Bentuk Pelaminan dan Peterakne di Lingga, Singkep dan Senayang (Kepri)

Bentuk pelaminan di daerah Lingga, Singkep dan Senayang dapat dibagi menjadi tiga menurut status sosial orang-orang yang melaksanakan upacara perkawinan tersebut, yaitu: (1) pelaminan yang bertingkat dua; (2) pelaminan yang bertingkat tiga; (3) pelaminan yang bertingkat empat; dan (4) pelaminan yang bertingkat lima. Pelaminan yang bertingkat dua adalah untuk orang kebanyakan, atau orang-orang yang mempunyai status sosial bukan bangsawan. Pelaminan yang bertingkat tiga pada umumnya digunakan oleh orang-orang yang mempunyai kedudukan sebagai ketua kampung, ketua adat atau pada zaman dahulu oleh para hulubalang raja. Pelaminan yang bertingkat empat digunakan oleh orang-orang yang mempunyai status sebagai Datok atau Mentri pada kerajaan Melayu. Dan, pelaminan yang bertingkat lima dahulu hanya digunakan untuk upacara perkawinan para raja-raja atau keturunan raja Melayu.

Pelaminan untuk pengantin di daerah Lingga, Singkep, dan Senayang pada umumnya dibuat bertingkat dua1. Bentuknya menyerupai yang dihiasi dengan kain yang bertekat benang emas dan manik-manik serta dipasang kelambu dari kain kasa yang tipis. Di atas pelaminan terdapat lima bantal gaduk. Bantal gaduk adalah sebuah kotak persegi panjang disampul dengan kain berwarna. Setiap bantal warnanya berlainan. Kedua tampuk (kiri dan kanan) dihiasi dengan kain bertekat benang emas dan manik-manik.

Ukuran bantal tersebut beragam pula. Susunan letak bantal yang paling bawah, ukurannya panjangnya 0,80 meter dan tingginya 0,5 meter dan bantal berikut ukurannya semakin kecil. Kegunaan bantal gaduk ini adalah untuk sandaran kedua pengantin dan sebagai hiasan pelaminan. Selain bantal gaduk diletakkan pula dua buah bantal alas duduk kedua pengantin.

Di muka pelaminan dipasang tiga buah tabir. Setiap tabir mempunyai nama dan kegunaannya.
Tabir Gulung letaknya di hadapan pertama pelaminan. Bentuknya seperti layar bangsawan yang bisa dinaik-turunkan apabila diperlukan. Tabir ini sebagai pelindung apabila kedua pengantin (suami-isteri) tidur di atas pelaminan. Warna tabir ini diberi berwarna-warni. Biasanya warna hijau muda, biru tua, merah tua dan oranye. Selain dinamai tabir gulung, tabir ini dinamai tabir perhiasan.

Tabir Pukang Ayam letaknya di hadapan Tabir Gulung/Tabir Perhiasan. Bentuknya, dua lembar tabir yang sebelah atas dirakitkan menjadi satu. Lembaran sebelah kiri diikatkan dengan pita atau kain yang dibentuk hiasan dan diikatkan pada tiang pelaminan. Bagitu juga lembaran tabir sebelah kanan. Tabir Pukang Ayam ini adalah sebagai pintu sebelum memasuki pelaminan.
tabir Perai, letaknya dihadapan Tabir Pukang Ayam. Tabir ini dibuat berwarna-warni seperti tabir Gulung/Tabir Perhiasan. Biasanya tabir ini dinamai Tabir Kelek Anak. Memakai telinga tempat menggantungnya. Pada telinga tabir tersebut diikatkan tali atau kawat untuk menggantunya. Apabia membuka dan menutupnya, ia hanya ditarik ke kiri atau ke kanan. Gunanya tabir tersebut adalah untuk melindungi seluruh pelaminan dan sebagai batas pelaminan dengan ruangan majelis. Abir ini juga digunakan untuk pelindung pengantin laki-laki atau perempuan diwaktu acara berinai.

Peterakne
Peterakne adalah sebutan bagi orang Melayu Riau untuk sebuah tempat duduk pengantin yang letaknya. Tempat ini jarang dipakai untuk bersanding, hanya digunakan untuk Malam Bertepuk atau Malam Berinai dan digunakan untuk bersanding kedua pengantin setelah Mandi Pelanggi.
Selain peterakne, di depan pelaminan terdapat sebuah meja yang diatasnya terdapat pula dua buah tempat nasi kuning dan bunga telur yang dinamai astakona. Di dalam astakona ini ada nasi kuning yang berbentuk puncak gunung setengah bulat. Di sekeliling dan di puncak nasi kuning itu ditancap bunga telur. Nasi kuning di depan pelaminan ini ada dua jenis.

Nasi adap adalah dodol dan beras ketan di alam astakona. Nasi adap ini kebanyakan dibuat dari dodol ketan. Di sekeliling nasi adap ini ditancapkan bunga telur dan di puncaknya ditancapkan sekaki bunga besar dari kertas yang dirangkai-rangkai. Nasi adap ini sebagai pelambang kebesaran pesta perkawinan. Sebelum selesai pesta perkawinan, nsi/dodol ini tidak boleh dibagikan kepada para undangan atau sanak keluarga.

nasi besar adalah nasi kuning atau ketan kuning (beras atau ketan yang direndam dengan air kunyit lalu ditanak) di dalam astakona. Di sekeliling nasi tersebut ditancapkan rangkaian bunga besar seperti pada nasi adap. Kadang-kadang Nasi Besar ini terdapat ampai tiga buah astakona di depan pelaminan. Apabila pengantin perempuan dan saudara-saudaranya mengkhatamkan Al Quran pada waktu pelaksanaan Perkawinan, setiap orang harus menyediakan Nasi Besar. Ini sebagai perlambang Kebesaran Pengantin (khusus untuk pengantin) dan kebesaran menamatkan Bacaan Al Quran (pengajian).

Sumber:
Mahmud, Abbas. 1999. Adat Istiadat Perkawinan Melayu Lingga, Singkap dan Senayang. Tanjungpinang: Yayasan Payung.

1 Tingkat yang di atas adalah untuk tempat pengantin, sedangkan tingkat yang dibawahnya untuk Mak Inang dan Tukang Kipas pengantin.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pocong Gemoy

Archive