Slamet Rahardjo Djarot

Slamet Rahadjo Djarot atau Slamet Rahadjo adalah aktor dan sutradara kawakan yang telah malang melintang di dunia sinematografi Indonesia. Pria yang masa kecilnya akrab di disapa Memet ini lahir di Serang, Banten, pada 21 Januari 1949 dari pasangan Djarot Djojoprawiro dan Ennie Tanudireja1. Semasa kecil, Memet yang pernah bersekolah di SMPN VIII Yogyakarta memang bercita-cita ingin menjadi artis. Oleh sebab itu, setamat penempuh pendidikan di SMAN Tanjungpandan, Memet meneruskannya ke Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI). Walau tidak sampai tamat, di ATNI dia sempat bergabung dalam Teater Populer bersama Teguh Karya. Dia kemudian pindah ke Akademi Teater Nasional Indonesia - Art Directing/Akademi Film Nasional Jayabaya pada tahun 19692.

Slamet memulai kariernya di dunia perfilman pada tahun 1971 dengan menjadi pemeran utama pada film Wajah Seorang Laki-laki berpasangan dengan Laila Sari. Sukses membintangi film itu, nama Slamet Rahadjo semakin bersinar. Selanjutnya, hampir setiap tahun dia selalu saja terlibat dalam penggarapan sebuah film, baik sebagai pemeran utama, supporting cast, cast, scriptwriter (penulis skenario), komposer, post productin supervisor, maupun sturadara. Adapun film-film yang dibintanginya adalah: Cinta Pertama (1973); Ranjang Pengantin (1974); Perkawinan dalam Semusim (1976); Badai Pasti Berlalu (1977); November 1828 (1978); Di Balik Kelambu (1982); Tjoet Nja Dhien (1986); Kodrat (1986); Ruang (2006); dan Gending Sriwijaya (2013)3.

Sementara pada film lain dia hanya berperan sebagai sebagai cast atau supproting cast (aktor pendukung). Film-film itu diantaranya adalah: Kawin Lari (1974); Bukit Perawan (1976); Ponirah Terpidana (1983); Terang Bulan di Tengah Hari (1988); Pasir Berbisik (2000); Kutunggu di Sudut Semanggi (2004); Banyu Biru (2004); Badai Pasti Berlalu (2007); Cinta Setaman (2008); Namaku Dick (2008); Laskar Pelangi (2008); Lastri (2009); Ketika Cinta Bertasbih (2009); Sang Pencerah (2010); Kabayan Jadi Milyuner (2010); Bahwa Cinta itu Ada (Gading-gading Ganesha) (2010); Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010); Babak Belur (2010); Sang Penari (2011); Dilema (2011); Jakarta Hati (2012); Sang Pialang (2013); Pendekar Tongkat Emas (2014); Filosofi Kopi (2015), Hijab (2015); dan Garuda Superhero (2015)3.

Selain sebagai pemeran utama atau supporting cast, Slamet kadang juga merangkap sebagai post production supervisor, art director, penulis skenario, dan atau sutradara. Pada film Rembulan dan Matahari (1979), Seputih Hatinya Semerah Bibirnya (1980), Ponirah Terpidana (1983), Kodrat (1986), Kasmaran (1987), Langitku Rumahku (1989), Telegram (1997), dan Marsinah (2000) misalnya, Slamet juga bertindak penulis skenario sekaligus sutradara. Sementara untuk film Di Balik Kelambu (1982), Melintas Badai (1985), dan Batas (2011) sebagai penulis skenario. Film Kembang Kertas (1984) sebagai Sutradara, November 1828 (1978) sebagai komposer sekaligus art director, dan film Nada untuk Asa (2015) sebagai post production supervisor.

Berkat kiprahnya secara total di dunia sinematografi tersebut Slamet kerap dinominasikan dan bahkan mendapat penghargaan pada Festival Film Indonesia (FFI) maupun Festival Film Bandung. Nominasi pertama diperolehnya lewat film Rembulan dan Matahari pada FFI tahun 1980 sebagai Sutradara dan Skenario Terbaik. Nominasi selanjutnya, sebagai Penulis Skenario, Pemeran Pembantu Pria, dan Sutradara Terbaik pada FFI tahun 1984 dalam film Ponirah Terpidana; nominasi sebagai Cerita Terbaik pada FFI tahun 1985 dalam film Kembang Kertas; nominasi sebagai Sutradara, Skenario, Cerita, dan Pemeran Utama Pria Terbaik pada FFI tahun 1987 dalam film Kodrat; nominasi sebagai Sutradara dan Skenario Terbaik pada FFI tahun 1988 dalam film Kasmaran dan nominasi Pemeran Pembantu Pria Terbaik dalam film Tjoet Nja Dhien; nominasi sebagai Penulis Skenari dan Sutradara Terbaik pada FFI tahun 1990 dalam film Langitku Rumahku; nominasi sebagai Aktor Pendukung Terbaik pada FFI 2004 dalam film Pasir Berbisik dan nominasi Skenario serta Penyutradaraan Terbaik dalam film Marsinah; dan nominasi sebagai Pemeran Pembantu Pria Terpuji pada Festifal Film Bandung 2011 dalam film Sang Pencerah.

Sedangkan penghargaan pertamanya diperoleh dari PWI sebagai Runner Up IV Aktor/aktris Terbaik PWI 1972-1974 dalam film Cinta Pertama. Selanjutnya, sebagai Runner Up II Aktor-aktris terbaik PWI 1974-1975 dalam film Ranjang Pengantin, Pemeran Utama Pria Terbaik (piala Citra) pada Festival Film Indonesia 1975 dalam film Ranjang Pengantin, Penata Musik dan Artistik Terbaik pada Festival Film Indonesia 1979 dalam film November 1828, Sutradara Terbaik II (Piala FKT) pada Festival Film Indonesia 1980 dalam film Rembulan dan Matahari, Pemeran Utama Pria Terbaik pada Festival Film Indonesia 1983 dalam film Di Balik Kelambu, Sutradara Terbaik pada Festival Film Indonesia 1985 dalam film Kembang Kertas, Sutradara Terpuji pada Festival Film Bandung 1988 dalam film Kasmaran, Sutradara Terpuji pada Festival Film Bandung 1991 dalam film Langitku Rumahku, Sutradara Terpuji pada Festival Film Bandung 2003 dalam film Marsinah, Pemeran dengan Pengabdian Seumur Hidup Terpuji pada Festival Film Bandung tahun 20124, dan penghargaan pada Anugerah Federasi Teater Indonesia (FTI) tahun 2009 atas kontribusinya bagi eksistensi teater Indonesia2.

Sukses lewat film, Slamet berhasrat lagi untuk kembali menerjuni dunia teater dengan ikut mementaskan lakon Rambut Palsu, It Should Happen to a Dog, Laddy Aoi, Perempuan Pilihan Dewa, Dag Dig Dug, Pakaian dan Kepalsuan, dan Jolalilo. Lakon Jolalilo dipentaskan bersama Teater Populer pada tahun 2007 dalam Festival Seni Surabaya di Balai Pemuda Surabaya5. Jolalilo merupakan ungkapan sikap Slamet atas kondisi masyarakat dewasa ini yang mengidap penyakit mudah lupa pada musibah dan berkah yang dialami sehingga tidak mampu untuk mengambil hikmahnya. Kebiasaan "lupa" itu selalu terulang sehingga bencana yang datang dihadapi dengan tingkah polah lucu yang akhirnya melahirkan sebuah kisah komedi pahit tentang kehidupan anak-anak manusia.

Tidak hanya film dan teater, Slamet juga merambah dunia sinema elektronik (sinetron). Suami dari Mira Surianegara dan ayah dari Laras serta Kasih ini ikut pula membintangi sinetron Istri Pilihan (1977), Suro Buldog (1994), Demi Cinta dan Anakku (1995), Oh Ibu dan Ayah Selamat Pagi (1997), Kau Masih Kekasihku (2006), dan Para Pencari Tuhan (2012)6. Selain itu, dia juga aktif mengajar sebagai dosen Penyutradaraan FFTV-IKJ, Ketua Umum Karyawan Film dan Televisi (1995-1999), Ketua Komisi Badan Pertimbangan Film Nasional/BP2N (1985-1998), Ketua Yayasan Teater Populer, Direktur Utama PT Ekapraya Tatacipta Film, dan President of CAPA (Cilect Asia-Pasific Association).

Bagi Slamet, keberhasilannya selama ini hanya bisa diraih dengan ketekunan yang luar biasa. Oleh karena itu dia selalu mengingatkan kepada anak-anaknya agar menggeluti sebuah profesi dengan tekun agar cita-cita dan keinginan mudah dicapai4. Namun, dibalik keberhasilan itu dia juga menyayangkan akan budaya industri film Indonesia saat ini yang berbeda dengan industri film di Eropa atau Amerika. Menurutnya, di kedua benua tersebut aktor-aktor tua berpengalaman memiliki tempat yang istimewa dan masih beraksi sebagai bintang utama7. (gufron)

Foto: http://peoplecheck.de/s/rahardjo
Sumber:
1. "Jadi Profil: Slamet Rahardji, Si Seniman Serba Bisa", diakses dari http://jadiberita.com/21379/jadiprofil-slamet-rahardjo-si-seniman-serba-bisa.html, tanggal 29 Agustus 2015.
2. "Profil Slamet Raharjo", diakses dari http://blog-ganefo.blogspot.com/2010/02/profil-slamet-raharjo.html, tanggal 20 Agustus 2015.
3. "Slamet Rahadjo Djarot", diakses dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/slamet-rahardjo-djarot. html, tanggal 3 September 2015.
4. "Slamet Rahardjo Djarot", diakses dari http://profil.merdeka.com/indonesia/s/slamet-rahardjo-djarot/, tanggal 1 September 2015.
5. "Slamet Rahardjo Djarot Sembahkan Jolalilo untuk FSS 2007", diakses dari http://www.antara news.com/berita/65213/slamet-rahardjo-djarot-sembahkan-jolalilo-untuk-fss-2007, tanggal 2 September 2015.
6. "Slamet Rahardjo", diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Slamet_Rahardjo, tanggal 30 Agustus 2015.
7. "Slamet Rahardjo", diakses dari festival.indonesianyouth.org/2013/slamet-rahardjo/, tanggal 2 September 2015.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive