(Cerita Rakyat Daerah Banten)
Karang Bolong adalah nama sebuah pantai di Provinsi Banten. Sesuai dengan namanya, di pantai ini terdapat banyak batu karang besar yang membentuk tebing dan sebagian ada yang berongga (bolong). Untuk dapat mencapai lokasi Pantai Karang Bolong, dari Jakarta dapat melalui rute Tol Jakarta Merak-Cilegon Barat-Anyer-Karang Bolong sejauh sekitar 140 kilometer. Sedangkan dari Kota Serang yang berjarak hanya sekitar 50 kilometer dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi maupun umum selama 1,5-2 jam perjalanan. Bagi sebagian masyarakat yang tinggal di daerah ini, gugusan karang tersebut dahulu memiliki sebuah kisah yang berkaitan dengan manfaat sarang burung walet. Adapun kisahnya adalah sebagai berikut.
Alkisah, pada zaman dahulu ada sebuah kesultanan yang bernama Kartasura. Waktu itu Kesultanan Kartasura sedang dilanda musibah karena Permaisuri mengalami sakit keras. Pangeran sudah berkali-kali mendatangkan tabib dari seluruh pelosok negeri, namun tidak ada seorang pun yang dapat mengobati penyakitnya. Walhasil, semakin hari tubuh Permaisuri menjadi kurus seakan tinggal tulang berbalut kulit.
Sang Pangeran pun menjadi sedih, bingung, dan frustrasi yang membuatnya lupa pada kewajibannya sebagai pemimpin kerajaan. Rakyat menjadi terlantar karena pikiran rajanya hanya terpusat pada Permaisuri. Untuk mencari jalan keluarnya agar tidak berlarut-larut, penasihat istana menyarankan agar Sang Pangeran mencari tempat sunyi untuk bersemedi dan memohon petunjuk demi kesembuhan Permaisuri.
Usul penasihat tersebut dituruti oleh Sang Pangeran. Dia kemudian bertapa di sebuah tempat sunyi di luar istana agar mendapatkan wangsit. Setelah beberapa hari bertapa serta mengalami berbagai macam godaan, akhirnya Sang Pangeran mendengar sebuah suara gaib yang menyuruhnya menghentikan semedi dan pergi ke pantai selatan untuk mengambil bunga karang sebagai obat bagi kesembuhan permaisuri.
Begitu suara hilang, Sang Pangeran bergegas keluar dari tempat pertapaannya menuju ke istana. Di sana dia meminta penjelasan kepada penasihat mengenai maksud dari suara gaib itu. "Apa maksud dari suara gaib itu, wahai penasihat?" tanya Sang Pangeran.
"Pantai selatan pulau ini sangatlah panjang, Pangeran. Namun, perkiraan saya tempat yang dimaksud itu tidak lain adalah Karang Bolong. Di sana banyak terdapat goa yang didalamnya ditumbuhi bunga karang," jawab penasihat yakin.
Sang Pengeran lalu menugaskan seorang adipatinya yang bernama Surti untuk mengambil bunga karang di daerah Karang Bolong. Untuk menemaninya di perjalanan, Adipati Surti mengajak dua pengawal setianya yang bernama Sanglar dan Sanglur. Mereka berjalan keluar-masuk hutan selama beberapa hari hingga akhirnya tiba di daerah Karang Bolong. Di sana Adipati Surti memutuskan untuk memasuki sebuah goa yang paling besar diantara goa-goa lainnya, sementara Sanglar dan Sanglur diperintahkan menunggu di mulut goa.
Di dalam goa Adipati Surti segera bersila dan melakukan tapa brata. Beberapa hari setelahnya, terdengarlah sebuah suara yang cukup mengagetkannya, "Hentikanlah semedimu, hai adipati. Aku sudah tahu maksudmu dan akan mengabulkan permintaanmu dengan catatan engkau harus memenuhi persyaratanku."
Ketika Adipati Surti membuka matanya, dihadapannya terlihat seorang gadis cantik seperti dewi dari kahyangan. Gadis itu adalah abdi dari Nyi Roro Kidul sang penguasa Laut Selatan yang bernama Suryawati. Suryawati mensyaratkan bahwa Adipati Surti harus menetap bersamanya di Pantai Selatan apabila ingin mendapatkan bunga karang.
Syarat ini berat karena Adipati Surti harus rela meninggalkan jabatan serta semua kemewahan yang telah didapatkannya. Tetapi karena dia ingin Sang Permaisuri sembuh sehingga Sang Pangeran dapat memerintah kembali sebagaimana mestinya, maka dia akhirnya rela untuk memenuhi syarat tersebut. Apalagi, Suryawati bukanlah seorang gadis biasa. Perawakan fisik yang sempurna serta wajah laksana bidadari dapat membuat siapa saja terpesona melihatnya. Adipati Surti tidak akan menyesal apabila hidup bersamanya walau harus meninggalkan kemewahan yang selama ini dinikmatinya.
Setelah Adipati Surti menyatakan sanggup, Suryawati lalu menggandengnya menyusuri kegelapan gua hingga tiba di suatu tempat pengap dan sangat gelap. Saat itu yang digandeng adalah roh dari Adipati Surti karena wadagnya tidak beranjak kemana-mana dan masih dalam posisi bersemedi sambil duduk bersila.
"Itu bunga karang yang dapat menyembuhkan penyakit Permaisuri," kata Suryawati seraya menunjuk pada salah satu dari sekian banyak sarang burung walet yang bergelantungan di dinding goa.
Setelah mengambil beberapa buah sarang burung walet Adipati Surti pamit dan berjanji pada Suryawati akan kembali lagi bila telah menunaikan tugasnya. Sesampainya di istana sarang burung walet langsung diserahkan pada tabib istana untuk diramu sedemikian rupa menjadi minuman. Beberapa kali setelah meminum ramuan itu, kondisi Sang Permaisuri mulai membaik dan dalam waktu singkat pulih seperti sedia kala. Suasana Kesultanan menjadi ceria kembali dan Sang Pangeran dapat fokus memerintah lagi.
Di tengah suasana kegembiraan tersebut, Adipati Surti teringat kembali akan janjinya pada Suryawati. Agar tidak dicap sebagai seorang penipu, Adipati Surti pun meminta izin pada Pangeran untuk menetap di Karang Bolong. Alasannya bukanlah untuk tinggal bersama Suryawati, melainkan menjaga sarang burung walet agar tidak dicuri orang karena memiliki manfaat yang sangat banyak.
Singkat cerita, setelah mendapat izin dari Pangeran, Adipati Surti bersama Sanglar dan Sanglur kembali lagi ke Karang Bolong. Adipati Surti kemudian menikahi Suryawati sebagai pemenuhan janjinya. Mereka hidup bahagia di Karang Bolong. Dan, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka menjual sebagian sarang burung walet yang mulai banyak dicari orang karena bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Diceritakan kembali oleh Gufron