Di antara Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung terdapat sebuah gunung yang puncaknya berketinggian sekitar 1.818 meter di atas permukaan air laut. Oleh masyarakat setempat gunung itu disebut sebagai Manglayang. Gunung Manglayang, walau berukuran relatif kecil di antara jejeran gunung di sekitarnya (Tangkuban Perahu, Burangrang, dan Bukit Tunggal), tetapi cukup menarik untuk dijadikan sebagai jalur pendakian, bumi perkemahan, maupun wisata alam.
Jalur pendakian di Gunung Manglayang dapat dibagi menjadi empat, yaitu: melalui Bumi Perkemahan atau Wanawisata Situs Batu Kuda di Kabupaten Bandung; Palintang di Ujungberung, Kota Bandung; Baru Beureum atau Manyeuh Beureum; dan Jatinangor di Kabupaten Sumedang. Sementara untuk wisata alam, salah satunya adalah Curug Cilengkrang yang terletak di Desa Cilengkrang, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.
Untuk mencapai lokasi Curug Cilengkrang dari Kota Bandung relatif mudah karena berjarak hanya sekitar 10-15 kilometer hingga ke daerah Ujungberung, Cibiru maupun Cileunyi. Dari Ketiga daerah ini terdapat jalan-jalan kecil berukuran lebar 3-4 meter menuju curug dengan jarak antara 10 hingga 12 kilometer hingga ke lokasi curug, yaitu: Jalan Cilengkrang I, Jalan Desa Cipadung, Jalan Manisi, Jalan Sindangreret, Jalan Sadang, hingga Jalan Villa Bandung Indah. Jalan-jalan tersebut telah beraspal atau cor beton, sehingga walau tidak ada angkutan umum (kecuali ojeg) dapat dilalui relatif cepat. Namun apabila hendak ke lokasi, sebaiknya menggunakan kendaraan berkondisi prima karena medannya selalu menanjak.
Setelah sampai di pintu gerbang kawasan wisata Curug Cilengkrang, petugas setempat akan meminta bayaran sebesar Rp.5.000,00 per orang sebagai tiket masuk dan apabila membawa kendaraan ditambah biaya lagi sebesar Rp.2.000,00 per kendaraan. Selanjutnya, dari areal parkir diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 100 meter hingga akhirnya sampai ke lokasi air terjun. Di sepanjang perjalanan menuju curug ini hanya ditemui sebuah warung yang menjual makanan dan minuman.
Kondisi Curug Cilengkrang dan Fasilitas yang Tersedia
Curug Cilengkrang berada dalam kawasan hutan lindung milik negara, sehingga sejak dibuka untuk umum tahun 2001 pengelolaannya dilakukan oleh Perhutani KPH Unit 3 Bandung Utara. Curug Cilengkrang sebenarnya merupakan rangkaian enam buah curug dalam rentang sekitar 2 kilometer pada aliran Sungai Cihampelas yang berhulu di puncak Gunung Manglayang. Curug-curug tersebut adalah: Batupeti, Papak, Panganten, Kacapi, Dampit, dan Leknan.
Curug Batupeti berada hanya sekitar 100 meter dari gerbang masuk Curug Cilengkrang. Penamaan curug ini berasal dari bongkahan batu disamping curug yang bagian sisinya menyerupai sebuah peti tertutup. Konon, apabila disangkutkan dengan legenda Sangkuriang, batu berbentuk peti itu dahulu merupakan perkakas Sangkuriang kala membuat perahu pesanan Dayang Sumbi. Namun, lepas dari penamaan tersebut, yang jelas Batupeti merupakan curug yang paling mudah dijangkau dibandingkan dengan curug-curug lain yang menjadi bagian dari Curug Cilengkrang. Di sekitar areal curug ini pengunjung dapat dengan mudah memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola, yaitu: mushola, toilet, camping ground, dan warung yang menjual makanan dan minuman.
Tidak jauh dari Curug Batupeti, menyusuri aliran sungai ada Curug Papak. Penamaannya berkaitan dengan salah satu batu di puncak curug yang permukaannya datar atau dalam bahasa Sunda disebut papak. Selanjutnya ada Curug Panganten dengan formasi batuan menyerupai kursi pelaminan (panganten) yang membentuk kolam berundak dan dapat digunakan untuk berendam hingga tiga orang. Kemudian, Curug Kacapi dengan ketinggian mencapai sekitar 10 meter. Adapun penamaannya konon berasal dari suara jatuhnya air yang khusus pada setiap malam Senin terdengar mirip seperti dentingan kecapi. Curug ini letaknya agak jauh dari gerbang masuk Curug Cilengkrang dan untuk mencapainya relatif sukar karena harus melewati beraneka ragam tumbuhan hutan, seperti: perdu, pinus, pisang hutan, cangkring, bambu, jati, talas, caruluk, dan lain sebagainya.
Curug selanjutnya adalah Curug Dampit. Sesuai dengan namanya, Curug Dampit terdiri dari dua buah air terjun yang saling berhimpitan (dampit) dan mengalir pada dinding batu setinggi beberapa puluh meter. Tidak jauh dari Curug Dampit ada sebuah curug lagi yang diberi nama Leknan. Penamaan curug ini berkaitan dengan kejadian pada sekitar tahun 1953. Waktu itu, ada sebuah pesawat terbang yang mengalami kecelakaan di sekitar legokan curug. Oleh karena sang pilot yang mengalami kecelakaan tersebut berpangkat letnan, lambat laut tempat itu diberi nama Curug Leknan, sesuai dengan pelafalan masyarakat setempat.
Sebagai catatan, keenam curug tadi masih bersifat alami dan belum dimodifikasi sedemikian rupa agar menarik wisatawan. Oleh karena itu, kecuali Curug Batupeti, untuk dapat menikmatinya diperlukan usaha yang relatif keras karena harus menyusuri jalan setapak menanjak yang diapit tebing dan jurang menuju puncak Gunung Manglayang. Selain itu, ada pula pantangan yang harus diindahkan, yaitu tidak boleh membunyikan alat musik pukul kecuali pada saat ada ritual Mapag Hujan yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitar tatkala musim kemarau panjang melanda. Konon, apabila dilanggar akan menyebabkan hujan lebat secara tiba-tiba.
Jalur pendakian di Gunung Manglayang dapat dibagi menjadi empat, yaitu: melalui Bumi Perkemahan atau Wanawisata Situs Batu Kuda di Kabupaten Bandung; Palintang di Ujungberung, Kota Bandung; Baru Beureum atau Manyeuh Beureum; dan Jatinangor di Kabupaten Sumedang. Sementara untuk wisata alam, salah satunya adalah Curug Cilengkrang yang terletak di Desa Cilengkrang, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.
Untuk mencapai lokasi Curug Cilengkrang dari Kota Bandung relatif mudah karena berjarak hanya sekitar 10-15 kilometer hingga ke daerah Ujungberung, Cibiru maupun Cileunyi. Dari Ketiga daerah ini terdapat jalan-jalan kecil berukuran lebar 3-4 meter menuju curug dengan jarak antara 10 hingga 12 kilometer hingga ke lokasi curug, yaitu: Jalan Cilengkrang I, Jalan Desa Cipadung, Jalan Manisi, Jalan Sindangreret, Jalan Sadang, hingga Jalan Villa Bandung Indah. Jalan-jalan tersebut telah beraspal atau cor beton, sehingga walau tidak ada angkutan umum (kecuali ojeg) dapat dilalui relatif cepat. Namun apabila hendak ke lokasi, sebaiknya menggunakan kendaraan berkondisi prima karena medannya selalu menanjak.
Setelah sampai di pintu gerbang kawasan wisata Curug Cilengkrang, petugas setempat akan meminta bayaran sebesar Rp.5.000,00 per orang sebagai tiket masuk dan apabila membawa kendaraan ditambah biaya lagi sebesar Rp.2.000,00 per kendaraan. Selanjutnya, dari areal parkir diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 100 meter hingga akhirnya sampai ke lokasi air terjun. Di sepanjang perjalanan menuju curug ini hanya ditemui sebuah warung yang menjual makanan dan minuman.
Kondisi Curug Cilengkrang dan Fasilitas yang Tersedia
Curug Cilengkrang berada dalam kawasan hutan lindung milik negara, sehingga sejak dibuka untuk umum tahun 2001 pengelolaannya dilakukan oleh Perhutani KPH Unit 3 Bandung Utara. Curug Cilengkrang sebenarnya merupakan rangkaian enam buah curug dalam rentang sekitar 2 kilometer pada aliran Sungai Cihampelas yang berhulu di puncak Gunung Manglayang. Curug-curug tersebut adalah: Batupeti, Papak, Panganten, Kacapi, Dampit, dan Leknan.
Curug Batupeti berada hanya sekitar 100 meter dari gerbang masuk Curug Cilengkrang. Penamaan curug ini berasal dari bongkahan batu disamping curug yang bagian sisinya menyerupai sebuah peti tertutup. Konon, apabila disangkutkan dengan legenda Sangkuriang, batu berbentuk peti itu dahulu merupakan perkakas Sangkuriang kala membuat perahu pesanan Dayang Sumbi. Namun, lepas dari penamaan tersebut, yang jelas Batupeti merupakan curug yang paling mudah dijangkau dibandingkan dengan curug-curug lain yang menjadi bagian dari Curug Cilengkrang. Di sekitar areal curug ini pengunjung dapat dengan mudah memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola, yaitu: mushola, toilet, camping ground, dan warung yang menjual makanan dan minuman.
Tidak jauh dari Curug Batupeti, menyusuri aliran sungai ada Curug Papak. Penamaannya berkaitan dengan salah satu batu di puncak curug yang permukaannya datar atau dalam bahasa Sunda disebut papak. Selanjutnya ada Curug Panganten dengan formasi batuan menyerupai kursi pelaminan (panganten) yang membentuk kolam berundak dan dapat digunakan untuk berendam hingga tiga orang. Kemudian, Curug Kacapi dengan ketinggian mencapai sekitar 10 meter. Adapun penamaannya konon berasal dari suara jatuhnya air yang khusus pada setiap malam Senin terdengar mirip seperti dentingan kecapi. Curug ini letaknya agak jauh dari gerbang masuk Curug Cilengkrang dan untuk mencapainya relatif sukar karena harus melewati beraneka ragam tumbuhan hutan, seperti: perdu, pinus, pisang hutan, cangkring, bambu, jati, talas, caruluk, dan lain sebagainya.
Curug selanjutnya adalah Curug Dampit. Sesuai dengan namanya, Curug Dampit terdiri dari dua buah air terjun yang saling berhimpitan (dampit) dan mengalir pada dinding batu setinggi beberapa puluh meter. Tidak jauh dari Curug Dampit ada sebuah curug lagi yang diberi nama Leknan. Penamaan curug ini berkaitan dengan kejadian pada sekitar tahun 1953. Waktu itu, ada sebuah pesawat terbang yang mengalami kecelakaan di sekitar legokan curug. Oleh karena sang pilot yang mengalami kecelakaan tersebut berpangkat letnan, lambat laut tempat itu diberi nama Curug Leknan, sesuai dengan pelafalan masyarakat setempat.
Sebagai catatan, keenam curug tadi masih bersifat alami dan belum dimodifikasi sedemikian rupa agar menarik wisatawan. Oleh karena itu, kecuali Curug Batupeti, untuk dapat menikmatinya diperlukan usaha yang relatif keras karena harus menyusuri jalan setapak menanjak yang diapit tebing dan jurang menuju puncak Gunung Manglayang. Selain itu, ada pula pantangan yang harus diindahkan, yaitu tidak boleh membunyikan alat musik pukul kecuali pada saat ada ritual Mapag Hujan yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitar tatkala musim kemarau panjang melanda. Konon, apabila dilanggar akan menyebabkan hujan lebat secara tiba-tiba.