H. Muhammad Sai Sohar

Riwayat Singkat
Masa Kanak-kanak

H. Muhammad Sai Sohar lahir pada tanggal 7 Oktober 1942 di Desa Lubuk Nambulan, Kecamatan Kikim, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Muhammad Sai Sohar adalah anak dari pasangan petani bernama H. Sohar dan Robiah. Saudara-saudara kandungnya bernama A. Damiri, Nuraini, dan Nurlin.

D. Damiri bekerja sebagai guru Sekolah Dasar di Tebing Tinggi, Lahat, sebelum meninggal dunia pada tanggal 4 Agustus 1961 karena ditembak oleh gerombolan PRRI. Nuraini juga menjadi guru Sekolah Dasar dan menikah dengan Mayor R. Sugito, sedangkan Nurlin menikah dengan Suwarso BA dan menetap di Prabumulih.

Sewaktu kanak-kanak Sai Sohar bersama 12 orang kawan-kawan sedesanya bersekolah di Desa Tanjungagung. Desa ini letaknya jarak sekitar 3 kilometer dari Desa Lubuk Nambulan dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Namun seiring dengan berjalannya waktu, dari ke-13 anak ini hanya tiga orang saja yang berhasil menamatkan Vervolk School di Desa Tanjungagung pada tahun 1940. Sai Sohar yang termasuk dalam tiga orang tersebut selanjutnya mengikuti pendidikan Leergang/CVO/Kioinyo Seijo dan tamat pada tahun 1943.

Sebagai Guru Volk School di Dusun Kerung
Setelah menamatkan pendidikan Leergang atau keguruan, Sai Sohar memulai karirnya sebagai guru Volk School (Sekolah Rakyat) di Dusun Kerung, Lubuk Sepang, Lahat. Tetapi, karena waktu itu seorang guru wajib menguasai bahasa Jepang sebagai pengantar di Volk School, sebelum diperbolehkan mengajar, setiap hari Rabu terlebih dahulu harus mengikuti kursus bahasa Jepang setiap di Lahat yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh sekitar 10 kilometer dari Dusun Kerung.

Sebagai seorang guru, dari tahun 1943 Sai Sohar hanya mendapat gaji sebesar 14 Gulden, hingga bulan Mei 1944 menjadi 22 Gulden. Gaji ini sebenarnya tidak cukup untuk membiayai hidupnya serta menyekolahkan adik-adiknya. Oleh karena itu, seusai mengajar Sai Sohar bekerja sambilan dengan bertani agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya walau harus berhemat.

Menjadi Prajurit Pejuang
Pada akhir Mei 1944 Sai Sohar masuk Giyugun bentukan Jepang di Bengkulu dengan pangkat Prajurit Dua. Selanjutnya dia pindah lagi ke daerah Pagaralam untuk mengikuti pelatihan bidang kesehatan lalu ke Lahat dan Kebon Karet Tebat Gunung. Dalam mengikuti berbagai macam pendidikan tersebut Sai Sohar dilatih dengan gaya militer Jepang yang sangat keras dan berdisiplin tinggi. Mereka (tentara Jepang) tidak segan-segan menghukum seseorang bila melakukan suatu kesalahan atau kekeliruan. Bentuk hukumannya seperti dijemur di terik matahari atau diharuskan saling tampar antarpeserta didik dengan tamparan yang tidak boleh main-main.

Setelah bangsa Indonesia Merdeka, pada tanggal 22 Agustus 1945 Giyugun dibubarkan. Sai Sohar yang waktu itu telah berpangkat Sersan I segera masuk dalam Gerakan Pengamanan Umum (PO) di bawah pimpinan Simbolon dan Harun Sohar di Lahat. Gerakan Pengamanan Umum kemudian dilebur menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), lalu menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sewaktu menjadi anggota BKR, tanggal 20 Oktober 1945 Sai Sohar diangkat sebagai Pimpinan BKR di Tebing Tinggi dan 5 bulan kemudian (Maret 1946) diangkat lagi menjadi Dan KI IV Yon XX dengan Komandan Resimen pertamanya Letkol Amin Kaum lalu diganti oleh Letkol Harun Sohar. Bulan itu pula Sai Sohar dipindahkan lagi jabatannya dari Dan KI IV Yon XX menjadi Kepala Kesehatan Resimen di Lahat.

Di tengah situasi yang sangat labil antara tahun 1945-1946, Sai Sohar tetap menunaikan fitrahnya sebagai seorang manusia dengan menikahi seorang gadis bernama Murayah di Dusun Gelumbang, Kecamatan Kikim, Lahat pada tanggal 10 Mei 1946. Lima bulan kemudian, tepatnya tanggal 18 Oktober 1946, Sai Sohar diangkat kembali menjadi Dan KI Yon Resimen XII yang kemudian dilebur menjadi Dan KI Yon VI Resimen 41 Martapura.

Ketika menjadi Dan Ki Yon VI ini tugasnya semakin berat karena waktu itu ikut membantu tentara Inggris (pasukan Sekutu) melucuti senjata sekitar 25.000 serdadu Jepang yang menyerah tanpa syarat sebagai akibat kekalahannya dalam Perang Dunia II. Oleh Jepang, wilayah Indonesia diserahkan kepada pihak Sekutu yang ditangani oleh Laksamana Mountbattern (Inggris) di bagian barat dan Jenderal Douglas Mac Arthus (Australia) untuk Indonesia bagian timur.

Tetapi, setelah satu brigade tentara Sekutu pada 12 Oktober 1945 di bawah pimpinan Letkol Carmichael serta 2 batalyon pada tanggal 13 Maret 1946 pimpinan Brigadir Jenderal Hutchinson mendarat di Palembang, ternyata tugasnya tidak hanya melucuti senjata tentara Jepang saja, melainkan juga membantu Belanda menguasai Indonesia. untuk itu, mereka menggeledah rumah-rumah penduduk dengan alasan mencari senjata.

Suasana pun menjadi panas karena beberapa kali terjadi insiden yang membuat rakyat marah. Puncak kemarahan tersebut terjadi ketika ada perintah dari Panglima Sekutu kepada Panglima Jepang agar merebut daerah yang dikuasai Republik untuk selanjutnya diserahkan pada pihak Belanda. Bentrokan-bentrokan bersenjata akhirnya pecah dengan tentara Jepang di Lubunglinggau, Pagaralam, Bengkulu, Jambi, Kalianda, dan Talangpadang.

Sementara tentara Republik berperang dengan Jepang, Inggris tetap bertahan di Indonesia hingga Belanda mampu membawa tentaranya sejumlah 120.000 personil sampai akhir tahun 1946 karena telah terikat dalam sebuah konferensi di Singapura. Ketika jumlahnya hampir mencapai angka 120.000, pada tanggal 24 Oktober 1946 Sekutu secara resmi mengangkat Kolonel Mollinger sebagai Komandan tentara Belanda di Palembang.

Tentara Belanda pimpinan Kolonel Mollinger langsung berusaha menguasai Kota Palembang sehingga terjadilah pertempuran lima hari lima malam antara tanggal 1 sampai 4 Januari 1947 melawan prajurit TRI dan lasykar-lasykar rakyat. Setelah pertempuran, pihak RI dan Belanda mengadakan perundingan yang hasilnya RI harus menarik tentaranya sejauh 20 kilometer dari Kota Palembang.

Peran Sai Sohar dalam Perang Kemerdekaan I dan II
Tidak puas dengan hanya menduduki Kota Palembang, pada 21 Juli 1947 Belanda mulai memperluas daerah kekuasaannya ke kota-kota lain di wilayah Sumatera Selatan. Oleh karena mereka menggunakan persenjataan modern, tentara Republik terpaksa harus mengalah dan menyingkir ke dalam hutan. Taktik perang pun terpaksa harus diganti menjadi perang gerilnya agar dapat mengalahkan Belanda yang belum hafal “medan”.

Pasukan Sai Sohar yang waktu itu juga ikut bergerilya, pada malam 28 Juli 1947 terpaksa harus bertempur melawan serdadu Belanda di Kemalaraja, RSU, sampai ke jembatan Sungai Ogan. Dalam pertempuran itu tidak dapat diketahui berapa jumlah korban dari pihak Belanda karena segera dibawa menggunakan kendaraan, sedangkan dari pasukan Sai Sohar terdapat tiga orang luka-luka dan seorang gugur bernama Kopral Zainuri.

Sebagai balasan, keesokan harinya sekitar pukul 09.00 Sai Sohar bersama 19 prajurit beserta 3 orang staf Batalyon VI/41 (Sersan Mayor A. Kohar, Matcik Malik, dan Cik Ani) mengacau pos Belanda di Saung Naga. Dalam serangan gerilya itu Sai Sohar dan kawan-kawannya berhasil merampas sebuah mobil, tetapi terpaksa ditinggalkan karena bala bantuan Belanda segera datang.

Sebagaimana layaknya sebuah peperangan, pasti akan terjadi saling serang atau saling serbu antarpihak yang bertikai. Setelah pasukan Sai Sohar mengacau di Saung Naga, giliran pasukan Belanda yang menyerbu dan menduduki Kota Martapura selama satu hari. Kompi Sai Sohar menyingkir sementara ke Prancak, sekitar enam kilometer arah hulu Kota Martapura.

Begitu juga ketika Kota Baturaja diduduki Belanda, pada tanggal 30 Juli 1947 Kompi Sai Sohar berusaha merebutnya kembali dengan membantu pasukan Mayor Soekardi di front timur dan Mayor Harun Hadimarto menduduki Kemalaraja, PLN, RSU, dan jembatan Sungai Ogan.

Hari berikutnya pasukan front timur ditarik hingga ke Kemelak karena pasukan Belanda membawa bala bantuan dari Palembang melalui Prabumulih. Gencatan senjata pun diumumkan, namun hanya sementara karena Belanda tidak mematuhinya sehingga pada tanggal 5 Agustus 1947 Komandan Garuda Hitam, Mayor Soekardi Hamdani memerintahkan agar pasukannya masuk ke Kota Baturaja. Pertempuran tidak dapat dihindari dan mengakibatkan empat orang prajurit gugur, yaitu: Lettu Syahriar, Kopral Zubri Matcik, Sersan Zakaria, dan Kopral Sai Husin.

Ketika Kota Martapura akhirnya juga jatuh ke tangan Belanda pada 10 November 1947, pasukan Sai Sohar hampir tidak melakukan perlawanan dan mundur teratur menuju Simpang Martapura lalu ke Lampung. Tujuannya, selain menghindari serangan udara Belanda, juga untuk menyusul Mayor M. Soekardi Hamdani yang mendapat jabatan baru sebagai Komandan Batalyon 24 front selatan di Telukbetung.

Di Lampung Sai Sohar diangkat sebagai Komandan Kompi II Telukbetung yang kemudian dilebur menjadi Kompi I Batalyon Brigade Mobil Garuda Hitam. Tidak berapa lama kemudian dikirim ke Giham sebagai Dan SIG (Komanden Seksi Istimewa Gerilya) front utara karena diperkirakan Belanda akan menyerang melalui utara. Selanjutnya, menjadi Komandan Sektor Barat yang berkedudukan di Bukit Kemuning-Kasui karena daerah Kotabumi telah jatuh ke tangan Belanda.

Perlawanan menghadapi Belanda pada masa Perang Kemerdekaan I dan II berakhir ketika Presiden Soekarno mengumumkan penghentian permusuhan yang berlaku mulai tanggal 11 Agustus di Pulau Jawa dan 15 Agustus 1949 di Pulau Sumatera. Di Lampung sendiri, penyerahan kembali Kotabumi oleh pihak Belanda dilaksanakan tanggal 24 November 1949 kepada Kapten M. Nurdin. Sai Sohar bertugas sebagai Komandan Keamanan dan pengambil alih pos Terbanggi Besar dari Lettu Verkuil.

Peran Sai Sohar Setelah Perang Kemerdekaan
Selesai melaksanakan tugas sebagai prajurit pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan terhadap agresi Belanda di Sumatera Selatan dan Lampung hingga pengakuan kedaulatan oleh pihak Belanda pada tanggal 27-12-1949, M. Sai Sohar selaku prajurit Saptamarga masih harus menghadapi tantangan lain berupa perlawanan bersenjata di daerah-daerah yang merongrong stabilitas nasional, baik politik maupun militer.

Adapun tugas-tugas serta peran-peran Sai Sohar dalam masa sesudah perang Kemerdekaan I dan II diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Tahun 1950 bertugas sebagai Komandan Datasemen Kotabumi dengan pimpinan Kolonel Syamaun Gaharu.
  • Dipindah tugaskan ke Haji Pemanggilan sebagai Dan Peleton III LMG Ki I Yon 2001.
  • Dipindah tugaskan ke Kompi I dan Seksi I Tanjungkarang dan setelah itu pindah ke Staf Yon 206 selaku ADC pada tahun 1951.
  • Dipindah tugaskan ke Lahat sebagai Dan Ki V Yon 201 pada tahun 1952.
  • Menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan pimpinan Dr. Soumokil yang ingin memisahkan diri dari RIS pada tanggal 25 April 1950. Pemberontakan ini ditumpas oleh Kolonel Kawilarang dan berhasil merebut Kota Ambon pada tanggal 29-8-1950. Tokoh-tokoh pemberontak melarikan diri ke pulau Seram untuk bergerilya.
  • Selama satu tahun melakukan operasi pembersihan di Seram Barat Kairatu-Hontetu-Rum Batu Baruremberu-Top 559 dan Nanusa Manuwe.
  • Tahun 1953 kembali ke Lahat dan bertugas sebagai Kasi Personil Yon 201 lalu Dan Ki Yon C di Padang Lontar, Kecamatan Merapi, Kebupaten Lahat.
  • Tahun 1954 ikut melakukan operasi menumpas gerombolan DI/TII di Cimaragas, Pangandaran dan Cijulang selama 17 bulan.
  • Kembali ke Padang Lontar lalu mengikuti LPPDI (Lanjutan Perwira Dasar Intanteri) sampai tahun 1956 di Curup.
  • Tahun 1956 dipindah tugaskan sebagai Dan Ki Yon E di Mentok dengan pangkat Kapten lalu menjalani pendidikan KUPALTU di Bandung dan kembali lagi ke Mentok.
  • Dipindah tugaskan ke Palembang sebagai Pa Staf Resimen V pada tahun 1957, kemudian menjadi Wa Dan Yon A di Jambi dengan tugas mengamankan persenjataan yang dikirim PRRI Sumatera Barat menggunakan 24 truk ke Muaratebo.
  • Tahun 1959 menjadi Ketua BKS BUMIL (Badan Kerjasama Buruh Militer) di Palembang, mengikuti Maintenance Cource Peralatan di Cimahi, serta diangkat sebagai Dan Yon C Muara Enim dengan lokasi tugas di Sektor III Curup selama 22 bulan.
  • Mengikuti KUPALDA di Bandung hingga tahun 1962 dan setelahnya Sai Sohar langsung menduduki berbagai macam jabatan penting di kemiliteran, seperti: (1) Dan Dim 0403 OKU Baturaja; (2) Dan Dim 0411 Kotabumi; (3) Dan Dim 0406 MURA Lubuklinggau (1963-1964); (4) Skodam IV/Sriwijaya di Palembang tahun 1965; (5) Asisten 4/Leg tahun 1965 s/d 1969; Asisten 5/Teritorial tahun 1969 s/d 1972; (6) Koordinator Skarda D/Asisten Sospol Laksusda 1972 s/d 1974; (7) Sekjen Corps Sriwijaya; (8) Ketua I Angkatan ’45 Sumatera Selatan; (9) Anggota pleno Legiun Veteran RI Sumatera Selatan; dan (10) Wakil Ketua PPD I pada Pemilu 1971 Sumatera Selatan.
  • Memasuki dunia politik dengan menjadi Anggota MPR RI periode 1973-1977 dan Bupati Muara Enim selama dua periode 1977-1980 dan 1980-1985.
Bintang dan Tanda Jasa
Selama berkecimpung dalam dunia kemiliteran hingga menjadi Bupati Muara Enim, Kolonel Infanteri H.M. Sai Sohar yang mempunyai dua orang isteri (Hj. Murayah dan Ny. Ning Ayu) serta sepuluh orang putera-puteri ini banyak mendapat bintang dan tanda jasa dari pemerintah Indonesia. Bintang dan tanda jasa tersebut, diantaranya adalah: (1) Bintang Gerilya; (2) Satya Lencana Aksi Militer I; (3) Satya Lencana Aksi Militer II; (4) Satya Lencana GOM ke-III; (5) Satya Lencana Sewindu; (6) Satya Lencana Dua Windu; (7) Satya Lencana Sapta Marga; (8) Satya Lencana Wira Dharma; (9) Satya Lencana 24 tahun; (10) Satya Lencana Penegak; dan (11) Bintang Eka Paksi Kelas III.

Sumber: Badan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Daerah Provinsi Lampung

KTM RC 125 (2014)

Technical Specifications
2014 KTM RC 125
Engine
Engine type 1-cylinder 4-stroke engine, water-cooled
Bore x Stroke 58.0 x 47.2 mm
Displacement 124.7 cm³
Valves 2 valves per cylinder
Compression ratio
Max Power 11 kW (15 hp)
Max Torque
Fuel system Fuel injection: ø38 mm x 4 (Keihin) with oval sub-throttles
Transmission 6-speed, claw shifted
Final drive Sealed chain
Clutch Wet multi-disc clutch / mechanically operated
Ignition system Contactless, controlled, fully electronic ignition system with digital ignition timing adjustment
Starting system Electric starter
Lubrication Forced oil lubrication with 1 Eaton pump
Intake system
Spark plug
Battery
Gear ratios 1st 2nd 3rd 4th 5th 6th
Dimensions
Frame type Tubular space frame made from steel tubes, powder-coated
Rake/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase 1340 mm
Seat height 820 mm
Ground clearance 178.5 mm
Weight 135 kg
Fuel capacity 10 litres
Suspension (front) WP Suspension 4357, 125mm travel
Suspension (rear) WP Suspension 4618 EM, 150mm travel
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front) Disc brake 300mm with four-pot brake caliper
Brake (rear) Disc brake 230mm with one-pot brake caliper, floating brake discs

KTM 1190 RC8 R (2014)

Technical Specifications
2014 KTM 1190 RC8 R
Engine
Engine type 2-cylinder, 4-stroke, ignition engine, 75° V arrangement, liquid-cooled
Bore x Stroke 105.0 x 69.0 mm
Displacement 1195 cm³
Valves 4 valves per cylinder
Compression ratio
Max Power 129 kW (173 hp)
Max Torque
Fuel system Fuel injection: ø38 mm x 4 (Keihin) with oval sub-throttles
Transmission 6-speed, claw shifted
Final drive Sealed chain
Clutch Wet multi-disc clutch / hydraulically operated
Ignition system Contactless, controlled, fully electronic ignition
system with digital ignition timing adjustment
Starting system Electric starter
Lubrication Forced oil lubrication with 3 rotor pumps
Intake system
Spark plug
Battery
Gear ratios 1st 2nd 3rd 4th 5th 6th
Dimensions
Frame type Tubular space frame from chrome molybdenum steel, powder-coated
Rake/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase 1425 mm
Seat height 825 mm
Ground clearance 110 mm
Weight 184 kg
Fuel capacity 16.5 litres
Suspension (front) WP Suspension Up Side Down 120mm travel
Suspension (rear) WP Suspension monoshock 120mm travel
Tyre (front) 120/70ZR17M/C (58W)
Tyre (rear) 190/50ZR17M/C (73W)
Brake (front) Twin-disc brake 320mm with radially mounted four-piston brake calipers
Brake (rear) Single-disc brake 220mmwith two-piston brake caliper; fixed brake disc

KTM 1190 Adventure (2014)

Technical Specifications
2014 KTM 1190 Adventure
Engine
Engine type 2-cylinder, 4-stroke, ignition engine, 75° V arrangement, liquid-cooled
Bore x Stroke 105.0 x 69.0 mm
Displacement 1195 cm³
Valves 4 valves per cylinder
Compression ratio 11.8:1
Max Power 110 kW (148 hp)
Max Torque
Fuel system Fuel injection: ø38 mm x 4 (Keihin) with oval sub-throttles
Transmission 6-speed, claw shifted
Final drive Sealed chain
Clutch PASC™ anti-hopping clutch/ hydraulically operated
Ignition system Contactless, controlled, fully electronic ignition system with digital ignition timing adjustment
Starting system Electric starter
Lubrication Forced oil lubrication with 3 rotor pumps
Intake system
Spark plug
Battery
Gear ratios 1st 2nd 3rd 4th 5th 6th
Dimensions
Frame type Tubular space frame from chrome molybdenum steel, powder-coated
Rake/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase 1560 mm
Seat height 860 mm
Ground clearance 220 mm
Weight 212 kg
Fuel capacity 23 litres
Suspension (front) WP Suspension Up Side Down 220mm travel
Suspension (rear) WP Suspension monoshock 220mm travel
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front) 2 x 320mm Brembo radially mounted four-piston brake calipers
Brake (rear) Brembo fixed mounted two-piston brake calipers 267mm

KTM 1190 Adventure R (2014)

Technical Specifications
2014 KTM 1190 Adventure R
2-cylinder, 4-stroke, ignition engine, 75° V arrangement, liquid-cooled
105.0 x 69.0 mm
1195 cm³
4 valves per cylinder
11.8:1
110 kW (148 hp)
110 N.m {11.3 kgf.m} @ 7300 rpm
Fuel injection: ø38 mm x 4 (Keihin) with oval sub-throttles
6-speed, claw shifted
Sealed chain
PASC™ anti-hopping clutch/ hydraulically operated
Contactless, controlled, fully electronic ignition
system with digital ignition timing adjustment
Electric starter
Forced oil lubrication with 3 rotor pumps
Tubular space frame from chrome molybdenum steel, powder-coated
1580 mm
890 mm
250 mm
217 kg
23 litres
WP Suspension Up Side Down 220mm travel
WP Suspension monoshock 220mm travel
120/70ZR17M/C (58W)
190/50ZR17M/C (73W)
2 x 320mm Brembo radially mounted four-piston brake calipers
Brembo fixed mounted two-piston brake calipers 267mm

Image: http://www.roadrunner.travel/2013/09/18/ktm-teaser-blog/

Honda VF 750 S (1982)

Technical Specifications
1982 Honda VF 750 S
Engine
Engine type Liquid Cooled, 4 cylinders, 4-stroke, V4, DOHC
Bore x Stroke 70 mm × 48.6 mm (oversquare - shortstroke)
Displacement 748 cc
Valves 4 valves per cylinder
Compression ratio 10.5:1
Max Power 81.44 HP (59.9 kW) @ 9500 rpm
Max Torque 70.61 Nm (7.2 kg-m) @ 7500 rpm
Fuel system Carburetor
Transmission 6-speed
Final drive Shaft
Clutch Wet, multiple discs, cable operated
Ignition type TCI (Transistor Controlled Ignition)
Starting system Electric starter
Lubrication Wet sump
Intake system
Spark plug NGK, DPR 8EA-9
Battery
Gear ratios 1st, 2nd, 3rd, 4th, 5th, 6th:
Dimensions
Frame type Single cradle frame
Caster/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Weight 224 kg
Fuel capacity 27.5 litres
Color
Suspension (front) Cartridge
Suspension (rear) Swingarm monoshock
Tyre (front) 110 / 90 R18
Tyre (rear) 130 / 90 R17
Brake (front) Dual disc brake
Brake (rear) Drum brake

Image: http://classic-motorbikes.net/gallery~honda-vf750-gallery

Honda S-90 (1964)

Technical Specifications
1964 Honda S-90
Engine
Engine type Air cooled, single cylinders, four-stroke, SOHC
Bore x Stroke 50.0 x 45.6 mm
Displacement 89 cc
Valves 2 valves per cylinder
Compression ratio 8.2:1
Max Power 8.02 HP (5.9 kW) @ 9500 rpm
Max Torque 6.37 Nm (0.65 kg-m) @ 8000 rpm
Fuel system Carburetor
Transmission Manual 4-speed
Final drive Chain
Clutch Wet, multiple discs, cable operated
Ignition type
Starting system Kick starter
Lubrication Wet sump
Intake system
Spark plug
Battery
Gear ratios 1st: 2nd: 3rd: 4th:
Dimensions
Frame type Backbone
Caster/trail
Overall length 1890 mm
Overall width 650 mm
Overall height 980 mm
Wheelbase 1195 mm
Seat height
Ground clearance 145 mm
Weight 80 kg
Fuel capacity 7 litres
Color
Suspension (front) Telescopic fork
Suspension (rear) Swingarm
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front) Drum brake
Brake (rear) Drum brake

Image: https://alchemyindesign.wordpress.com/tag/honda-s90/

XOLO A510s

Specifications
XOLO A510s
GSM 900 / 1800 - SIM 1 & SIM 2
HSDPA 2100
Dimensions 128 x 63 x 9 mm (5.04 x 2.48 x 0.35 in)
Weight 120 gram
Display IPS LCD capacitive touchscreen, 16M colors
480 x 854 pixels, 4.0 inches (~245 ppi pixel density)
Phonebook
Call records
Internal 4 GB, 1 GB RAM
Card slot microSD, up to 32 GB
GPRS
EDGE
HSDPA, 21 Mbps; HSUPA, 5.76 Mbps
Wi-Fi 802.11 b/g/n, Wi-Fi hotspot
Bluetooth v4.0
microUSB v2.0
Android OS, v4.2 (Jelly Bean)
Dual-core 1.3 GHz Cortex-A7; Mediatek MT6572; Mali-400
SMS, MMS, Email, Push Email, IM
Vibration, MP3, WAV ringtones
Browser HTML
FM radio
GPS
Games
Camera 5 MP, 2592 Ñ… 1944 pixels, LED flash
Video 720p@30fps
Color Silver
via Java MIDP emulator
- Loudspeaker
- Dual SIM
- Multitouch
- 3.5mm jack
- Geo-tagging, panorama, face detection
- Accelerometer, proximity (sensors)
- MP4/H.264/H.263 player
- MP3/WAV/eAAC+ player
- Organizer
- Document viewer
- Photo/video viewer
- Google Search, Maps, Gmail, YouTube, Google Talk
- Voice memo/dial
- Predictive text input
- Clock
- Calendar
- Alarm
Standard battery, Li-Ion 1400 mAh
Stand-by Up to 424 h (2G)/416 h (3G)
Talk time Up to 13 h (2G)/6 h 40 min (3G)

Image: http://www.gsmarena.com/xolo_a510s-pictures-6257.php

Honda CB 100 (1970)

Technical Specifications
1970 Honda CB 100
Engine
Engine type Air cooled, Single cylinder, four-stroke, OHC
Bore x Stroke 50.5 x 49.5 mm (2.0 x 1.9 inches)
Displacement 99 cc
Valves 2 valves per cylinder
Compression ratio 9.5:1
Max Power 11.50 HP (8.4 kW)) @ 10500 rpm
Max Torque
Fuel system Carburetor
Transmission 5-speed
Final drive Chain
Clutch
Ignition type
Starting system Kick starter
Lubrication
Intake system
Spark plug
Battery
Gear ratios 1st: 2nd: 3rd: 4th: 5th:
Dimensions
Frame type
Caster/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Weight 95 kg
Fuel capacity 7.5 litres
Color
Suspension (front)
Suspension (rear) Swingarm
Tyre (front) 2.50-R18
Tyre (rear) 2.75-R18
Brake (front) Expanding brake
Brake (rear) Expanding brake

Image: http://www.motorera.com/honda/h0100/sport100.htm

Honda RC166 250 (1966)

Technical Specifications
1966 Honda RC166 250
Engine
Engine type Air cooled, 6 cylinders, 4-stroke, inline, DOHC
Bore x Stroke
Displacement 249 cc
Valves 4 valves per cylinder
Compression ratio
Max Power 62 HP (45.6 kW) @ 18000 rpm
Max Torque
Fuel system Carburetor
Transmission 7-speed manual
Final drive Chain
Clutch Cable operated
Ignition type Magneto
Starting system Electric starter
Lubrication
Intake system
Spark plug
Battery
Gear ratios 1st: 2nd: 3rd: 4th: 5th: 6th:
Dimensions
Frame type
Caster/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Weight 112 kg
Fuel capacity
Color White/red
Suspension (front) Cartridge
Suspension (rear) Swingarm
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front) Drum brake
Brake (rear) Drum brake

Image: http://www.tamiya.com/english/products/14113rc166/

Honda CBR 900 RR - Fireblade (1995)

Technical Specifications
1995 Honda CBR 900 RR - Fireblade
Engine
Engine type Liquid Cooled, 4 cylinders, 4-stroke, Inline, DOHC
Bore x Stroke 71.0 x 58.0 mm
Displacement 918 cc
Valves 4 valves per cylinder
Compression ratio 11.1:1
Max Power 124 HP (91.2 kW) @ 10000 rpm
Max Torque 94 Nm (9.59 kg-m) @ 8000 rpm
Fuel system Carburetor
Transmission Manual 6-speed
Final drive Chain
Clutch Wet, multiple discs, cable operated
Ignition type
Starting system Electric starter
Lubrication Wet sump
Intake system
Spark plug
Battery
Gear ratios 1st: 2nd: 3rd: 4th: 5th: 6th:
Dimensions
Frame type Steel, twin spar
Caster/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase 1405 mm
Seat height 810 mm
Ground clearance
Weight 203 kg
Fuel capacity 18 litres
Color
Suspension (front) Telescopic fork
Suspension (rear) Swingarm
Tyre (front) 130 / 70 R16 ZR
Tyre (rear) 180 / 55 R17 ZR
Brake (front) Twin disk, Ø310 mm
Brake (rear) Single disc brake

Image: http://www.motorcyclespecs.co.za/model/Honda/honda_cbr900rr%2095.htm

Spice Mi-506 Stellar Mettle Icon

Specifications
Spice Mi-506 Stellar Mettle Icon
GSM 900 / 1800 - SIM 1 & SIM 2
HSDPA 2100
Dimensions 145 x 72.9 x 9.6 mm (5.71 x 2.87 x 0.38 in)
Weight 177 gram
Display TFT capacitive touchscreen
480 x 854 pixels, 5.0 inches (~196 ppi pixel density)
microSD, up to 32 GB
GPRS Class 12 (4+1/3+2/2+3/1+4 slots), 32 - 48 kbps
EDGE Class 12
3G HSDPA, HSUPA
WLAN
Bluetooth v4.0
microUSB
OS Android OS, v4.2 (Jelly Bean)
Messaging SMS, MMS, Email, Push Email, IM
Vibration, MP3 ringtones
HTML
FM radio
A-GPS support
Games
Camera 8 MP, 3264 x 2448 pixels, LED flash
Video
Colors White/silver
via Java MIDP emulator
- Loudspeaker
- Dual SIM (Mini-SIM)
- Multitouch
- 3.5mm jack
- Accelerometer (sensor)
- SNS integration
- MP4/WMV/H.263 player
- MP3/WAV/AAC+ player
- Organizer
- Image/video editor
- Google Search, Maps, Gmail, YouTube, Calendar, Google Talk
- Voice memo
- Predictive text input
- Clock
- Calendar
- Alarm
Standard battery, Li-Ion 1800 mAh
Stand-by Up to 200 h
Talk time Up to 7 h 30 min

Image: http://www.gsmarena.com/spice_mi_506_stellar_mettle_icon-pictures-6322.php

ZTE Nubia X6

Specifications
ZTE Nubia X6
GSM 850 / 900 / 1800 / 1900 - SIM 1 & SIM 2; CDMA 800
HSDPA 850 / 1900 / 2100; CDMA2000 1xEV-DO
LTE 1800 / 2600; TD-LTE 1900+/2300/2600
Dimensions 179.5 x 89 x 7.9 mm (7.07 x 3.50 x 0.31 in)
Weight 215 gram
Display IPS LCD capacitive touchscreen, 16M colors
1080 x 1920 pixels, 6.44 inches (~342 ppi pixel density)
Phonebook
Call records
Internal 32/64 GB, 2 GB RAM/ 128 GB, 3 GB RAM
microSD, up to 32 GB
GPRS
EDGE
HSPA 42.2/11.5 Mbps, LTE Cat4, EV-DO Rev.A 3.1 Mbps
Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, Wi-Fi Direct, DLNA, Wi-Fi hotspot
Bluetooth v4.0 with A2DP
microUSB v3.0, USB Host
OS Android OS, v4.3 (Jelly Bean)
CPU Quad-core 2.3/2.5 GHz Krait 400; Adreno 330
Messaging SMS, MMS, Email, Push Email, IM
Vibration, MP3 ringtones
Browser HTML5
FM radio
GPS
Games
Camera 13 MP, 4128 x 3096 pixels, optical image stabilization, dual-LED flash
Video 1080p@30fps, optical stabilization
Colors Gold, white
via Java MIDP emulator
- Loudspeaker with stereo speakers
- Dual SIM
- Multitouch
- Corning Gorilla Glass 3 (protection)
- Dolby Mobile
- Geo-tagging, touch focus, face detection, panorama, HDR
- Accelerometer, gyro, proximity, compass (sensors)
- HDMI port
- Active noise cancellation with dedicated mic
- MP4/H.264/WMV player
- MP3/eAAC+/WMA/WAV player
- Document viewer
- Photo viewer/editor
- Voice memo/dial
- Clock
- Calendar
- Alarm
Non-removable Li-ion 4250 mAh battery
Stand-by Up to 695 h
Talk time Up to 32 h (2G)/17 h (3G)

Image: http://www.gsmarena.com/zte_nubia_x6-pictures-6236.php

XOLO Q2500

Specifications
XOLO Q2500
GSM 900 / 1800 - SIM 1 & SIM 2
HSDPA 2100
Dimensions 168 x 83 x 8.5 mm (6.61 x 3.27 x 0.33 in)
Display IPS LCD capacitive touchscreen, 16M colors
720 x 1280 pixels, 6.0 inches (~245 ppi pixel density)
Phonebook
Call records
Internal 4 GB, 1 GB RAM
microSD, up to 32 GB
GPRS
EDGE
3G HSDPA, 21 Mbps; HSUPA, 5.76 Mbps
Wi-Fi 802.11 b/g/n, Wi-Fi hotspot
Bluetooth v4.0
microUSB v2.0
Android OS, v4.2 (Jelly Bean), upgradable to v4.4.2 (KitKat)
Quad-core 1.3 GHz Cortex-A7; Mediatek MT6582
Messaging SMS, MMS, Email, Push Email, IM
Vibration, MP3, WAV ringtones
Browser HTML
FM radio
GPS
Games
Camera 8 MP, 3264 x 2448 pixels, autofocus, LED flash
Video 1080p@30fps
Color Black
via Java MIDP emulator
- Loudspeaker
- Dual SIM
- Multitouch
- 3.5mm jack
- Geo-tagging, panorama, face detection, HDR
- Accelerometer, proximity (sensors)
- DivX/MP4/H.264/H.263 player
- MP3/WAV/eAAC+ player
- Organizer
- Document viewer
- Photo/video viewer
- Google Search, Maps, Gmail, YouTube, Google Talk
- Voice memo/dial
- Predictive text input
- Clock
- Calendar
- Alarm
Standard battery, Li-Po 3000 mAh
Stand-by Up to 600 h (2G)/600 h (3G)
Talk time Up to 40 h (2G)/15 h (3G)

Image: http://www.gsmarena.com/xolo_q2500-pictures-6256.php

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Sejarah
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terletak di wilayah barat daya Pulau Sumatera yang secara administratif termasuk dalam tiga kabupaten yakni Kabupaten Lampung Barat (280.300 ha) dan Kabupaten Tanggamus di Provinsi Lampung seluas 10.500 ha serta Kabupaten Kaur di Provinsi Bengkulu seluas 66.000 ha. Kawasan hutan yang secara geografis terletak antara 4° 33' - 5° 57' LS dan 103° 23' - 104° 43' BT ini pada awalnya ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa oleh Pemerintah Kolonial Belanda melalui Besluit Ban der Gauvermeur Genderal van Nederlandsch Indie No.48 stbl.1935 dengan nama Sumatera Selatan I (SS I).

Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 14 Oktober 1982 melalui Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982 Suaka Margasatwa Sumatera Selatan I ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), sesuai dengan letaknya yang berada di pegunungan Bukit Barisan bagian selatan. Tujuannya, adalah untuk meningkatkan perlindungan terhadap hutan hujan tropis Pulau Sumatera beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya.

Selanjutnya, pada tahun 1990 dan 2000 sebagian dari wilayah TNBBS (+ 21.600 ha) ditetapkan pula sebagai Cagar Alam Laut Bukit Barisan Selatan berdasarkan SM Menhut No.71/Kpts-II/1990 dan SK Menhut No.256/Kpts-II/2000. Kemudian, pada 17 Juli 2004 bersama dengan Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Kerinci Seblat ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cluster Natural World heritage Site dengan nama The Tropical Rainforest heritage of Sumatera. Terakhir, pada Juli 2006 TNBBS menjadi TN Model melalui SK Dirjen PHKA No.69/IV-Set/HO/2006 dan setahun kemudian menjadi Balai Besar Taman Nasional berdasarkan Permenhut No.P03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007.

Adapun instansi pengelolanya adalah Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang mempunyai visi untuk mewujudkan kelestarian Taman Nasional bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Sedangkan misinya, antara lain: menjaga keberadaan dan integritas TNBBS; memantapkan pengelolaan TNBBS; mengoptimalkan manfaat TNBBS; dan meningkatkan peran serta masyarakat dan stake holders serta mengembangkan kemitraan dalam pengelolaan hutan.

Oleh pihak Balai TNBBS kawasan hutan ini dibagi menjadi enam zona, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 pasal 30 ayat (2) tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian serta Permenhut Nomor: P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Zona-zona tersebut, adalah: (1) zona inti (sanctuary zone) seluas 159.464 ha; (2) zona rimba (wilderness zone) seluas 104.887 ha; (3) zona pemanfaatan (intensive zone) seluas 8.039 ha; (4) zona rehabilitasi seluas 75.732 ha; (5) zona religi, budaya dan sejarah seluas 4 ha; dan (4) zona khusus dengan luas sekitar 142 ha.

Kondisi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang merupakan salah satu perwakilan ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Sumatera, secara umum memiliki kondisi topografi yang bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan variasi mulai dari dataran pantai sampai dengan ketinggian + 1.964 meter di atas permukaan air laut. Sedangkan iklimnya berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, pada bagian barat termasuk tipe A (9 bulan basah/tahun) dengan curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun dan bagian timur termasuk tipe B (7 bulan basah/tahun) dengan curah hujan antara 3.000-4.000 mm/tahun dengan temperatur udara 20° - 28°C.

Kondisi topografis yang bervariasi tersebut menjadikan kawasan taman nasional ini memiliki formasi vegetasi yang cukup lengkap, yaitu vegetasi pantai, payau, rawa, hutan tanaman, hutan bambu dan hutan hujan hujan tropika. Jenis-jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di dalam vegetasi ini diantaranya adalah pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), cempaka (Michelia champaka), meranti (Shorea sp.), mersawa (Anisoptera curtisii), ramin (Gonystylus bancanus), keruing (Dipterocarpus sp.), damar (Agathis sp.), rotan (Calamus sp.), bunga raflesia (Rafflesia arnoldi), bunga bangkai jangkung (Amorphophallus decus-silvae), bunga bangkai raksasa (A. titanum), anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum speciosum), dan lain sebagainya (sekitar 10.000 jenis tumbuhan yang 17 diantaranya termasuk marga endemik).

Vegetasi-vegetasi yang ada di TNBBS tersebut sampai saat ini kondisinya relatif masih lengkap dan asli, sehingga memungkinkan beraneka ragam jenis fauna hidup dan berkembang di dalamnya. Menurut situs resmi Balai TNBBS (2012), di taman nasional ini memiliki beragam jenis satwa yang terdiri dari 201 spesies mamalia (22 spesies diantaranya dilindungi undang-undang), 582 spesies burung (21 dilindungi), 270 spesies ikan air tawar, dan 30 jenis amfibi dan repilia yang beberapa diantaranya dilindungi undang-undang.

Jenis-jenis satwa yang hidup di TNBBS diantaranya adalah: beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis) berjumlah sekitar 300 ekor, harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) berjumlah kurang dari 400 ekor, gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) berjumlah kurang dari 2000 ekor, tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), siamang (H. syndactylus syndactylus), simpai (Presbytis melalophos fuscamurina), kancil (Tragulus javanicus kanchil), penyu sisik (Eretmochelys imbracata), kelinci belang sumatera, sekitar 22 jenis kelelawar (Balionyctres maculata, Cynopterus branchyotis, Cynopterus minutus, Hipposideros bicolor, Hipposideros cervinus, Hipposideros cineraceus, Hipposideros diadema, Hipposideros larvatus, Kerivoula hardwickii, kerivoula intermedia, Kerivoula papillosa, Kerivoula pellucida, Megaderma spasma, Murina cyclotis, Murina Suilla, Nycteris javanica, Phonisscus atrox, Rhinolopus affinis, Rhinolopus bornensis, Rhinolopus lepidus, dan Rhiolopus trifoliatus), dan lain sebagainya.

Selain kaya akan flora dan fauna, di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan juga terdapat beberapa area yang dijadikan sebagai obyek wisata, yaitu: (1) Kubu Perahu yang dapat dijadikan sebagai tempat pengamatan satwa dan tumbuhan, melakukan penjelajahan hutan atau bermain dan berenang di air terjun; (2) Sukaraja Atas, sebuah tempat yang cocok digunakan untuk menjelajahi hutan, berkemah, dan mengamati bunga bangkai jangkung; (3) Tampang; (4) Blubuk; (5) Danau Menjukut yang letaknya berada di garis pantai berbatasan langsung dengan Samudera Hindia; (6) Way Sleman; (7) Blimbing; (8) Danau Suwoh; (9) air terjun Sepapa Kiri setinggi 60 meter, dan (10) kawasan geothermal yang selalu mengeluarkan panas dari perut bumi dalam bentuk gelembung-gelembung gas.

Namun, untuk memasuki kawasan TNBBS harus mematuhi tata tertib yang dibuat oleh pihak pengelola (Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 1998, yaitu: (1) setiap pengunjung/kendaraan yang memasuki kawasan TNBBS wajib membayar karcis masuk dan pungutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (2) bagi peneliti wajib menyampaikan permohonan penelitian dilampiri proposal dan surat pengantar dan institusi yang bersangkutan, dalam pelaksanaan penelitian didampingi petugas TNBBS dan wajib menyerahkan copy hasil penelitian; (3) bagi peneliti yang mengambil spesimen/sampel penelitian jenis dilindungi harus mendapat izin khusus dari Direktorat Jenderal PHKA; (4) pengunjung dengan tujuan pengambilan gambar, foto dan film/video wajib menyampaikan permohonan tertulis kepada Kepala Balai disertai sinopsis, dalam pelaksanaan kegiatan didampingi petugas TNBBS dan wajib menyerahkan copy hasil shooting; dan (5) mematuhi ketentuan yang berlaku selama di dalam kawasan TNBBS.

Berikut adalah bagan aturan atau tata tertib bagi pengunjung yang ingin memasuki Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Sumber: http://www.tnbbs.or.id
Sebagai catatan, untuk menuju lokasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dapat ditempuh melalui beberapa rute (menggunakan angkutan umum). Rute pertama, dari Bandarlampung (Terminal Rajabasa) menuju Liwa atau Krui lalu Kubu Perahu. Sedangkan rute lainnya dari Terminal Rajabasa menuju Kota Agung. Dari Kota Agung dapat melalui Tampang menggunakan kapal motor dengan waktu tempuh sekitar enam jam atau melalui Banjarnegoro-Sukaraja Atas/Suwoh menggunakan mobil dengan waktu tempuh sekitar empat jam. (ali gufron)

Foto: http://wisataindonesia.biz/menikmati-warisan-dunia-taman-nasional-bukit-barisan-selatan-tnbbs-lampung/#.UxdUfvll7FA
Sumber:
http://id-id.facebook.com/pages/Taman-Nasional-Bukit-Barisan-Selatan/108361582525703
http://forum.vivanews.com/travelling/114859-keindahan-taman-nasional-bukit-barisan-selatan.html
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/wherewework/bbs/tentang_bbs/
http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_bukitbarisan.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Bukit_Barisan_Selatan
http://www.indonesiabox.com/taman-nasional-bukit-barisan-selatan/

Bajaj Pulsar 220F

Technical Specifications
Bajaj Pulsar 220F
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust system
Spark plug
Battery
Gear ratios

4-stroke, DTS-i, oil cooled, single cylinder

220 cm³
2 valves per cylinder

21.05 PS @ 8500 rpm
19.12 N.m @ 7000 rpm


Sealed chain
Wet multi-disc, manual
Digital
Electric starter
Forced lubrication, wet sump


12 V Full DC

Dimensions
Frame type
Rake/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Weight
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)



2035 mm
750 mm
1165 mm
1350 mm

165 mm
150 kg
15 litres
Telescopic, with anti-friction bush
5 way adjustable, Nitrox shock absorber
90/90 - R17 - Tubeless
120/80 - R17 - Tubeless
Petal Disc 260mm with floating caliper
Petal Disc 230mm with floating caliper

Image: http://www.sensiblebook.com/pulsar-220f-owners-review-and-experience.html

Bajaj Pulsar 200 NS

Technical Specifications
Bajaj Pulsar 200 NS
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Exhaust system
Spark plug
Battery
Gear ratios

4 - stroke, SOHC - 4V - Liquid Cooled, single cylinder

199.5 cm³
2 valves per cylinder
11.8:1
23.52 PS @ 9500 rpm
18.3 N.m @ 8000 rpm


Sealed chain
Wet multi-disc, manual
Digital
Electric starter
Forced lubrication, wet sump
Exhaust TEC enhanced centrally mounted

12V Full DC MF

Dimensions
Frame type
Rake/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Weight
Fuel capacity
Suspension (front)
Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Pressed steel Perimeter Frame
24.5º
2017 mm
804 mm
1075 mm
1363 mm
815 mm
169 mm
145 kg
12 litres
Telescopic Front Fork with Anti-friction Bush
Mono suspension with nitrox
100/80 - R17 - Tubeless
130/70 - R17 - Tubeless
Petal Disc 280mm with floating caliper
Petal Disc 230mm with floating caliper

Image: http://khmermotor.info/bajaj-pulsar-200ns-2013/

Kawasaki Z1000 (2014)

Technical Specifications
2014 Kawasaki Z1000
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Displacement
Valves
Compression ratio
Max Power
Max Torque
Fuel system
Transmission
Final drive
Clutch
Ignition type
Starting system
Lubrication
Intake system
Spark plug
Battery
Gear ratios

4-stroke, In-Line 4, DOHC, 4-Stroke, Liquid-cooled
77.0 x 56.0 mm
1043 cm³
4 valves per cylinder
11.8:1
104.5 kW {142 PS} @ 10600 rpm
110 N.m {11.3 kgf.m} @ 7300 rpm
Fuel injection: ø38 mm x 4 (Keihin) with oval sub-throttles
6-speed, return
Sealed chain
Wet multi-disc, manual
Digital
Electric starter
Forced lubrication, wet sump



1st 2.600 (39/15)
2nd 1.950 (39/20)
3rd 1.600 (24/15)
4th 1.389 (25/18)
5th 1.238 (26/21)
6th 1.136 (25/22)
Dimensions
Frame type
Rake/trail
Overall length
Overall width
Overall height
Wheelbase
Seat height
Ground clearance
Weight
Fuel capacity
Suspension (front)

Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)

Brake (rear)

Aluminium twin-tube
24.5º
2045 mm
790 mm
1055 mm
1435 mm
815 mm
125 mm
220 kg
17 litres
41 mm inverted fork with stepless compression and rebound damping,
spring preload adjustability
Horizontal Back-link, gas-charged, with stepless rebound damping and
spring preload adjustability
120/70ZR17M/C (58W)
190/50ZR17M/C (73W)
Dual semi-floating 310 mm petal discs Dual radial-mount,
opposed 4-piston
Single 250 mm petal disc Single-piston

Image: http://www.motorcycledaily.com/2013/11/radical-2014-kawasaki-z1000-unveiled/

Kawasaki Z750R ABS (2011)

Technical Specifications
2011 Kawasaki Z750R ABS
Engine
Engine type
Bore x Stroke
Valves4
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Transmission
Clutch
Final drive
Starting system
Fuel system
Lubrication system
Ignition system
Battery
Gear Ratios

Liquid-cooled, 4-stroke, in-line four with DOHC and four valves
68.4 x 50.9 mm
4 valves per cylinder
748 cc
11.3:1
77.7 kW {106 PS} @ 10500 rpm
78 N.m {8.0 kgf.m}  @ 8300 rpm
6-speed
Wet multi-disc, manual
Chain
Electric start
Fuel injection: ø32 mm x 4 (Keihin) with oval sub-throttles
Forced lubrication, wet sump
Digital
-
1st 2,571, 2nd 1.941, 3rd 1.556, 4th 1.333, 5th 1.200, 6th 1.095
Dimensions
Frame type
Rake
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground Clearance
Wet weight
Fuel capacity
Color
Suspension (front)

Suspension (rear)
Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Tubular backbone (with engine sub-frame), high-tensile steel
24°
2085 mm
795 mm
1070 mm
815 mm
1440 mm
165 mm
227 kg
18.5 litres
-
41 mm inverted fork with rebound damping and
spring preload adjustability
Bottom-Link Uni-Trak with gas-charged shock with piggyback reservoir
120/70ZR17M/C (58W)
180/55ZR17M/C (73W)
Dual semi-floating 300mm petal discs radial-mount, opposed 4-Piston
Single 240mm petal disc with single-piston caliper

Image: http://www.motorcity-amsterdam.nl/category/motoren/kawasaki/

Kawasaki KX250F (2010)

Technical Specifications
2010 Kawasaki KX250F

Engine
Engine type
Bore x Stroke
Valves
Displacement
Compression ratio
Max power
Max torque
Transmission
Clutch
Final drive
Starting system
Fuel system
Lubrication system
Ignition system
Battery
Gear Ratios

Liquid-cooled, 4-stroke, Single cylinder, DOHC, 4 valves
77.0 x 53.6 mm
2 valves per cylinder
249 cc
13.2:1


5-speed
Wet multi-disc, manual
Chain
Kick start
Carburetor: KEIHIN FCR-MX37
Forced lubrication, semi-dry sump
Digital AC-CDI
-
1st 2.142, 2nd 1.769, 3rd 1.444, 4th 1.200 (19/19), 5th 1.045 (21/24)
Dimensions
Frame type
Rake
Overall length
Overall width
Overall height
Seat height
Wheelbase
Ground Clearance
Wet weight
Fuel capacity
Color
Suspension (front)

Suspension (rear)

Tyre (front)
Tyre (rear)
Brake (front)
Brake (rear)

Perimeter, Aluminium
24.7°
2170 mm
820 mm
1270 mm
955 mm
1470 mm
340 mm
105.1 kg
8 litres
-
47mm inverted, Kayaba AOS with DLC coated sliders
22-position compression and 20-position rebound
UNI-TRAK® linkage system and Kayaba shock with
22-position low-speed and high-speed compression
80/100-21 51M Tube type
100/90-19 57M Tube type
Single semi-floating 250mm petal disc with dual piston
Single 240mm petal disc with single-piston caliper

Image: http://www.motorcycle-usa.com/627/3771/Motorcycle-Article/2010-Kawasaki-KX250F-and-KX450F-First-Look.aspx
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive