Gulai Terjun (Makanan Tradisional Orang Merangin)

Masyarakat Merangin mengenal beberapa macam bentuk makanan khas yang terbuat dari daging, diantaranya adalah masakan gulai, kari, rendang dan lain-lain. Diantara makanan bentuk gulai yang sudah menjadi khas daerah Merangin, salah satunya adalah gulai terjun. Gulai terjun termasuk makanan utama sebagai lauk sehari-hari dengan bahan utama daging. Biasanya daging sapi, kerbau atau kambing. Daerah Merangin memang banyak memelihara berbagai jenis ternak, diantaranya adalah sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, unggas (khusus suku bangsa Batin dan Penghulu) di luar itu masih ada ternak babi yang dipelihara oleh suku pendatang. Diantara beberapa jenis binatang ternak tersebut, yang populasinya menonjol adalah sapi. Biasanya sapi dipelihara oleh orang Merangin sebagai usaha sampingan dalam kehidupan ekonomi rumah tangga, karena harganya yang tinggi. Selain itu binatang ini sudah dipelihara oleh masyarakat Kabupaten Meragin secara terus-menerus sehingga telah mentradisi dalam kehidupan mereka.

Walaupun populasi sapi jauh lebih besar, tetapi yang paling sering disembelih oleh masyarakat Kabupaten Merangin adalah kambing, karena tidak terlalu besar dan harganya jauh lebih murah atau karena relatif terjangkau oleh masyarakat khususnya untuk pesta-pesta kecil, baik yang berhubungan dengan kemayarakatan ataupun keagamaan. Sedangkan sapi dapat dibeli di pasar setiap hari dalam bentuk daging kiloan. Sapi disembelih, apabila diperlukan untuk pesta-pesta besar seperti pesta kawin dimana orang yang mengadakan pesta dari kelas yang berada. Selain itu, sapi sering disembelih pada waktu hari besar keagamaan terutama Idulfitri, Maulud Nabi atau Hari Raya Haji.

Gulai terjun adalah makanan yang terbuat dari daging yang digulai seperti biasa, tetapi santannya tidak kental (encer). Bahannya adalah daging, umbut kelapa dan santan. Daging dicincang kecil-kecil tanpa membuang tulangnya, lalu disiapkan bumbu gulai seperti, cabe, kelapa, jahe, kunyit, bawang merah, bawang putih, daun kunyit, serai, garam dan ketumbar. Bahan-bahan yang digiling adalah cabe, jahe, kunyit, bawang merah dan bawang putih serta ketumbar.

Cara memasaknya adalah mula-mula masukkan santan, kemudian setelah mendidih masukkan daging dan bumbu yang telah digiling dan bumbu lainnya. Diaduk-aduk hingga bumbunya merata dan setelah 15 sampai 20 menit, sudah bisa diangkat dan siap dihidangkan.

Masakan ini dihidangkan pada acara perkawinan, sunat rasul dan hampir (selalu) ada pada sebagian besar acara adat diadakan. Pada masa dulu biasanya dihidangkan pada saat kenduri sunnah Rasul.

Sumber:
Setiati, Dwi. 2000. Tata Saji Hidangan Melayu Pada Peringatan Hari-Hari Besar Islam Di Daerah Merangin, Penelitian. Tanjungpinang: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendera Kebudayaan Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Tanjungpinang.

Hamidy. U.U. 1993. Nilai Suatu Kajian Awal. Pekanbaru: UIR Press.
Cara Pasang Tali Layangan agar Manteng di Udara
Topeng Monyet
Keraton Surosowan

Archive