Guriang Tujuh Indonesia

Guriang Tujuh Indonesia berada di Jalan Raya Rangkasbitung Pandeglang, Kecamatan Warunggunung, Lebak, Banten. Ia berada di atas lahan seluas sekitar 2000 meter persegi yang diperoleh dari wakaf keluarga ketua dan pendiri Yayasan. Sanggar seni yang berdiri pada tanggal 11 Desember 2012 ini berawal dari diskusi ringan orang-orang yang berminat terhadap seni teater dalam membentuk wadah bagi para pelaku seni untuk produktivitas dan kreativitas.

Adapun tujuannya lainnya adalah: menciptakan wadah untuk melakukan aktivitas pendidikan, ekonomi, dan sosial bagi masyarakat umum dan anggota secara khusus; memanfaatkan dan memaksimalkan sumber daya alam dan manusia di lingkungan sekitar dalam membangun karakter untuk membuat karya yang memiliki nilai ekonomi, sosial, dan pendidikan; menciptakan aktivitas berlandaskan Pancasila di tengah-tengah masyarakat sehingga budaya yang beradab tetap terjaga; mencari dan menciptakan aktivitas-aktivitas yang dapat mensejahterakan anggota yayasan khususnya dan masyarakat pada umumnya; dan mengangkat harkat dan martabat masyarakat.

Semua tujuan tadi dirangkum dalam sebuah visi dan misi sebagai pedomannya. Visinya adalah Art for Society atau seni untuk masyarakat. Sedangkan misinya adalah menciptakan aktivitas berlandaskan Pancasila di tengah-tengah masyarakat; mencari dan menciptakan peluang-peluang di bidang ekonomi, sosial, dan pendidikan; dan mencari serta menciptakan aktivitas-aktivitas yang dapat mensejahterakan masyarakat.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut Guriang Tujuh memiliki beberapa program kerja, di antaranya: workshop project, sebuah kegiatan pemberdayaan dan pelatihan untuk masyarakat yang diselenggarakan oleh sanggar sebagai upaya untuk meningkatkan keahlian masyarakat dan Rangkasbitung corner, kegiatan diskusi setiap bulan dengan mengangkat tema-tema bervariasi dan kekinian yang dilakan sakan di minggu terakhir setiap bulannya dengan harapan dapat membentuk karakter dan merangsang daya kritis generasi muda agar lebih peka dengan keadaan di sekitarnya. Setiap tiga bulan hasil diskusi dievaluasi untuk disusun menjadi sebuah karya seni dan dipentaskan dalam pertunjukan teatrikal yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali.

Beberapa karya yang pernah dipentaskan dari hasil rangkasbitung corner, di antaranya adalah: Putri Dapun berkisah tentang asal mula nama Bayah (2012); Rongkah, filosofi bambu dalam kearifan lokal Baduy (2013); Rapsodya (2014), Baduy dalam diakeltika perubahan zaman; Perempuan dan Dua Sungai, asal mula Sungai Ciujung dan Ciberang (2015); Ilenifesto, monolog tentang maestro kesenian rampak bedug Pandeglang (2016); Karangantu (2017); Nganyaran (2018); dam Gebar (2019).
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Pijat Susu

Archive