang Gedhog (mengisahkan cerita Dewi Candrakirana); Wayang Klithik (mengisahkan Damarwulan dan Minakjinggo); Wayang Krucil; Wayang Beber; Wayang Madura; Wayang Dupara (mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro); Wayang Kartasuran; Wayang Kidang Kencana; Wayang Bali; Wayang Suluh (mengisahkan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang di dalamnya terdapat tokoh pejuang kemerdekaan seperti, Bung Karno dan Bung Hatta); Wayang Golek; Wayang Golek Menak; Wayang Panji; Wayang Golek Tengul asal Jepara yang sudah berumur lebih dari 250 tahun; Wayang Tutur; Wayang Diponegaran; Wayang Golek Cepak; Wayang Sejati; Wayang Geculan; Wayang potehi dari China; Wayang Kanci; Wayang Seratus Kurawa; Wayang Kontemporer; Wayang Thailand, Amerika, dan India; Wayang khusus Kraton, dan lain sebagainya.
Selain wayang, museum ini juga menyimpan benda-benda lain, seperti: (1) replika wayang orang seukuran manusia asli dari epik Ramayana (Rama, Shinta, Rahwana, dan Hanoman); (2) beberapa buah poster Wayang Purwa yang menggambarkan strategi Sapit Urang dan Gajah yang dipakai dalam perang Baratayuda antara Pandawa dan Kurawa; (3) sejumlah replika yang menguraikan sejarah Indonesia sejak jaman purba hingga proklamasi kemerdekaan; (4) rekaman sejarah mengenai kesenian wayang dari abad ke-6 hingga 20; (5) aneka topeng yang berasal dari Pulau Jawa dan Bali; (6) busana tradisional; (7) patung singa Borobudur yang menandai masuknya peradaban Hindu-Budha abad ke-1-7 dengan Candi Borobudur sebagai puncak keagungan kebuayaannya; (8) replika manusia purba yang menggambarkan asal muasal manusia Indonesia; (9) kompleks austronesia yang menggambarkan masuknya orang-orang Cina sehingga pertanian dan perdagangan menjadi maju; (10) Gunungan Kartasura yang menggambarkan penyempurnaan cerita wayang pada abad ke-18 oleh pujangga Keraton Surakarta bernama Yododipuro dari Kakawin Ramayana menjadi Serat Ramayana; (11) komplek Baleranu Mangkubumi, Patung Jepang, dan patung Proklamasi yang melambangkan sejarah bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan; (12) kompleks menara air dengan atap berbentuk candi menggambarkan kejayaan Kerajaan Majapahit yang berhasil mempersatukan hampir seluruh wilayah Nusantara; dan lain sebagainya.
Untuk menjaga seluruh koleksi museum agar tidak hilang atau rusak dan merawat bangunan seluas 1.000 meter persegi yang terdiri dari ruang pameran tetap, ruang auditorium, ruang perpustakaan, ruang administrasi, ruang laboratorium/konservasi, ruang bengkel/preparasi, kantin/kafetaria, dan toilet, maka pihak pengelola mempekerjakan 7 orang pegawai, yang terdiri atas: 3 orang kurator, 2 orang bagian administrasi, dan 2 orang bagian keamanan.
Sebagai catatan, Museum Wayang Kekayon dibuka untuk umum setiap hari pukul 08.00-1500 WIB, kecuali hari Minggu, Senin dan hari besar nasional. Sedangkan untuk dapat memasuki museum, pengunjung hanya dikenakan biaya sebesar Rp.5.000,00 untuk wisman, Rp. 3.000,00 untuk wisnu dewasa, Rp.2.000,00 untuk mahasiswa/pelajar/anak-anak, dan diskon atau potongan sebesar 10% bagi pengunjung yang datang dalam bentuk rombongan lebih dari 20 orang. (ali gufron)
Foto: http://www.voucher-hotel.com
Sumber:
http://id.wikipedia.org
http://www.yogyes.com
http://www.museum-indonesia.net
Museum Wayang Kekayon terletak di Jl. Raya Yogya-Wonosari Km. 7 No. 277, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, sekitar 1 kilometer dari Ring Road Timur Wonosari, Yogyakarta. Untuk dapat mengunjungi museum (bagi pengunjung dari luar kota) relatif mudah, karena letaknya hanya sekitar 6 kilometer dari Bandara Adi Sucipto, 5 kilometer dari terminal bus Giwangan, dan 10 kilometer dari stasiun kereta api.
Museum yang mengkoleksi berbagai jenis wayang yang ada di Nusantara ini didirikan oleh Prof. Dr. dr. KPH Soejono Prawirohadikusumo, SpS. Spkj(K) karena terinspirasi oleh museum-museum yang ia kunjungi di Negeri Belanda, sekitar tahun 1967. Sepulangnya dari Belanda, Sang Profesor yang masih termasuk kerabat Puro Pakualaman mulai mengumpulkan jenis-jenis wayang dari seluruh pelosok Nusantara dan sedikit demi sedikit membangun bangunan untuk museum hingga selesai pada tahun 1987 yang ditandai dengan Surya Sengkala “Kekayon Siyaga Angesti Wiyata”. Namun, baru empat tahun kemudian, tepatnya tanggal 5 Januari 1991, museum diresmikan oleh K.G.P.A.A. Paku Alam VIII, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada waktu itu.
Koleksi Museum Wayang Kekayon
Sampai saat ini Museum Wayang Kakyon memiliki sekitar 5.454 buah wayang dari 25 jenis wayang yang terbuat dari kulit, kain, kayu, kertas, maupun rumput. Jenis-jenis wayang tersebut diantaranya adalah: Wayang Purwa gaya Yogyakarta dan Surakarta; Wayang Madya (mengisahkan era pasca perang Baratayudha); Wayang Gedhog (mengisahkan cerita Dewi Candrakirana); Wayang Klithik (mengisahkan Damarwulan dan Minakjinggo); Wayang Krucil; Wayang Beber; Wayang Madura; Wayang Dupara (mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro); Wayang Kartasuran; Wayang Kidang Kencana; Wayang Bali; Wayang Suluh (mengisahkan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang di dalamnya terdapat tokoh pejuang kemerdekaan seperti, Bung Karno dan Bung Hatta); Wayang Golek; Wayang Golek Menak; Wayang Panji; Wayang Golek Tengul asal Jepara yang sudah berumur lebih dari 250 tahun; Wayang Tutur; Wayang Diponegaran; Wayang Golek Cepak; Wayang Sejati; Wayang Geculan; Wayang potehi dari China; Wayang Kanci; Wayang Seratus Kurawa; Wayang Kontemporer; Wayang Thailand, Amerika, dan India; Wayang khusus Kraton, dan lain sebagainya.
Selain wayang, museum ini juga menyimpan benda-benda lain, seperti: (1) replika wayang orang seukuran manusia asli dari epik Ramayana (Rama, Shinta, Rahwana, dan Hanoman); (2) beberapa buah poster Wayang Purwa yang menggambarkan strategi Sapit Urang dan Gajah yang dipakai dalam perang Baratayuda antara Pandawa dan Kurawa; (3) sejumlah replika yang menguraikan sejarah Indonesia sejak jaman purba hingga proklamasi kemerdekaan; (4) rekaman sejarah mengenai kesenian wayang dari abad ke-6 hingga 20; (5) aneka topeng yang berasal dari Pulau Jawa dan Bali; (6) busana tradisional; (7) patung singa Borobudur yang menandai masuknya peradaban Hindu-Budha abad ke-1-7 dengan Candi Borobudur sebagai puncak keagungan kebuayaannya; (8) replika manusia purba yang menggambarkan asal muasal manusia Indonesia; (9) kompleks austronesia yang menggambarkan masuknya orang-orang Cina sehingga pertanian dan perdagangan menjadi maju; (10) Gunungan Kartasura yang menggambarkan penyempurnaan cerita wayang pada abad ke-18 oleh pujangga Keraton Surakarta bernama Yododipuro dari Kakawin Ramayana menjadi Serat Ramayana; (11) komplek Baleranu Mangkubumi, Patung Jepang, dan patung Proklamasi yang melambangkan sejarah bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan; (12) kompleks menara air dengan atap berbentuk candi menggambarkan kejayaan Kerajaan Majapahit yang berhasil mempersatukan hampir seluruh wilayah Nusantara; dan lain sebagainya.
Untuk menjaga seluruh koleksi museum agar tidak hilang atau rusak dan merawat bangunan seluas 1.000 meter persegi yang terdiri dari ruang pameran tetap, ruang auditorium, ruang perpustakaan, ruang administrasi, ruang laboratorium/konservasi, ruang bengkel/preparasi, kantin/kafetaria, dan toilet, maka pihak pengelola mempekerjakan 7 orang pegawai, yang terdiri atas: 3 orang kurator, 2 orang bagian administrasi, dan 2 orang bagian keamanan.
Sebagai catatan, Museum Wayang Kekayon dibuka untuk umum setiap hari pukul 08.00-1500 WIB, kecuali hari Minggu, Senin dan hari besar nasional. Sedangkan untuk dapat memasuki museum, pengunjung hanya dikenakan biaya sebesar Rp.5.000,00 untuk wisman, Rp. 3.000,00 untuk wisnu dewasa, Rp.2.000,00 untuk mahasiswa/pelajar/anak-anak, dan diskon atau potongan sebesar 10% bagi pengunjung yang datang dalam bentuk rombongan lebih dari 20 orang. (ali gufron)
Foto: http://www.voucher-hotel.com
Sumber:
http://id.wikipedia.org
http://www.yogyes.com
http://www.museum-indonesia.net