Pusat Penangkaran Penyu di Pekon Muara Tembulih

Pusat penangkaran penyu Lampung Barat terletak di Pekon Muara Tembulih, Kecamatan Ngambur, sekitar 59 kilometer dari Kota Liwa. Di wilayah yang menjadi bagian dari Kawasan Konservasi Laut Daerah Lampung Barat ini terdapat 4 dari 7 spesies penyu langka yang ada di dunia, yaitu penyu sisik, penyu lekang, penyu hijau, dan penyu belimbing. Mereka sering mendarat antara bulan Februari-April dan Mei-Juli untuk bertelur di sekitar pesisir pantai dengan jumlah antara 100-150 butir per ekor.

Oleh Pemerintah Daerah setempat kawasan penangkaran penyu Pekon Muara Tembulih dijadikan sebagai ekowisata (wisata bahari berbasis konservasi) dengan membangun sarana dan prasarana pendukung guna kenyamanan bagi pengunjung yang hendak menggali informasi terkait dengan pelestarian penyu. Bahkan, terdapat suatu ruang khusus bagi wisatawan untuk menggali lebih jauh spesies penyu, baik habitat, kebiasaan, hingga pola reproduksinya.

Foto: http://www.griyawisata.com/internasional/africa/artikel/ratusan-anak-penyu-dilepas-ke-habitat-aslinya

Pantai Labuhan Jukung

Pantai Labuhan Jukung berada di Pekon Kampung Jawa, Kecamatan Pesisir Tengah, sekitar 32 kilometer dari Kota Liwa. Oleh karena letaknya berada di jalur lintas barat Trans Sumatera Liwa-Krui, maka tidak heran kalau obyek wisata ini banyak dikunjungi orang, baik untuk berwisata maupun sekadar melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan kembali.

Kondisi Pantai
Pantai Labuhan Jukung memiliki panorama yang indah dengan latar belakang Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Selain itu, lokasinya yang berhadapan langsung dengan Pulau Pisang membuat pantai ini terhalang dari ganasnya ombak khas Samudera Hindia. Kisaran ombaknya pun rata-rata “hanya” 2 hingga 4 meter, sehingga relatif aman untuk berselancar bagi tingkat pemula.

Namun, apabila tidak mahir berselancar, Pantai Labuhan Jukung juga menawarkan berbagai macam aktivitas pantai yang layak untuk dicoba, seperti: berenang, menyelam, berlayar, memancing, berjemur matahari, fotografi, berkemah, outbond activities, bersepeda menyusuri pantai, apresiasi ekologi pantai/laut, penelitian ekologi pantai/laut, atau menikmati alam sambil menunggu matahari tenggelan (sunset). Dan, apabila ingin menikmati kuliner khas laut, pantai ini juga banyak menawarkan jajanan dan makanan khas yang berasal dari laut.


Foto: ali gufron

Tomat

Ciri Fisik dan Kandungan Senyawa
Tomat atau Lycopersicum esculentum mill adalah buah khas benua Amerika yang terdiri dari berbagai bentuk dan dimensi. Tomat tergolong buah karena merupakan bagian tanaman yang bisa dimakan yang mengandung biji atau benih, sementara sayuran adalah bagian daun akar dan batang tanaman yang bisa dimakan (Kailaku, dkk., 2007).

Dalam buah tomat banyak mengandung senyawa yang bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti: solanin, saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, bioflavonoid, likopen, ß-karoten protein, lemak, vitamin, mineral, dan histamin. Febriansah, dkk., (tt) menyatakan bahwa likopen merupakan senyawa paling banyak yang dapat mencapai 3-5 mg dalam setiap 100 gram tomat. Senyawa ini dapat mengobati diare, memulihkan fungsi liver, gangguan pencernaan, serangan empedu, menghambat pertumbuhan kanker (endometrial, prostat, payudara, ovarium, serviks, paru-paru), osteoporosis, dan lain sebagainya.

Khasiat
Lepas dari banyaknya jumlah senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan tersebut, sejak dahulu kala tomat sebenarnya telah digunakan sebagai bahan pengobatan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berikut ini adalah beberapa cara pengolahan tomat untuk mengobati suatu penyakit.

1. Barusuh
Barusuh dapat diobati dengan memakan buah tomat segar yang telah dicuci bersih agar terhindar dari kuman dan bakteri.

2. Flek hitam bekas jerawat
Tomat diiris tipis lalu gosokkan pada wajah dan biarkan hingga kering dan bilas dengan air hangat agar tidak lengket di wajah.

3. Mengecilkan pori-pori kulit wajah
Tumbuk atau giling tomat hingga lembut lalu campurkan beberapa tetes air jeruk dan oleskan pada wajah. Biarkan selama 15 menit sebelum dibilas dengan air dingin agar pori-pori mengecil dan kotoran tidak mudah masuk.

4. Gusi berdarah
Memakan buah tomat segar yang telah dicuci bersih agar terhindar dari kuman dan bakteri sejumlah 1 buah sehari hingga sembuh.

5. Keseleo
Buah tomat ditumbuk halus dan campur dengan minyak wijen lalu dipanaskan hingga tinggal menyaknya saja. Ramuan ini dapat dipakai sebagai minyak untuk memijat sendi-sendi yang keseleo.

6. Bisul
Panaskan daging dan biji tomat lalu diletakkan di atas bisul. Tujuannya agar bisul cepat pecah.

7. Menghilangkan komedo
Tumbuk satu buah tomat bersama dengan alpukat lalu oleskan pada wajah yang berkomedo selama beberapa menit. Setelah kering, bilas dengan air bersih hangat agar tidak lengket. (Ali Gufron)

Foto: http://ragammanfaat.com/manfaat-buah-tomat-untuk-kulit-wajah-dan-kesehatan/
Sumber:
Kailaku, Sari Intan, dkk,. "Potensi Likopen dalam Tomat untuk Kesehatan" dalam Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3 2007. Hlm. 50-58.

Febriansah, Rifki, dkk,. tt. "Tomat (Solanum lycopersicum L.) sebagai Agen Kemopreventif Potensial", diakses dari http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/rifki_tomat-paper.pdf, tanggal 29 Juli 2014, pukul 15.28 WIB.

Danau Suoh

Danau Suoh terletak di Dusun Kalibata, Desa Sukamarga, Kecamatan Suoh, sekitar 250 kilometer dari Bandar lampung atau 40 kilometer dari Kota Liwa. Untuk mencapai obyek wisata yang berada pada ketinggan 1.200 meter diatas permukaan air laut ini dapat ditempuh melalui beberapa Rute. Rute pertama, dari Kabupaten Tanggamus melalui Kecamatan Wonosobo sejauh 60 kilometer. Sedangkan rute lainnya dapat melalui Kecamatan Sekicau atau Kecamatan Batu Brak.

Namun sayang, prasarana jalan di ketiga rute tersebut belumlah memadai (masih onderlagh), sehingga agak sulit untuk mencapai lokasi danau. Jadi, apabila hendak berkunjung hanya dapat menggunakan kendaraan off-road, baik berupa jeep atau motor trail yang dapat melaju di jalan berbatu dan berlumpur. Apalagi jika memilih rute melewati daerah Way Semaka, maka akan terasa lebih sulit karena harus menyeberang sungai selebar 150 meter menggunakan rakit atau getek dengan biaya Rp.2.000.

Kondisi Danau
Kawasan Danau Suoh merupakan sebuah “komplek” yang terdiri dari empat buah danau, yaitu: Danau Asam, Danau Minyak, Danau Belibis, dan Danau Lebar. Nama-nama tersebut konon diambil dari kondisi di sekitar danau. Misalnya, nama Danau Asam diberikan karena air danau itu rasanya asam. Sekitar 300 meter arah selatan Danau Asam terdapat Danau Minyak yang permukaan airnya tampak seperti minyak yang mengambang. Selanjutnya, Danau Belibis yang namanya diambil dari kawanan burung belibis yang sering datang mencari ikan. Danau Belibis kondisinya tidak terawat dan disekitarnya ditumbuhi ilalang tinggi. Terakhir, Danau Lebar yang asal usul namanya tidak diketahui secara pasti. Pasalnya, lebar danau ini masih kalah dibandingkan dengan Danau Asam.

Selain danau, di kawasan Suoh juga terdapat potensi panas bumi (geothermal) yang cukup besar dan apabila dikelola dapat dikembangkan sebagai obyek wisata dan sumber energi baru yang potensial di Lampung Barat. Lokasinya di bawah pegunungan sekitar kawasan antara hutan lindung dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Di tempat ini terdapat belasan lubang seukuran kolam yang mengeluarkan gelembung seperti air mendidih dan apabila telah mencapai permukaan akan meletus mengeluarkan bunyi serta asap berbau belerang. Oleh masyarakat setempat lubang-lubang yang diberi nama Keramikan, Pasirkunig, Gunung Goyang, dan lain sebagainya itu dijaga dan diberi kayu-kayu pembatas agar tidak diinjak oleh pengunjung yang datang.

Saat ini, seluruh potensi sumber daya alam di Kecamatan Suoh ini belum dikelola dan dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat. Walhasil, hanya pada hari-hari tertentu seperti tahun baru atau hari-hari besar nasional saja danau-danau serta “kolam-kolam” geothermal ramai dikunjungi. Itu pun hanya wisatawan lokal dari Kecamatan Suoh dan beberapa kecamatan lain disekitarnya. Padahal, apabila dikelola dengan baik, tidak mustahil semua sumber daya alam tersebut dapat mendatangkan devisa besar bagi pendapatan asli daerah Lampung Barat. (gufron)

Foto: https://aryanamk.wordpress.com/type/aside/

Gulai bebat

Gulai bebat adalah makanan khas daerah Krui di pesisir Lampung Barat. Sesuai dengan namanya, gulai ini berbahan utama daun bebat, yaitu tumbuhan sejenis talas atau keladi tetapi tidak mempunyai umbi, batangnya berwarna agak putih, dan daunnya tidak basah bila terkena air. Bebat umumnya tumbuh di tanah basah atau gembur, seperti rawa atau tepian sungai.

Untuk membuat gulai bebat diperlukan daun-daun bebat yang masih kuncup dan bertekstur lembut agar mudah hancur atau robek. Daun-daun bebat ini kemudian dimasak sedemikian rupa menggunakan berbagai macam bumbu seperti cabe (sia lalak), garam (uyah/sia buku), jahe, santan kelapa (taboh katok), rempah-rempah (babukha), kunyit dan lain sebagainya selama berjam-jam hingga bentuknya menyerupai bubur. Dan, apabila telah matang dapat ditambah dengan petai atau dibubuhi iwa nyangu (ikan kering).

Pandap/Babutuk

Pandap atau babutuk berbahan utama daun bebat yang sudah mekar dan agak kenyal sehingga tidak mudah robek. Cara membuatnya cukup sederhana yaitu potongan ikan yang telah diberi parutan kelapa dan rempah-rempah (bubukha) dibungkus dengan 5-10 lembar daun bebar lalu dibungkus lagi dengan daun pisang (bulungni punti) dan diikat dengan tali serat rami. Bungkusan yang menyerupai pepes itu kemudian direbus hingga matang.

Bekasom

Bekasom adalah makanan unik khas daerah pesisir di Kabupaten Lampung Barat. Bahannya terbuat dari telur ikan palau kerap yang dicampur dengan beberapa ramuan tertentu dan difermentasikan selama tiga hari. Makanan yang konon dapat membangkitkan selera ini hanya disajikan pada saat-saat ada upacara adat sepeti Nayo (hajat besar) atau penyambutan tamu kehormatan saja sebagai simbol kekerabatan dan kebersamaan.

Sambal Halipu

Halipu adalah sejenis keong atau siput sawah yang bentuknya mirip seperti keong emas, namun cangkangnya berwana hitam. Binatang ini banyak terdapat di areal persahawan di Kecamatan Sumber Jaya, Pesisir Selatan, Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Lemong, Bengkunat, dan Suoh. Oleh sebagian warga masyarakat di kecamatan tersebut halipu diolah sedemikian rupa dengan menggunakan berbagai macam bumbu hingga menjadi sebuah sambal yang diberi nama sambal halipu yang selain enak juga berkhasit. Selain dapat dibuat sendiri, sambal halipu juga dijual dengan harga antara Rp.4.000,00 hingga Rp.5.000,00 per bungkus.

Kelurahan Mulyoharjo

Letak dan Keadaan Alam
Mulyoharjo adalah sebuah kelurahan yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan yang berada di ketinggian 1,25 meter dari permukaan air laut dan bercurah hujan rata-rata 200—300 milimeter (Monografi Kelurahan Mulyoharjo, 2011) ini sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Pelutan; sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bojongbata; sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Wanarejan Kidul; dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kebondalem. Dari kantor pemerintahan kecamatan kurang lebih 3 kilometer ke arah utara, sedangkan dari kantor kabupaten kurang lebih 1,5 kilometer ke arah barat. Kelurahan ini mudah dicapai dengan transportasi perkotaan, seperti: Koperanda (Koperasi Angkutan AntarDaerah) dan becak. Selain itu, dapat juga menggunakan jasa ojek.

Secara keseluruhan Kelurahan Muyoharjo memiliki luas 383,985 hektar. Dari luas tersebut sebagian besar (145 hektar atau ..%) dipergunakan untuk bangunan, baik perumahan/pemukiman, pertokoan, maupun perkantoran (Monografi Kelurahan Mulyoharjo, 2012). Ini dapat dimengerti karena kelurahan tersebut berada di tengah kota.

Kependudukan
Kelurahan Mulyoharjo berpenduduk 23.279 jiwa, dengan rincian laki-laki sejumlah 11.606 jiwa dan perempuan sejumlah 11.664 jiwa. Mereka tersebar di 105 RT yang tergabung dalam 24 RW. Wilayah yang padat penduduknya adalah Rw 01, 02, 03, 04, dan 05, karena kelima wilayah RW tersebut dilalui oleh jalan protokol/utama yang menghubungkan antara Kota Pemalang dan kota-kota lain di sekitarnya. Selain itu, berada dekat dengan pusat-pusat perdangan dan pusat pemerintahan kabupaten. Orang Tionghoa kebanyakan berada atau bertempat tinggal di sekitar jalan Sudirman (jalan yang menghubungkan antara kota Pemalang dengan kota Tegal dan Pekalongan, sedangkan orang Arab kebanyakan tinggal di sekitar jalan Ahmad Yani (jalan yang menghubungkan antara kota Pemalang dengan kota Purwokerto). Sementara, orang Jawa kebanyakan berada atau tinggal di “pedalaman” dan “pinggiran” kota.

Kelurahan Mulyoharjo sebagian besar penduduknya bekerja di sektor swasta, baik sebagai karyawan (swasta) maupun pedagang (wirausaha)(6.832 atau ..%) dan sebagian (1.081 jiwa atau ..%) sebagai abdi negara (PNS dan TNI/POLRI). Sebagian lainnya (2.600 jiwa atau ..%) di sektor pertanian (tani dan buruh tani). Sebagian lainnya lagi adalah penduduk yang bekerja di sektor jasa (1.756 jiwa atau ..%), pertukangan (571 jiwa atau ..%), pensiunan (665 jiwa atau ..%), nelayan (60 jiwa atau ..%), dan pemulung (30 jiwa atau ..%). Untuk lebih jelasnya lihat tabel I.1 di bawah ini.

Tabel I
Penduduk Berdasarkan Matapencaharian

No.

Jenis Matapencaharian

Jumlah
1.
Pedagang/wiraswasta
3.475
2.
Karyawan swasta
3.357
3.
Petani
1.280
4.
Buruh tani
1.325
5.
Jasa
1.756
6.
Pertukangan
571
7.
Nelayan
60
8.
Pemulung
30
9.
PNS
983
10.
TNI/POLRI
98
11.
Pensiunan
665

Jumlah

Sumber: Monografi Kelurahan Mulyoharjo, 2011.

Tabel di atas menunjukkan bahwa matapencaharian yang digeluti oleh penduduk Kelurahan Mulyoharjo cukup kompleks (bervariasi), mulai dari karyawan swasta, pedagang/wiraswasta, PNS, petani, sampai ke pemulung. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa penduduk sebagian besar (…%) bekerja di luar sektor pertanian. Salah satu faktor penyebabnya adalah lahan pertanian semakin menyepit karena pembangunan fisik, baik yang berupa perumahan/pemukiman, perkantoran, maupun sekolahan. Selain itu, sebagain generasi muda enggan bekerja di sawah, sehingga penduduk yang bekerja di sektor pertanian semakin tahun semakin berkurang.

Dari segi etnik, orang Tionghoa tidak ada yang bekerja di sektor pemerintahan, baik itu sebagai PNS maupun TNI/POLRI. Mereka semuanya bekerja di sektor swasta (berwiraswasta/berdagang). Orang Arab pada mulanya juga demikian, namun dewasa ini ada yang bekerja sebagai PNS, walaupun hanya seorang. Sementara, orang Jawa bekerja di semua jenis pekerjaan yang ada di Kelurahan Mulyoharjo.

Tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk Kelurahan Mulyoharjo dapat dilihat pada tabel I.2 berikut.
Tabel I.2
Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No.

Jenjang Pendidikan

Jumlah
1.
Taman Kanak-Kanak
700
2.
Sekolah Dasar
3.425
3.
SMP/SLTP
3.851
4.
SMA/SLTA
8.785
5.
Akademi (D1-D3)
721
6.
Sarjana (S1)
515
7.
Pasca Sarjana (S2-S3)
76
8.
Lain-lain


Jumlah

 Sumber: Monografi Kelurahan Mulyoharjo, 2011.  

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dicapai oleh sebagian besar penduduknya (8.785 orang atau ..%) SMS/SLTA.Kemudian, penduduk yang berpendidikan SMP/SLTP ada 3.851 orang atau ..%), dan penduduk yang berpendidikan SD ada 3.425 orang atau ..%). Sedangkan, penduduk yang tingkat pendidikannya di atas SMA/SLTA ada ….atau ..% dengan rincian: Akademi (D1-D3) ada 721 orang atau ..%; Sarjana (S1) ada 515 orang atau ..%; dan Pasca Sarjana (S2-S3) ada 76 orang atau ..%). Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat dikatakan tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mulyoharjo relatif tinggi.

Lima agama besar di Indonesia (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha), masing-masing ada pemeluknya.Hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3
Penduduk Berdasarkan Agama

No.

Agama

Jumlah
1.
Islam
21.938
2.
Krsiten
691
3.
Katholik
482
4.
Hindu
89
5.
Budha
87
6
Penghayat Kepercayaan thd Tuhan YME
50

Jumlah

Sumber: Monografi Kelurahan Mulyoharjo, 2011.

Tabel di atas menunjukkan bahwa agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Kelurahan Mulyoharjo adalah agama Islam (21.938 orang atau ..%). Kemudian, disusul oleh Kristen (691 orang atau ..%), Katholik (482 orang atau ..%), Hindu (98 orang atau ..%), dan Budha (87 orang atau ..%). Sedangkan, yang menganut Kepercayaan terhadap Tuhan YME ada 50 orang (..%). Dari segi etnik penganut agama Islam pada umunya orang Jawa dan Arab. Lalu, penganut agama Kristen dan Katholik pada umumnya orang Tionghoa dan sedikit orang Jawa. Sedangkan, pengangut agama Hindu dan Budha semuanya orang Tionghoa. Sementara, penganut Kepercayaan terhadap Tuhan YME pada umumnya orang Jawa.

Sosial-Budaya dan Ekonomi
Masyarakat Kelurahan Mulyoharjo adalah majemuk. Kemajemukan itu tidak hanya ditandai oleh berbagai macam etnik (Jawa, Tionghoa, dan Arab), tetapi juga adanya berbagai macam agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha) dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Setiap etnik mempunyai mempunyai budaya sendiri yang satu dengan lainnya berbeda. Orang Jawa menumbuh-kembangkan budaya dan tradisi yang diwariskan dari nenek moyangnya. Demikian juga, orang Tionghoa dan Arab. Mereka juga tidak melupakan budaya dan tradisi dari tanah leluhurnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, berbagai macam etnik yang menempati satu wilayah (Kelurahan Mulyoharjo) itu, tentu saja tidak hanya berhubungan dengan sesama etniknya (Orang Jawa hanya dengan orang Jawa, orang Tionghoa hanya dengan orang Tionghoa, dan oran Arab hanya dengan orang Arab), tetapi juga dengan etnik lainnya. Dalam berhubungan (berinteraksi), sadar atau tidak, mereka mengacu pada alat komunikasi (bahasa) yang “disepakati” oleh bersama (“bahasa pasar”atau bahasa umum lokal) Sebab, jika masing-masing mengacu pada bahasa etniknya, tidak akan terjadi interaksi, karena satu dengan lainnya tidak mengerti atau memahami apa yang dikomunikasikan (pesan-pesan komunikasi).

Bahasa umum lokal yang mendominasi kehidupan sehari-hari masyarakat Kelurahan Mulyoharjo adalah bahasa etnik yang mayoritas di kelurahan tersebut, yaitu bahasa Jawa dengan dialek banyumasan (ngapak) khas Pemalang. Namun demikian, bahasa Jawa yang dijadikan alat kumonikasi dalam berinerakasi antaretnik tidak seluruhnya (100%) bahasa Jawa, tetapi ada unsur bahasa etnik lainnya (Tionghoa dan Arab). Beberapa kosa kata dari bahasa Arab antara lain: ente (kamu), harim, (wanita), fulus (uang), bahil (pelit), dan bahlul (bodoh). Sedangkan, beberapa kota kata dari bahasa Tionghoa antara lain cepek (seratus) dan nopek (dua ratus). Jadi, dalam masyarakat Kelurahan Mulyoharjo yang majemuk itu telah terjadi adanya akulturasi2.

Akulturasi tidak hanya tercermin dari unsur bahasa, tetapi juga unsur-unsur lainnya, seperti kuliner dan kesenian. Dalam hal ini kue khas orang Arab yang disebut “khamir” (ada yang menyebutnya samir) tidak hanya menjadi “milik” orang Arab semata, tetapi juga milik orang Jawa. Malahan, ada orang Tionghoa yang mengusahakannya (membuat dan menjualnya). Selain itu, kesenian yang bernuansa Arab, seperti gambus dan samproh, tidak hanya menjadi “milik” orang Arab semata, tetapi orang Jawa.

Dalam bidang ekonomi, orang Arab di Kelurahan Mulyoharjo pada umumnya memilih bekerja di sektor non-pemerintah, yaitu sebagai pedagang, baik yang berkaitan dengan mebelair, seperti: meja, kursi, dan lemari) maupun yang sangat kaitannya dengan agama mereka (Islam)s seperti: Al Quran dan buku-buku tentang Islam, pakaian muslim, dan minyak wangi. Sebab, barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari sudah banyak dilakukan oleh orang Jawa, dan terutama orang Tionghoa.

Sumber:
Galba, Sindu. 2012. Kampung Ereb: Sebuah Komunitas Orang Arab di Kota Pemalang (Laporan Penelitian). Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

1 Menurut kepercayaan masyarakat setempat (Pemalang) gunung ini sampai kapan pun tidak akan meletus. Oleh karena itu, diberi nama Gunung Slamet (selamat). Dan, penulis pikir kepercayaan itu cukup beralasan karena gunung tersebut termasuk dalam kategori gunung yang mati. Sebenarnya Pemalang tidak hanya memilki sebuah gunung, tetapi masih ada satu gunung lagi, yaitu Gunung Gajah yang dari jauh bentuknya menyerupai seekor gajah.

2 Akulturasi adalah proses di mana para individu warga suatu masyarakat dihadapkan dengan pengaruh kebudayaan lain dan asing. Dalam proses itu sebagian mengambil alhi secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu (Koentjaraningrat,dkk,1984: 6).
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive