Permainan Nogarata/Nogalasa pada Masyarakat Kaili

Kaili adalah salah satu dari dua belas sukubangsa atau etnik yang bermukim di Provinsi Sulawesi Tengah. Di kalangan mereka ada sebuah permainan tradisional yang disebut sebagai nogarata atau nogalasa. Kapan dan dimana permainan ini bermula sulit diketahui dengan pasti. Yang jelas Nogarata/nogalasa adalah bahasa setempat yang merupakan gabungan dari dua kata, yaitu "no" dan "garata/galasa". "No" adalah kata awalan yang menunjukkan kata kerja dan "garata/galasa" merupakan sejenis tumbuhan berduri yang memiliki biji berbentuk pipih, lonjong atau bulat seperti kelereng. Dengan demikian, nogarata/nogalas dapat diartikan sebagai bermain menggunakan biji-biji pohon garata/galasa.

Bagi masyarakat Kaili, permainan ini dahulu dianggap sakral karena hanya dimainkan pada saat ada kematian. Oleh karena itu, para orang tua melarang siapa saja yang memainkan nogarata/nogalasa pada saat yang tidak tepat (bukan saat-saat ada kematian). Seiring waktu, kesakralan permainan yang sebenarnya hanya untuk berjaga-jaga agar tidak mengantuk dan sekaligus menghibur anggota keluarga yang meninggal itu berangsur-angsur memudar. Malahan, saat ini fungsinya telah menjadi suatu permainan biasa yang dapat dilakukan pada sembarang waktu dan tempat.

Pemain
Permainan garata/galasa dapat dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, saat ini, secara umum garata/galasa dimainkan oleh kaum perempuan terutama anak-anak yang berusia 7-12 tahun. Kaum laki-laki sangat jarang memainkannya. jumlah pemain bergantung dari jumlah papan yang tersedia. untuk satu papan permainan hanya dapat dimainkan oleh dua orang.

Tempat Permainan
Dahulu galata/galasa hanya dimainkan di teras atau beranda rumah orang yang baru saja meninggal dunia. Namun, sekarang ini dapat dimainkan di mana saja dan kapan saja karena tidak memerlukan tempat yang khusus. Jadi, bisa di dalam rumah, di beranda rumah, halaman rumah, atau di balai-balai rumah adat (bisa pagi, siang, sore, atau malam hari).

Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan dalam permainan adalah sebatang kayu berumur tua berjenis cempaka atau lepaa (bahasa Kaili) yang tebalnya kurang lebih 10 cm, lebar 30 cm, dan panjang 60-75 cm. kayu tersebut diberi lubang-lubang (bundar) dengan kedalam kurang lebih 5 cm. Jumlah lubang seluruhnya adalah 14 buah, dengan rincian 12 lubang dibuat jejer (masing-masing jejer 6 lubang), kemudian dua lubang yang agak besar di setiap ujungnya. Selain papan, permainan ini juga menggunakan biji-biji pohon garata atau galasa, yaitu sejenis tumbuhan berduri yang memiliki biji berbentuk pipih, bulat lonjong dan atau bulat seperti kelereng. Biji-biji berbentuk bulat seperti kelereng inilah yang digunakan untuk bermain. Jumlahnya antara 50-70 biji yang nantinya dibagi menjadi dua untuk masing-masing pemain.

Saat ini, dengan semakin langkanya perajin papan garata/galasa, permainan juga dilakukan di atas tanah dengan membuat lubang yang jumlahnya sama seperti papan garata/galasa, sementara biji-bijinya diganti dengan kerikil atau batu berukuran kecil yang berwarna agak putih agar dapat terlihat jelas pada tanah hitam.

Aturan Permainan
Ada empat cara yang dikenal oleh orang Kaili dalam permainan ini. Pertama, jika biji yang terakhir kena lubang yang kosong di daerahnya sendiri, sementara lubang lawan di depannya berisi maka bijinya diambil sebagai kemenangan pihak lawan. Kedua, apabila biji persis habis pada lubang lawan yang berisi tiga biji, maka bijinya diambil sebagai kemenangan lawan. Ketiga, gabungan dari kedua aturan di atas. Dan keempat, masing-masing lubang tidak diisi tetapi digunakan sebagai tempat biji kemenangan.

Jalannya Permainan
Jalannya permainan dimulai dengan memasukkan biji-biji ke dalam lubang-lubang yang ada di dalam papan permainan, kecuali dua buah lubang besar saja yang berada di ujung papan. Kedua lubang ini tidak boleh diisi. Jumlah biji pada setiap lubang adalah sama. Jika jumlah seluruh biji yang disepakati adalah 70 biji, maka setiap lubang akan diisi oleh 7 biji. Kemudian salah satu pemain yang mendapat kesempatan pertama akan mengambil semua biji dari lubang paling ujung yang ada di daerahnya sendiri. Biji-biji tersebut kemudian akan diedarkan satu persatu dengan arah yang berlawanan jarum jam ke setiap lubang yang ada di papan permainan, kecuali satu lubang besar di ujung papan yang menjadi “milik” lawan. Apabila biji masuk ke lubang yang paling besar (miliknya sendiri), maka biji tersebut merupakan nilai bagi pemain yang bersangkutan. Namun, jika biji yang terakhir jatuh ke lubang yang masih ada bijinya, maka pemain mengambil biji-biji tersebut untuk diedarkan kembali. Demikian seterusnya hingga suatu saat biji terakhir jatuh pada lubang yang kosong. Jika itu terjadi, maka pemain yang lain (lawan mainnya) akan menggantikannya. Permainan akan berlangsung terus hingga biji-biji yang berada di lubang-lubang kecil seluruhnya masuk ke dua buah lubang besar di ujung papan permainan milik kedua pemain. Bagi pemain yang mendapatkan biji terbanyak akan menjadi pemenangnya.

Nilai Budaya
Nilai yang terkandung dalam permainan nogarata/nogalasa adalah kecermatan dan sportivitas. Nilai kecermatan tercermin dari perlunya perhitungan yang pas agar biji-biji yang akan dijatuhkan tidak mengenai lubang yang kosong sehingga dapat terus bermain dan mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. Nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada. (Gufron)

Sumber:
"Pmo'morea nu'ngana Garata/Galasa (permainan Anak Garata/Galasa)". 2013. http://vitaandyani8.blogspot.com/2013/01/pomorea-nungana-garatagalasa-permainan.html. Diakses 8 Februari 2014.

"Permaian Tradisional Anak-anak Suku Kaili-Sulawesi Tengah: I. Permainan Garata / Galasa". 2011. http://sosbud.kompasiana.com/2011/06/15/permainan-tradisional-anak-anak-suku-kaili-sulawesi-tengah-i-permainan-garata-galasa-373292.html. Diakses 9 Februari 2014.

"Garata-galasa". 2007. http://telukpalu.com/2007/12/garata-galasa/. Diakses 9 Februari 2014.

"Permainan Rakyat". 2010. http://archive.kaskus.co.id/thread/3937591/0/index-permainan-rakyat. DIakses 10 Februari 2014.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive