Roti Buaya

Roti Buaya adalah salah satu dari sekian banyak makanan khas masyarakat Betawi yang masih eksis di tengah maraknya berbagai makanan yang datang dari daerah lain maupun luar negeri. Makanan yang namanya diambil dari bentuknya yang menyerupai sosok seekor buaya ini konon sudah ada sebelum orang-orang Belanda datang ke Indonesia dengan bahan utama pembuatnya adalah singkong (disebut kue buaya). Namun semenjak kedatangan bangsa Belanda, kue buaya tidak lagi dibuat dari singkong melainkan terigu karena dianggap lebih praktis. Namanya pun bukan lagi kue, tetapi menjadi roti.

Keberadaan roti buaya bagi orang Betawi sangatlah penting. Ia digunakan sebagai penganan wajib yang harus dibawa sebagai seserahan ketika seorang laki-laki akan menikah. Jadi, selain uang mahar, alat kecantikan, baju kebaya, kain, perhiasan, kekudung (makanan yang disukai mempelai wanita ketika masih kecil), dan peralatan rumah tangga, juga disertakan sepasang roti buaya berukuran panjang antara 50-70 sentimeter berlapis kertas warna-warni sebagai simbol kesetiaan dan kemakmuran.

Simbol kesetiaan berasal dari bentuknya yang menyerupai buaya. Masyarakat Betawi, khususnya yang tinggal di sepanjang bantaran sungai, percaya bahwa hewan ganas ini seumur hidup hanya kawin satu kali dan sangat setia pada pasangannya. Oleh karena itu, apabila calon mempelai laki-laki membawa serta roti buaya dalam acara seserahan, diharapkan agar dia kelak akan setia pada pasangannya dan tidak beralih ke lain hati.

Sedangkan simbol kemakmuran dan kemapanan berasal dari bahan pembuatnya yang berupa terigu dan bukan singkong lagi. Pada zaman Kumpeni Belande dauhulu, terigu yang diolah menjadi roti merupakan makanan mewah yang hanya dikonsumsi oleh orang-orang mapan yang memiliki status sosial tinggi dalam masyarakat. Jadi, selain kesetiaan, penyerahan roti buaya juga bermakna agar pasangan yang menikah diharapkan agar kelak selalu dalam kondisi yang mapan dan berkecukupan/makmur.

Bahan dan Proses Pembuatan Roti Buaya
Untuk membuat roti buaya tidaklah terlalu sulit karena bahan-bahannya mudah diperoleh, yaitu: tepung terigu, gula pasir, margarine, garam, ragi, susu bubuk full cream, telur ayam, dan pewarna. Adapun proses pembuatanya adalah sebagai berikut. Pertama, aduk bahan menggunakan mixer agar halus dan tercampur secara merata atau hingga menjadi adonan kalis. Kemudian, diamkan adonan selama sekitar 45 menit agar mengembang lalu potong-potong sesuai dengan ukuran buaya yang akan dibentuk. Selanjutnya, letakkan potongan di atas loyang yang telah diolesi margarine dan panggang hingga matang atau berwarna kuning kecolelatan. Terakhir, hidangkan atau bungkus dengan plastik transparan lalu tawarkan pada orang yang mau kawin ^_^. (gufron)
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive