Pengantar
Kasongan adalah nama dukuh atau kampung yang secara administratif termasuk dalam desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (sekitar 7 km di selatan Kota Yogyakarta). Di daerah ini terdapat suatu kerajinan tembikar. Keberadaan industri gerabah ini telah menjadi salah satu ciri khas wilayahnya, sehingga jika seseorang mendengar kata "Kasongan" maka yang terlintas dalam benaknya adalah kerajinan tembikar. Hasil kerajinan ini tidak hanya merupakan salah satu komoditi unggulan daerah yang dikenal kerena mutunya yang tinggi, desain yang variatif dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekspornya yang tinggi.
Kasongan adalah nama dukuh atau kampung yang secara administratif termasuk dalam desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (sekitar 7 km di selatan Kota Yogyakarta). Di daerah ini terdapat suatu kerajinan tembikar. Keberadaan industri gerabah ini telah menjadi salah satu ciri khas wilayahnya, sehingga jika seseorang mendengar kata "Kasongan" maka yang terlintas dalam benaknya adalah kerajinan tembikar. Hasil kerajinan ini tidak hanya merupakan salah satu komoditi unggulan daerah yang dikenal kerena mutunya yang tinggi, desain yang variatif dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekspornya yang tinggi.
Asal usul kerajinan gerabah di Dukuh Kasongan ini sulit diketahui lagi. Tidak seorang pun pengrajin tembikar di dukuh tersebut dan 12 dukuh lain disekitarnya mengetahui sejak kapan kegiatan membuat tembikar dimulai; yang jelas pembuatan tembikar telah dilakukan secara turun-temurun.
Jenis-jenis Barang yang Diproduksi
Barang-barang yang dihasilkan oleh perajin di Kasongan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni: peralatan rumah tangga, bahan bangunan, dan benda-benda hiasan. Peralatan rumah tangga yang diproduksi antara lain: (1) anglo atau keren (berfungsi sebagai tungku yang dapat dipindah-pindah). Anglo yang dibuat berukuran besar, sedang dan kecil. Anglo kecil berfungsi untuk merebus lilin pembatik, tempat membakar kemenyan (dupa), tempat membakar pengharum ruangan dan lain-lain; (2) kuali atau belanga (tempat masak sayur, merebus singkong dan hasil bumi lain). Sama seperti anglo, kuali yang dibuat juga dalam ukuran besar, sedang, dan kecil; (3) kendhil atau periuk (sejenis kuali, tetapi agak kecil dan tinggi, umumnya untuk menanak nasi, merebus jamu dan lain-lain); (4) pengaron (bentuknya lebih besar dan tebal dari kuali dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan air); (5) genuk (tempat menyimpan beras). Genuk ada yang dibuat berukuran kecil dan bertutup. Gunanya untuk tempat menyimpan ari-ari (plasenta) bayi, yang dengan upacara tertentu dikubur atau dihanyutkan di sungai/laut; (6) klenting atau jun (alat untuk tempat air yang dipindahkan dari sumbernya ke rumah dengan cara digendong atau dipikul); (7) gentong (tempat menyimpan air); (8) kendi (tempat penyimpanan air minum); (9) layah, cowek, cuwo, lemper, dan lain-lain (sejenis mangkuk atau piring untuk berbagai keperluan masak dan menghidangkan masakan).
Bahan-bahan bangunan yang dibuat oleh para perajin Kasongan adalah bata dan genting. Namun, bata dan genting buatan Kasongan kalah pamor ketimbang buatan dari daerah lain seperti Jatiwangi, sehingga produksinya pun tidak begitu diutamakan dibanding tembikar untuk peralatan rumah tangga maupun benda-benda hiasan. Sedangkan, benda-benda hiasan yang dihasilkan antara lain adalah: (1) bermacam-macam bentuk pot bunga gantung; (2) vas bunga berukir; (3) bermacam-macam bentuk celengan; (4) patung naga keraton; (5) patung naga bertarung dengan garuda; (6) patung binatang-binatang lain seperti singa, buaya, harimau, kuda, kambing, anjing, kera, kodok dan lain-lain; (7) patung makhluk ajaib seperti kirin, setan gundul dan lain-lain; (8) patung pengantin; (9)
patung kuda kepang dan lain-lain. Sebagai catatan, benda-benda hiasan merupakan komoditas utama dari daerah Kasongan. Benda-benda yang bernilai seni tinggi inilah yang mencuatkan nama Kasongan sebagai pengrajin tembikar yang kondang hingga ke mancanegara.
Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan tembikar diantaranya adalah: perbot (alat untuk memutar tanah liat yang akan dibentuk), palu, tatap, dan kerik (alat untuk menghaluskan bentuk tembikar). Sedangkan, bahan yang digunakan adalah tanah liat yang berwarna kemerahan atau hitam dan pasir. Kedua bahan tersebut dapat diperoleh di sekitar rumah para perajin.
Pembuatan Tembikar
Pembuatan suatu tembikar diawali dengan mencapur tanah liat dengan pasir dan air, kemudian dilumatkan dengan kaki. Setelah lumat, campuran tersebut dibentuk sesuai dengan keinginan perajin dengan alat putar yang disebut perbot. Ketika sudah terbentuk, bahan dipadatkan dengan palu dan tatap, kemudian dihaluskan dengan kerik. Setelah halus, tembikar diangin-anginkan selama 3 hari, lalu dijemur selama 7 hari, baru ditimbun lalu dibakar selama 4 jam tanpa tungku dengan bahan bakar daun kering, jerami atau kayu bakar. Pembakaran dilakukan di tempat terbuka. Hasilnya dijajakan dengan digendong, dipikul, diangkut dengan sepeda, atau diangkut dengan truk untuk pengiriman ke tempat yang jauh.
Nilai Budaya
Tambikar Kasongan, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk tembikar yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah tembikar yang indah dan sarat makna. (gufron)
Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1988. Aneka Ragam Hkasanah Budaya Nusantara I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.jogjapromo.com/