Kerupuk adalah makanan bertekstur garing yang paling populer di kalangan masyarakat Indonesia sebagai pelengkap makanan utama (nasi). Kerupuk terbuat dari adonan tepung dicampur dengan lumatan udang atau ikan atau perasa lainnya yang dikukus kemudian disayat-sayat tipis atau dibentuk dengan alat cetak lalu dijemur agar mudah digoreng dengan minyak atau pasir (kbbi.web.id).
Oleh karena proses pembuatan dan pemasakannya berbeda-beda, maka kerupuk memiliki cukup banyak varian, yaitu: kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk ikan palembang, kerupuk mie kuning, kerupuk kedelai, kerupuk Bangka, kerupuk aci, kemplang, kerupuk bawang putih, kerupuk bawang, kerupuk kulit, kerupuk melarat, kerupuk gendar, kerupuk sanjai, rengginang, rempeyek, rambak, kerupuk ceker ayam, dan lain sebagainya (id.wikipedia.org, jendelakamu.blogspot.co.id).
Sebagai penganan yang populer dan merakyat, makan kerupuk dijadikan sebagai salah satu dari sekian banyak perlombaan yang selalu rutin diadakan pada saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Sesuai dengan namanya, dalam permainan ini para pesertanya diharuskan untuk menggigit dan memakan habis sebuah kerupuk yang digantungkan menggunakan seutas tali. Mengenai kapan dan dimana pertama kali muncul permainan ini sudah tidak diketahui lagi, namun sejak adanya pelbagai macam permainan untuk memperingati dan memeriahkan hari kemerdekaan, permainan makan kerupuk selalu diikutsertakan.
Pemain
Perlombaan makan kerupuk dapat dikategorikan sebagai permainan anak-anak, remaja, dan dewasa yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan berusia 5-45 tahun. Selain pemain, lomba ini juga menggunakan wasit untuk mengawasi jalannya perlombaan dan menetapkan pemenang.
Tempat dan Peralatan Permainan
Permainan makan kerupuk tidak membutuhkan empat atau arena yang luas. Ia dapat dimainkan di mana saja, seperti: halaman/pekarangan rumah atau tanah lapang. Sedangkan, peralatan yang digunakan adalah: (1) kerupuk ikan atau udang berwarna putih dan berbentuk bulat; (2) tali rafia untuk menggantungkan kerupuk secara berjejer; dan (3) batang bambu atau kayu yang nantinya akan dijadikan sebagai mistar tempat untuk menggantungkan kerupuk.
Aturan Permainan
Aturan dalam perlombaan makan kerupuk tergolong mudah. Peserta diharuskan menggigit dan memakan hingga habis kerupuk yang telah digantungkan oleh panitia lomba. Bagi peserta yang dapat menghabiskan kerupuk dalam waktu paling cepat, dinyatakan sebagai pemenangnya.
Jalannya Permainan
Apabila panitia perlombaan telah mempersiapkan peralatan dan perlengkapan permainan, maka mereka akan memanggil para peserta untuk berdiri tepat di depan kerupuk yang digantungkan. Tinggi kerupuk dari kepala peserta kadang disamakan (rata) dan kadang pula dibedakan (bergantung dari tinggi badan tiap peserta). Setelah peserta siap dengan posisi tangan dibelakang (dilarang memegang kerupuk), panitia akan memberikan aba-aba sebagai tanda perlombaan dimulai.
Saat aba-aba diberikan para peserta segera mulai menggigit dan memakan kerupuk yang digantungkan dengan tali rafia setinggi kira-kira beberapa sentimeter di atas mulut. Keadaan ini membuat peserta harus ber"jinjit" agar dapat menggigit kerupuk yang posisinya tidak tetap karena selalu berputar mengikuti hentakan mulut peserta yang mencoba menggigitnya. Dan, apabila ada peserta yang berhasil menghabiskan kerupuknya, maka dia dinyatakan sebagai pemenangnya.
Nilai Budaya
Nilai budaya yang terkandung dalam permainan yang disebut sebagai makan kerupuk ini adalah: kerja keras dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain untuk dapat mengigit dan memakan kerupuk hingga habis agar menjadi pemenang. Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang dengan memegangi kerupuk saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada. (ali gufron)
Foto: http://lampung.tribunnews.com/2016/05/14/balita-susah-makan-jangan-dibiarkan-makan-kerupuk
Sumber:
"Kerupuk", diakses dari http://kbbi.web.id/kerupuk, tanggal 25 Agustus 2016.
"Sejarah Kerupuk", diakses dari http://jendelakamu.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-kerupuk.html, tanggal 25 Agustus 2016.
"Kerupuk", diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk, tanggal 26 Agustus 2016.
Oleh karena proses pembuatan dan pemasakannya berbeda-beda, maka kerupuk memiliki cukup banyak varian, yaitu: kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk ikan palembang, kerupuk mie kuning, kerupuk kedelai, kerupuk Bangka, kerupuk aci, kemplang, kerupuk bawang putih, kerupuk bawang, kerupuk kulit, kerupuk melarat, kerupuk gendar, kerupuk sanjai, rengginang, rempeyek, rambak, kerupuk ceker ayam, dan lain sebagainya (id.wikipedia.org, jendelakamu.blogspot.co.id).
Sebagai penganan yang populer dan merakyat, makan kerupuk dijadikan sebagai salah satu dari sekian banyak perlombaan yang selalu rutin diadakan pada saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Sesuai dengan namanya, dalam permainan ini para pesertanya diharuskan untuk menggigit dan memakan habis sebuah kerupuk yang digantungkan menggunakan seutas tali. Mengenai kapan dan dimana pertama kali muncul permainan ini sudah tidak diketahui lagi, namun sejak adanya pelbagai macam permainan untuk memperingati dan memeriahkan hari kemerdekaan, permainan makan kerupuk selalu diikutsertakan.
Pemain
Perlombaan makan kerupuk dapat dikategorikan sebagai permainan anak-anak, remaja, dan dewasa yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan berusia 5-45 tahun. Selain pemain, lomba ini juga menggunakan wasit untuk mengawasi jalannya perlombaan dan menetapkan pemenang.
Tempat dan Peralatan Permainan
Permainan makan kerupuk tidak membutuhkan empat atau arena yang luas. Ia dapat dimainkan di mana saja, seperti: halaman/pekarangan rumah atau tanah lapang. Sedangkan, peralatan yang digunakan adalah: (1) kerupuk ikan atau udang berwarna putih dan berbentuk bulat; (2) tali rafia untuk menggantungkan kerupuk secara berjejer; dan (3) batang bambu atau kayu yang nantinya akan dijadikan sebagai mistar tempat untuk menggantungkan kerupuk.
Aturan Permainan
Aturan dalam perlombaan makan kerupuk tergolong mudah. Peserta diharuskan menggigit dan memakan hingga habis kerupuk yang telah digantungkan oleh panitia lomba. Bagi peserta yang dapat menghabiskan kerupuk dalam waktu paling cepat, dinyatakan sebagai pemenangnya.
Jalannya Permainan
Apabila panitia perlombaan telah mempersiapkan peralatan dan perlengkapan permainan, maka mereka akan memanggil para peserta untuk berdiri tepat di depan kerupuk yang digantungkan. Tinggi kerupuk dari kepala peserta kadang disamakan (rata) dan kadang pula dibedakan (bergantung dari tinggi badan tiap peserta). Setelah peserta siap dengan posisi tangan dibelakang (dilarang memegang kerupuk), panitia akan memberikan aba-aba sebagai tanda perlombaan dimulai.
Saat aba-aba diberikan para peserta segera mulai menggigit dan memakan kerupuk yang digantungkan dengan tali rafia setinggi kira-kira beberapa sentimeter di atas mulut. Keadaan ini membuat peserta harus ber"jinjit" agar dapat menggigit kerupuk yang posisinya tidak tetap karena selalu berputar mengikuti hentakan mulut peserta yang mencoba menggigitnya. Dan, apabila ada peserta yang berhasil menghabiskan kerupuknya, maka dia dinyatakan sebagai pemenangnya.
Nilai Budaya
Nilai budaya yang terkandung dalam permainan yang disebut sebagai makan kerupuk ini adalah: kerja keras dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain untuk dapat mengigit dan memakan kerupuk hingga habis agar menjadi pemenang. Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang dengan memegangi kerupuk saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada. (ali gufron)
Foto: http://lampung.tribunnews.com/2016/05/14/balita-susah-makan-jangan-dibiarkan-makan-kerupuk
Sumber:
"Kerupuk", diakses dari http://kbbi.web.id/kerupuk, tanggal 25 Agustus 2016.
"Sejarah Kerupuk", diakses dari http://jendelakamu.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-kerupuk.html, tanggal 25 Agustus 2016.
"Kerupuk", diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk, tanggal 26 Agustus 2016.