Indonesia kaya akan makanan tradisional yang diolah sedemikian rupa dengan cara dibakar, dipanggang, dikukus, dipepes, digoreng, dan diasapi untuk dikonsumsi sehari-hari maupun sebagai perlengkapan dalam upacara adat. Makanan tradisional, yang oleh globallavebookx.blogspot.co.id didefinisikan sebagai segala jenis olahan khas yang dipengarui oleh kebiasaan dan menyatu dalam sistem sosial budaya sehingga rasa, tekstur, dan aroma yang sesuai dengan lidah masyarakatnya, umumnya menggunakan berbagai macam bahan yang diperoleh dari lingkungan sekitar.
Salah satu bahan tersebut adalah beras ketan. Menurut Ramadhanny (2017), beras ketan termasuk dalam jenis padi-padian yang buahnya berwarna lebih putih serta berukuran lebih besar dan keras daripada jenis padi lain. Beras ketan mengandung 169 kalori (dalam 200 gram), vitamin B-6, dan zat tembaga yang berkhasiat dapat mengurangi resiko penyakit jantung, penabah energi, pelawan radikal bebas, penyeimbang metabolisme tubuh, mencegah anemia, memperlancar sistem pencernaan, membantu kesehatan otak, dan lain sebagainya.
Di Provinsi Lampung, tepatnya di Kabupaten Lampung Barat beras ketan disebut juga dengan siwok. Oleh masyarakat di sana siwok dapat dibuat menjadi berbagai macam penganan, seperti: segubai (dicampur dengan santan kelapa dan dibungkus daun pisang), bebay maghing (dicampur dengan kentang kukus, gula tepung, garam, santan, dan minyak goreng), tapol (dicampur dengan santan kelapa, daun pisang, dan bawang merah), bekhebus (dicampur pisang), tapai (dicampur ragi dan dibungkus daun pisang), jipang (dicampur gula, loba lobi, dan minyak goreng), dan juwadah (dicampur gula merah, gula pasir, santan, dan daun pandan) (keunikanbahasalampung.blogspot.co.id).
Khusus untuk warga di Kampungbaru, Pekon Wates, Kecamatan Balikbukit, Lampung Barat, ada sebuah tradisi unik dalam memproses siwok. Tradisi ini dinamakan sebagai nyallai siwok atau sangrai ketan. Menurut Saputra (2016), nyallai siwok merupakan salah satu tahapan dalam rangkaian upacara perkawinan. Bujang-gadis pasangan yang akan menikah diharuskan membuat nyallai yang berbahan siwok dan gula merah sebagai pedatong atau oleh-oleh bagi calon kerabat baru berdasar ikatan pernikahan. Nyallai (sangraian) yang dibuat oleh bujang disebut kakilu yang akan diberikan pada indau atau kawan akrabnya, sedangkan nyallai buatan sang gadis disebut babekhas akan diberikan kepada kelama atau calon ibu mertuanya. (gufron)
Sumber:
"Pengertian Makanan Tradisional atau Makanan Khas Menurut Ahli", diakses dari http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-makanan-tradisional-atau.html, tanggal 29 Juli 2017.
Ramadhanny, Caesarra Nur. 2017. "Beras Ketan", diakses dari http://www.kerjanya.net/faq/18726-beras-ketan.html, tanggal 1 Agustus 2017.
Saputra, Edi. 2016. "Nyallai Siwok, Tradisi Masyarakat Asli Lampung Barat", diakses dari http://www.saibumi.com/artikel-79574-nyallai-siwok-tradisi-masyarakat-asli-lampung-barat-.html#ixzz4p1uTJlRU , tanggal 29 Juli 2017.
"Kue Khas Lampung yang terbuat dari Ketan (Siwok), diakses dari http://keunikanbahasalampung.blogspot.co.id/2013/05/kue-khas-lampung-yang-terbuat-dari.html, tanggal 2 Agustus 2017.