Oppo Reno7 Z 5G, Smartphone Retro nan Ramping


Oppo adalah perusahaan elektronik dan komunikasi seluler yang berpusat di Dongguan, Guangdong, Cina. Perusahaan yang bernama resmi Guangdong Oppo Mobile Communications Co. Ltd ini merupakan produsen ponsel cerdas terbesar di Tiongkok yang berhasil menjual ponselnya di lebih dari 200.000 otulet ritel.

Bulan Maret ini Oppo meluncurkan salah satu seri smartphone Reno7, yaitu Oppo Reno7 Z 5G yang hadir dengan desain bodi elegan ultra slim retro berwarna ungu, kuning, dan hijau ketika digerakkan dari berbagai sudut serta tidak akan meninggalkan bekas sidik jari karena menggunakan tiga lapisan tekstur dan dua lapisan coating.

Tampilan ciamik Reno7 Z 5G ditunjang oleh beratnya yang tidak lebih dari 173 gram dan berketebalan 7,55 milimeter. Pada bagian belakang terdapat dual orbit lights berupa dua buah lampu berwarna biru dalam frame kotak yang akan menyala ketika dicharge.

Untuk urusan performa, Reno 7 Z 5G disokong oleh chipset SoC (System on Chip) Qualcomm Snapdragon 695 5G octa-core (dual-core Kryo 660 Gold dan hexa-core kryo 660 Silver) dengan ColorOS 12 dan RAM 8GB guna menjalankan sistem operasi Android 11. Bagian layar berspesifikasi Punch-hole desain beraspek rasio 20:9 dengan layar sentuh berukuran 6,43 inci teknologi panel AMOLED (Active Matrix Organic Light Emiting Diode) resolusi full HD+ 2400x1080 piksel 430 nits kerapatan 410 piksel per inci.

Layar AMOLED tadi mampu menghasilkan saturasi warna cantik dengan 100% sRGB color gamut berkecerahan hingga 800 nits. Ia juga dapat menghasilkan kontras tinggi, warna hitam pekat, dan sangat efisien dalam konsumsi daya. Namun, sayangnya refresh rate layarnya hanya 60 Hz.

Sementara untuk kamera belakang terpasang tiga buah lensa yang lumayan mumpuni. Lensa kamera belakang (utama) 64MP sensor Sony IMX686 1/1.7 inci 0.8um piksel. Kamera kedua berukuran 2MP dengan lensa f/2.4 sebagai depth sensor agar menghasilkan foto bokeh melalui metode portrait. Dan, kamera ketiga juga berukuran 2MP dengan lensa f/2.4 dedicated makro yang berfungsi memotret objek berukuran kecil. Sedangkan untuk urusan selfie, smartphone ini dibekali kamera depan berlensa 27mm apeture f/2.4 resolusi 16 megapiksel dengan sensor BSI CMOS 1/3/1 inci 1um piksel.

Kamera Reno7 Z 5G berfitur phase detection autofokus, LED Flash, Ultra Night Video (untuk low-light dan Live HDR pada kondisi backlight), AI Potrait Expert, AI Mixed Portrait, Dual View Video, AI Highlight Video, AI Color Portrait, Night Flare Portrait, Bokeh Flare Portrat (penghasil efek lampu artistik di latar belakan subjek foto), Minochrome Video, SOLOP, Oppo Screen Image Engine (peningkat saturasi dan kontras saat merekam video pendek), dan Electronik Image Stabilizatin agar video yang dihasilkan lebih stabil dari guncangan.

Adapun fitur-fitur unggulan lain dari smartphone penerima peringkat A dalam sertifikasi TÜV SÜD 36-Month Fluency ini, di antaranya: Dual-View-Video, Slow-Motion, Panorama, In-Display,Fingerprint (sidik jari dalam layar untuk sistem keamanan), Super Touch, System Guard, Idle Time Optimizer, Game Focus Mode (pemblokir panggilan dan notifikasi saat bermain game), Dolby Atmos, Air Gestures, Near Field Communications (NFC) sebagai transfer data atau transaksi digital, dan SuperVOOC 33 flash charge yang mampu mengisi baterai berkapasitas 4500mAH hanya dalam waktu 63 menit.

Bakso Urat Jumbo "Solo Balapan"

Bakso Urat Jumbo "Solo Balapan" berada di Jalan Raya Jatinangor, Cikuda, Sumedang. Sesuai dengan namanya, warung makan ini menyajikan berbagai macam bakso (mercon, mangkok, selimut, tulang, kikil, super jumbo, urat, telor, cincang, ceker, pangsit) dan mie ayam (ceker, bakso biasa, bakso urat, bakso sumbo, pangsit).

Kantor Desa Kanekes

Rumah Makan Ibu Haji Ciganea Rest Area Km 88

Foto tahun 2016.

Angklung Buhun

Angklung adalah alat musik bambu bernada ganda (multitonal) yang dibunyikan dengan cara digoyangkan atau digetarkan. Alat musik ini hampir ada di seluruh wilayah Jawa Barat dan Banten. Salah satunya di Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak, tempat bermukim orang-orang Baduy. Mereka memiliki sejenis angklung yang diberi nama angklung buhun atau angklung kanekes atau angklung baduy.

Sesuai dengan namanya, yaitu “buhun” atau “tua”, angklung ini dipercaya sudah ada sejak terbentuknya masyarakat adat Baduy (banten.idntimes.com). Oleh karena itu, ia dianggap sakral dan menurut id.wikipedia.org, hanya boleh dibuat oleh orang-orang Baduy dalam (Kajeron) di Kampung Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Itu pun hanya mereka yang masih merupakan keturunan para leluhur pembuat angklung.

Adapun bentuk angklungnya agak berbeda dibanding angklung dari daerah lain di Jawa Barat dan Banten. Sebuah angklung buhun terdiri dari lima bilah bambu yang diberi hiasan merumbai berupa batang padi atau daun panjang diikat secara berkelompok di bagian atasnya. Jumlah bilah yang terbatas tadi membuat angklung sulit digunakan sebagai pengiring vokal atau lagu karena nadanya terbatas.

Dalam kehidupan masyarakat Baduy angklung buhun (juga merupakan nama kesenian) bukan digunakan sebagai sarana hiburan semata melainkan untuk prosesi adat berhubungan dengan siklus penanaman padi, khususnya tahap ngaseuk atau membuat lubang guna mamasukkan benih padi huma. Sebelum benih ditanam akan dipertunjukkan ngalage oleh penari sembari mengarak setumpuk padi yang dikaitkan di bambu menuju ke balai warga. Sepanjang perjalanan, arak-arakan akan diiringi oleh angklung buhun dan dogdog lojor.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya angklung buhun tidak hanya dimainkan saat ngaseuk saja, melainkan juga dalam upacara adat lain seperti seren tahun sebagai ungkapan rasa syukur setelah panen dan seba ketika menghadap pimpinan (bupati atau gubernur Banten) sebagai penghormatan terhadap keberadaan pemerintahan negara (merahputih.com).

Ketika mengiringi upacara adat tersebut, sejumlah sembilan buah instrumen angklung buhun berbagai jenis (ringkung, dimping, dondong, engklok, indung leutik, trolok, reol 1, dan reol 2) akan dimainkan bersama tiga buah bedug kecil panjang (bedug berukuran 60x40 centimeter, telingtung berukuran 50x30 centimeter, dan ketug berukuran 50x25 centimeter) oleh laki-laki Baduy. Mereka mengenakan busaha khas Baduy berupa baju lengan panjang dan celana pendek berwarna hitam disertai ikat kepala kain berwarna biru tua.

Sedangkan pertunjukannya sendiri (apabila dipentaskan saat ngaseuk) diawali dengan sebuah ritual khusus berupa sesajen terdiri atas bakakak hayam, nasi, kue tujuh rupa, kembang tujuh rupa, sirih, air putih, rokok dan kemenyan. Setelah sesajen tersedia dan pemain berdiri sambil berjalan dalam formasi melingkar, kuncen atau pawang yang berada di tengah lingkaran akan membacakan doa sembari membakar kemenyan.

Selesai doa pemain mulai berjalan berputar dari arah kanan ke kiri sambil tetembangan lirih seperti merintih. Di sela-sela tarian berputar, diselingi pula adu kekuatan antar pemain dengan saling mengadu badan hingga terjatuh atau tersungkur. Begitu seterusnya hingga ada yang menyerah sebagai tanda berakhirnya pergelaran angklung buhun. Selanjutnya mereka akan bergabung guna menyaksikan kuncen menguburkan sesajen sebagai tanda bahwa lahan sudah boleh ditanami. (ali gufron)

Sumber:
“Angklung Kanekes”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Angklung, tanggal 5 Februari 2022.

“Mengenal Angklung Buhun, Alat Musik Sakral Suku Baduy”, diangses dari https://banten.idntimes.com/news/banten/muhammad-iqbal-15/mengenal-angklung-buhun-alat-musik-sakral-suku-baduy/4, tanggal 5 Februari 2022.

“Angklung Buhun Pusaka Identitas Masyarakat Baduy”, diakses dari https://merahputih.com/post/read/angklung-buhun-alat-musik-tua-masyarakat-baduy, tanggal 5 Februari 2022.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

Archive