Museum Biologi UGM

Sejarah
Museum Biologi UGM terletak di Jalan Sultan Agung No. 22, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta dengan titik koordinat lokasi 7,801762°LS-110,37407°BT. Sesuai dengan namanya, museum ini diperuntukkan bagi penyimpanan koleksi benda-benda hayati dan benda-benda lain yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Adapun pendiriannya bermula pada sekitar tahun 1964. Waktu itu ada dua buah tempat penyimpanan koleksi milik Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, yaitu di Museum Zoologicum yang menempati salah satu ruangan di Sekip, Sleman, pimpinan Prof.drg, R.G. Indrojono dan koleksi herbarium yang menempati sebuah gedung di Jalan Sultan Agung pimpinan Prof.Ir. Moeso Suryowinoto (biologi.ugm.ac.id).

Agar koleksi-koleksi tersebut lebih mudah diakses, kedua profesor tadi sepakat menyatukannya dalam sebuah museum bernama Museum Biologi. Selanjutnya, atas prakarsa Dekan Fakultas Biologi waktu itu, Ir. Soerjo Sodo Adisewoyo, museum diresmikan oleh Rektor UGM Prof. Dr. Soeroso H. Prawirohardjo MA, pada tanggal 20 September 1969 bertepatan dengan Dies Natalis Fakultas Biologi UGM. Dan, baru empat bulan kemudian atau tepatnya pada tanggal 1 Januari 1970 museum dibuka untuk umum (diwisata.com).

Setelah menjadi sebuah organisasi di bawah naungan Fakultas Biologi UGM tentu saja Museum Biologi memiliki struktur kepengurusan yang dipimpin oleh seorang direktur untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Adapun tugas dan fungsinya, sesuai dengan tujuan pendiriannya adalah: (1) menyimpan koleksi hayati untuk keperluan pendidikan; (2) menyelenggarakan peragaan ilmiah; (3) mengadakan pameran untuk umum sebagai sarana pengabdian masyarakat; (4) sumber informasi keanekaragaman hayati; dan (5) sebagai media pembelajaran kenaekaragaman hayati dan konservasi. Sedangkan nama-nama direktur yang pernah menggawangi terlaksananya tujuan tersebut, diantaranya adalah: Drs. Anthon Sukahar, Prof. Dr. Mammet Sagi (2001 – 2003), Dr. RC. Hidayat Soesilohadi, MS (2003 – 2004), Dr. L. Hartanto Nugroho, M.Agr. (2004 – 2008), Drs. Trijoko, M.Si. (2009 – 2011), Ludmilla Fitri Untari S.Si, M.Si (2011 – 2012), dan Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc. (2012 – sekarang) (museumbio.blogspot.com).

Kondisi dan Koleksi Museum Biologi UGM
Museum Biologi berada di atas lahan seluas 50x30 meter persegi. Di dalamnya terdapat bangunan induk seluas 31x14 meter persegi, bangunan sayap dan belakang. Bangunan sayap dan belakang yang beratap sirap digunakan sebagai rumah tinggal, sementara bangunan induk yang memiliki pintu dan jendela berukuran besar berteralis besi, berteritis relatif sempit, dan berdinding pasangan bata tebal difungsikan sebagai museum. Bangunan ini, menurut museumbio.blogspot.com, merupakan salah satu peninggalan Indis yang masih tersisa di kawasan cagar budaya Binataran yang didirikan sekitar tahun 1890 dengan tujuan untuk mengawasi aktivitas di Keraton Pakualaman.

Di dalam bangunan induk inilah sekarang tersimpan sekitar 3.752 koleksi (awetan kering maupun basah), terdiri atas 70% preparat tanaman yang hidup di dataran rendah (Cryptogamae) dan dataran tinggi (Phenaerogamae) serta 30% preparat hewan yang bertulang belakang (Vertebrata) maupun tak bertulang belakang (Avertebrata). Seluruhnya dipajang dalam delapan ruang pameran. Ruang pertama dan kedua berisi koleksi hewan berupa: ikan hiu, kuda laut, kupu-kupu dan serangga, cangkang keong, musang, kerangka kambing, terumbu karang, kerangka simpanse, kerangka manusia, katak, ular, beruang madu, badak jawa, lembu laut, orang utan, trenggiling, buaya putih, komodo, dan harimau1 .

Ruang ketiga dan keempat berisi ratusan awetan hewan basah dan awetan tumbuhan basah dalam toples-toples berukuran sekitar 500 ml yang disimpan dalam rak bertingkat empat dengan pintu geser terbuat dari kaca. Ruang kelima berisi kerangka kuda dan kerangka gajah bernama Nyi Bodro. Nyi Bodro merupakan gajah milik Keraton Yogyakarta yang mati karena sakit pada tahun 2000 dalam usia 29 tahun (tembi.net). Setelah dikuburkan di halaman Gajahan Alun-alun Selatan, awal 2011 kerangkanya digali, diangkat, dibersihkan, dan direkonstruksi oleh tim gabungan dosen dan mahasiswa Fakultas Biologi yang dipimpin oleh Donan Satria Yudha, sementara pengawetannya dipimpin oleh Zuliyati dan Abdul Rohmat. Kerangka yang memiliki tinggi 2,07 meter dan panjang 3,15 meter itu selanjutnya dibawa ke museum untuk dipamerkan dalam sebuah kotak terbuat dari kaca.

Ruang keenam dan ketujuh berisi awetan penyu khas Indonesia dan aves atau burung yang telah dibekukan. Ruang kedelapan adalah ruang diorama yang di dalamnya terdapat kotak-kotak kayu terbungkus kaca bersisi satu jenis atau sekelompok hewan berlatar habitat mereka yang diilustrasikan pada gambar tiga dimensi. Dan terakhir, selain ruang pamer, museum juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas penunjang, seperti: ruang display untuk pengamatan mikroskopis, perpustakaan, tempat parkir yang memadai, toilet, dan jasa pemandu yang dapat menjelaskan seluruh koleksi dalam etalese, diorama maupun ruang penyimpanan.

Apabila berminat, anda dapat mengunjungi museum ini dari hari Senin-Minggu (kecuali hari libur nasional) dengan perincian: Senin-Kamis pukul 07.30-13.30 WIB, Jumat pukul 07.30-11.00 WIB, Sabtu pukul 07.30-12.00 WIB, sedangkan Minggu pukul 08.00-12.00 WIB. Adapun biaya masuknya berdasarkan Keputusan Dekan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada No:UGM/BI/4542/UM/01/39 sebesar Rp.5.000,00 bagi pelajar/mahasiswa, Rp.7.000,00 bagi pengunjung umum, dan Rp.15.000,00 bagi wisatawan asing. (ali gufron)

Foto: http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Biologi
Sumber:
"Sejarah Museum Biologi UGM", diakses dari http://museumbio.blogspot.com/2013/05/selintas-sejarah-museum-biologi-ugm.html, tanggal 2 Januari 2015.
"Keanekaragaman Hayati di Museum Biologi UGM - Yogyakarta", diakses dari http://diwisata.com/museum-biologi-ugm-yogyakarta.html, tanggal 2 Januari 2015.
"Akhirnya, Nyi Bodro Menghuni Museum Biologi UGM Yogyakarta", diakses dari http://tembi.net/jaringan-museum/akhirnya-nyi-bodro-menghuni-museum-biologi-ugm-yogyakarta, tanggal 3 Januari 2015.
"Museum Biologi", diakses dari http://biologi.ugm.ac.id/?page_id=1886, tanggal 4 Januari 2015. _______________________________________________________________
1. Harimau di Museum Biologi adalah hibah dari Drs. Marwan MS, mantan Bupati Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Harimau awetan ini diperoleh beliau dari salah seorang rekannya ketika masih menjabat sebagai bupati periode 1989-1993 dan baru dihibahkan setelah disimpan selama 21 tahun. Proses serah terimanya dilakukan langsung oleh Dekan Fakultas Biologi UGM Dr. Retno peni Sancayaningsih MSc yang disaksikan oleh Kepala Museum Biologi Ludmilla Fitri Untari Ssi. Msi dan Ketua Umum Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY KRT Thomas Haryonagoro.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive